Want to Partnership with me? Book A Call

Popular Posts

  • All Post
  • Biografi
  • Blog
  • Lembaga
  • Penghargaan
  • Peristiwa
  • Time Line
    •   Back
    • Pemimpin
    • Agama
    • Seniman
    • Pahlawan
    • Politik
    • Militer
    • Islam
    • Kristen
    • Katolik
    • Budha
    • Pencipta Lagu
    • Musisi
    • Penyanyi
    • Komedian
    • Aktor
    •   Back
    • Pencipta Lagu
    • Musisi
    • Penyanyi
    • Komedian
    • Aktor
    •   Back
    • Bintang
    • Satyalancana
    • Lencana Internasional
    •   Back
    • Islam
    • Kristen
    • Katolik
    • Budha
    •   Back
    • Perang
    • Pemberontakan
    • Konflik
    • Diplomasi
    •   Back
    • Kabinet
    •   Back
    • Pahlawan
    • Politik
    • Militer

Categories

Edit Template

Amir Hamzah: Penyair dan Pahlawan Nasional Indonesia

Amir Hamzah Merupakan seorang penyair dan Pahlawan Nasional Indonesia, Amir Hamzah meninggalkan banyak karya-karya di dunia sastra. Ia juga merupakan orang yang dikenal sebagai pemuda yang penuh semangat dan tekat, ia aktif dalam perjuangan-perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Masa Kecil 

Amir Hamzah lahir di Tanjung Pura, Langkat, pada tanggal 28 Februari 1911. Tengkoe Amir adalah namanya sewaktu kecil. 

Ayahnya bernama Tengkoe Moehammad Adil yang merupakan Wakil Sultan di Luhak Langkat Hulu yang bertempat di Binjai sedangkan Ibunya bernama Tengkoe Mahdjiwa.

Amir menggunakan nama kakeknya, Tengkoe Hamzah, sebagai nama keduanya. Amir lebih suka dipanggil dengan nama Amir Hamzah, ia juga menggunakan nama itu pada setiap karya-karyanya.

Amir Hamzah dididik dengan ajaran agama Islam seperti fiqh dan tauhid, ia belajar di Masjid Azizi Tanjung Pura. 

Sewaktu kecil Amir Hamzah banyak menghabiskan waktunya bermain dengan anak-anak di kampung halamannya.

Pendidikan

Pendidikan formal Amir Hamzah dimulai pada tahun 1918 di Hollandsch Inlandsche School di Langkat, ia berhasil menyelesaikan pendidikannya di HIS Langkat pada tahun 1924.

Amir kemudian melanjutkan pendidikannya ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), Medan di tahun 1924. Pada Juli 1925, Amir mendesak ayahnya untuk bisa bersekolah di tanah Jawa, yang saat itu terkenal sebagai pusat pendidikan. Ayahnya pun menyetujui keinginan Amir, di Jawa Amir bersekolah di Christelijk MULO Batavia dan berhasil menyelesaikannya pada tahun 1929.

Amir Hamzah kemudian melanjutkan pendidikannya di Algemene Middelbare School (AMS) Solo, ia mengambil Oosterse Afdeling (Jurusan Sastra Timur) dan menyelesaikannya pada tahun 1932.

Di Solo, Amir ikut dalam pergerakan nasionalis, ia banyak mendiskusikan tentang masalah sosial di kalangan Rakyat Melayu Nusantara yang dikuasai Kolonial Belanda.

Amir terpilih menjadi Kepala Indonesia Moeda cabang Surakarta (Solo) pada tahun 1930, ia juga mengabdi menjadi editor di majalah miliki Indonesia Moeda yang bernama Garoeda Merapi.

Di AMS Solo ini Amir bertemu dengan Llik Soendari, putri dari RM Koesoemodihardjo. Amir dan Soendari semakin sering bertemu dan hubungan mereka semakin dekat, Amir mengajari Soendari Bahasa Arab dan Soendari mengajari Amir Bahasa Jawa. 

Pada tahun 1931, ibu Amir Hamzah meninggal dunia, dan setahun kemudian ayahnya menyusul. Amir ingin melanjutkan studinya di Recht Hoge School Batavia, akan tetapi terkendala biaya. Untuk itu, ia menulis surat kepada saudaranya agar Sultan Langkat mau membiayai pendidikannya.

Pada tahun 1932, Amir Hamzah memulai studi hukumnya di Recht Hoge School Batavia, ia juga bekerja sebagai guru paruh waktu untuk biaya tambahan di Perguruan Rakyat (Taman Siswa).

Pada September 1932, Armijn Pane dengan dorongan dari Sutan Takdir Sjahbana mengajak Amir Hamzah untuk membantu mereka mendirikan majalah yang independen. Amir meneriman ajakan itu, ia bertugas untuk menulis surat untuk meminta para penulis terkenal saat itu untuk mengirimkan tulisan mereka. Amir menulis sekitra 50 surat. 

Setelah persiapan beberapa bulan, akhirnya edisi perdana berhasil diterbitkan pada bulan Juli 1933 dengan nama Podjangga Baroe.

Di Pertengah tahun 1933, Amir dipanggil Sultan Langkat untuk kembali ke Langkat, ia diberikan dua syarat agar studinya dapat terus berlanjut, yaitu menjadi siswa yang rajin dan meninggalkan pergerakan kemerdekaannya.

Mendapat perintah untuk meninggalkan pergerakan kemerdekaannya, Amir malah semakin ingin berjuang, ia masih melanjutkan menulis dan menerbitkan karya-karyanya di Poedjangga Baroe. 

Kembali ke Langkat

Belanda yang khawatir dengan gerakan Amir, mempengaruhi Sultan Langkat untuk menarik Amir Hamzah ke Langkat. Pada tahun 1937, Amir Hamzah dikawal dua orang pengikut Sultan kembali ke Langkat menggunakan kapal Opten Noort. Sampai di Langkat, ia diberitahu untuk menikan dengan Tengkoe Poetri Kamiliah, putri tertua Sultan.

Sebelum menikah, Amir sempat kembali ke Batavia untuk menuntaskan studinya di Rect Hoge School. Upacara pernikahan Amir Hamzah dengan Tenkoe Poetri Kamiliah sangat mewah, akan tetapi Amir Hamzah tidak peduli dengan pernikahan itu karena ia terus memikirkan Soendari di tanah Jawa.

Sebagai seorang Pangeran Kesultanan langkat, Amir mendapatkan gelar Tengkoe Pangeran Indra Poetera. Ia menjadi pejabat keraton yang menangani administrasi dan hukum dan terkadang juga menjadi hakim kasus pidana.

Masa Jepang

Pada 1940, Belanda mempersiapkan diri untuk kemungkinan serangan Jepang, untuk itu di Langkat dibentuk divisi Stadswacht (angkatan Garda). Amir Hamzah dan Tengkoe Haroen bertanggung jawab untuk garda ini.

Pada 1942, Jepang menginvasi Nusantara, Amir Hamzah dikirim ke Kota Medan untuk mempertahankan kota itu. Amir Hamzah bersama dan pasukan lainnya yang bersekutu dengan Belanda ditangkap oleh tentara Jepang dengan cepat.

Amir Hamzah menjadi tawanan perang hingga tahun 1943, ia dibebaskan karena pengaruh Sultan saat itu.

Setelah bebas dari tahan perang, Amir bekerja sebagai komentator radio dan sensor di Medan. Ia juga ditugaskan untuk mengumpulkan hasil pertanian untuk diserahkan ke Tentara Jepang.

Kematian

Setelah kemerdekaan Indonesia berhasil diproklamasikan pada 17 Agustus 1945, seluruh wilayah Sumatera secara de facto menjadi bagian dari wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia.

Teuku Muhammad Hasan saat itu dipilih sebagai Gubernur Provinsi Sumatera, pada tanggal 29 Oktober 1945, Amir Hamzah ditunjuk oleh Teuku Mohammad Hasan sebagai wakil Pemerintah Republik Indonesia di langkat (bupati).

Pada awal tahun 1946, terdengar rumor bahwa di Langkat terlihat Amir Hamzah duduk bersama perwakilan Belanda yang kembali ke Sumatera, dan terlihat bibit-bibit kerusuhan akn terjadi. 

pada 7 Maret 1946, faksi dari Partai Komunis Indonesia, Pemuda Sosialis Indonesia dengan lantang menentang feodalisme, Amir Hamzah dan bangsawan lainnya ditangkap dan dibawa kesebuah perkebunan di Kwala Begumit yang telah dikuasai oleh golongan komunis.

Amir Hamzah dan tawanan lain diadili dan disiksa serta dipaksa untuk menggali lubang. Pada 20 Maret 1946, Amir Hamzah dan tahanan lainnya meninggal dunia, dan dikubur secara masal didalam lubang yang mereka gali sendiri.

Pada tahun 1948, kuburan masal di Kwala Begumit digali dan dilakukan identifikasi tulang belulang. Tulang Amir berhasil diidentifikasi karena gigi palsunya yang hilang. Jenazah Amir Hamzah dikuburkan di Masjid Azizi Tanjung Pura, Langkat pada November 1949.

Untuk mengenang jasa-jasanya, Amir Hamzah dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan Surat KEPRES RI No. 106/1975 pada tanggal 3 November 1975.

Sumber:

Kami ingin membuat pengalaman membaca kamu sebaik mungkin! Jika kamu menemukan informasi yang kurang tepat atau hilang dalam konten kami, kami sangat menghargai kontribusi kamu untuk memperbaikinya. 

Dengan kerjasama kamu, kami dapat memastikan bahwa setiap informasi yang kami bagikan akurat dan bermanfaat bagi semua pembaca kami. Jangan ragu untuk memberi tahu kami melalui kolom komentar di bawah setiap artikel atau melalui halaman Contact Us

Setiap masukan dari kamu sangat berarti bagi kami, dan kami selalu siap untuk meningkatkan kualitas layanan kami berkat kontribusi kamu. Terima kasih atas dukungan dan kerjasama kamu!

Share Article:

arsipmanusia.com

Writer & Blogger

Considered an invitation do introduced sufficient understood instrument it. Of decisively friendship in as collecting at. No affixed be husband ye females brother garrets proceed. Least child who seven happy yet balls young. Discovery sweetness principle discourse shameless bed one excellent. Sentiments of surrounded friendship dispatched connection is he. Me or produce besides hastily up as pleased. 

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baru Terbit

  • All Post
  • Biografi
  • Blog
  • Lembaga
  • Penghargaan
  • Peristiwa
  • Time Line
    •   Back
    • Pemimpin
    • Agama
    • Seniman
    • Pahlawan
    • Politik
    • Militer
    • Islam
    • Kristen
    • Katolik
    • Budha
    • Pencipta Lagu
    • Musisi
    • Penyanyi
    • Komedian
    • Aktor
    •   Back
    • Pencipta Lagu
    • Musisi
    • Penyanyi
    • Komedian
    • Aktor
    •   Back
    • Bintang
    • Satyalancana
    • Lencana Internasional
    •   Back
    • Islam
    • Kristen
    • Katolik
    • Budha
    •   Back
    • Perang
    • Pemberontakan
    • Konflik
    • Diplomasi
    •   Back
    • Kabinet
    •   Back
    • Pahlawan
    • Politik
    • Militer

Jenderal AH Nasution

Jenderal Abdul Haris Nasution, lahir pada 3 Desember 1918, adalah sosok kunci dalam sejarah Indonesia yang memberikan kontribusi besar dalam perjuangan kemerdekaan dan pembangunan negara.

Join the family!

Sign up for a Newsletter.

You have been successfully Subscribed! Ops! Something went wrong, please try again.
Edit Template
Tombol Provinsi Indonesia
Scroll to Top