Pangeran Antasari merupakan Pahlawan Nasional Indonesia dan juga Sultan di Kesultanan Banjar, Antasari dengan gigih melawan Belanda pada Perang Banjar. Bank Indonesia mengabadikan nama dan lukisan Pangeran Antasari pada uang pecahan Rp2.000 tahun emisi 2009.
Table of Contents
ToggleMasa Kecil
Pangeran Antasari dilahirkan pada tanggal 20 Februari 1809 di Kayu Tangi, Kesultanan Banjar dengan nama Gusti Inu Kartapati. Ayahnya keturunan bangsawan Banjar yang dikenal sebagai Pangeran Mas’ud (Masohut) bin Pangeran Amir. Ibunya Bernama Khadijah binti Sultan Sulaiman.
Pangeran Antasari Ketika masa kecilnya tidak tumbuh di lingkungan keraton, ia tinggal di perkampungan dan banyak menghabiskan Waktu bergaul dan bermain dengan anak-anak kampung seperti Bertani, mencari ikan dan berburu. Walau keturunan bangsawan, ia bersifat rendah hati, sopan, tidak pedendam bahkan pada para elit yang telah memusuhi Pangeran Amir yang merupakan kakeknya.
Pada tanggal 14 Maret 1862, Pangeran Antasari mendapat gelar “Panembahan Amuruddin Khalifatul Mukminin” dan dinobatkan sebagai Sultan di Kesultanan Banjar dihadapan para kepala suku Dayak dan para adipati Dusun Atas, Kapuas dan Kahayan.
Perjuangan (Perang Banjar)
Pada tanggal 25 April 1859, 300 prajurit Pangeran Antasari menyerang tambang batu bara di Pengaron milik Belanda, dari serangan itu, serangan selanjutnya kemudian Meletus di berbagai wilayah Kesultanan Banjar yang pada akhirnya perang ini disebut dengan Perang Banjar (Banjarmasinschekrijg) yang berlangsung selama 46 tahun.
Selain berjuang melawan Belanda, Pangeran Antasari juga aktif dalam berdakwah, masyarakat di Hulu Sungai Barito menjadi muslim dan membela perjuangan Pangeran Antasari. Selain itu, Pangeran Antasari juga menikahkan anak dan cucunya dengan suku Dayak, yang mengakibatkan persatuan antara Dayak dan Banjar.
Calon pemimpin Kesultanan Banjar ada tiga, Pangeran Tamjid, Pangeran Hidayat, dan Prabu Anom. Pihak Belanda, Van Hest ikut campur, ia membantu mengangkat Pangeran Tamjid yang condong kepada Belanda menjadi pemimpin Kesultanan Banjar. Pangeran Hidayat menjadi mangkubuminya serta Prabu Anom dipenjara di Kota Banjarmasin.
Karena hal itu, pemberontakan terjadi dimana-mana, Pangeran Hidayat yang merupakan seorang mangkubumi diperintahkan untuk meredakan pemberontakan itu. Ketika sampai di tempat para pemberontak itu, ia menemukan Pangeran Antasari yang merupakan sepupunya menjadi pemimpin pemberontakan itu. Pangeran Hidayat akhirnya memihak Pangeran Antasari.
Pemberontakan semakin besar dan menyebar hingga ke pelosok Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah dikarenakan Pangeran Tamjid menyerahkan Kesultanan Banjar sepenuhnya kepada Belanda pada tanggal 25 Juni 1859. Pada Oktober 1860, Pangeran Antasari dan Angka Wijaya mempertahankan Benteng Batumandi. Banyak rakyat Banjar dan Dayak yang terpaksa berpihak kepada Belanda terutama Suta Ono dan Temanggung Jaya Negara yang merupakan Kepala Suku Dayak Maanyan dan Dayak Ngaju karena tekanan yang diterimanya dan rakyatnya.
Pada tanggal 22 Februari 1860, Benteng Leogong dikepung pasuan Belanda, sehingga Pangeran Antasari dan Tumenggung Surapati mundur untuk menghindari korban, Belanda tidak puas dengan hal itu.
Pada 14 Maret 1862, Pangeran Antasari diangkat menjadi pemimpin tertinggi Kesultanan Banjar dengan gelar “Khalifatul Mu’minin”, yang akui oleh Tumenggung Surapati Wakil Daerah Barito, Raden Mas Warga Natawijaya Wakil Daerah Teweh dan Tumenggung Mangkusari Wakil Daerah Kahayan/Kapuas.
Belanda berulang kali mengajak Pangeran Antasari berkompromi dan negoisasi, akan tetapi, Pangeran Antasari selalu menolaknya, karena ia tahu itu hanyalah cara licik Belanda untuk menangkapnya.
Wafat
Perjuangan terus dilakukan hingga Pangeran Antasari hingga ia wafat. Pada tanggal 11 Oktober 1862, Pangeran Antasari wafat pada usia 75 Tahun di Kampung Bayan Begok, Sampirang. Ia wafat karena penyakit paru-paru yang dideritanya dan penyakit cacar yang saat itu mewabah. Perjuangan Pangeran Antasari dilanjutkan oleh puteranya yang Bernama Muhammad Seman.
Pada tanggal 11 November 1958, karena keinginan Banjar dan keluarga Pangeran Antasari, makamnya di Hulu Sungai Barito dipindahkan ke Taman Makam Perang Banjar, Surgi Mufti, Banjarmasin.
Pada tanggal 23 Maret 1968, Pemerintah Republik Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional dan Pahlawan Kemerdekaan berdasarkan SK No. 06/TK/1968. Namanya juga diabadikan menjadi nama Komando Resor Militer (KOREM 101)/Antasari. Provinsi Kalimantan Selatan juga menggunakan nama Antasari sebagai julukannya yaitu Bumi Antasari.
Sumber:
- Nursahid. “Biografi Pangeran Antasari.” OSF Preprints, 18 May 2021. https://doi.org/10.31219/osf.io/q8rnf.
- “Biografi Pangeran Antasari, Pemimpin Kesultanan Banjar, Kalimantan Selatan” kumparan.com (diakses 7 Januari 2025)
- “Biografi Pangeran Antasari dan Perjuangannya” idsejarah.net (diakses 7 Januari 2025)
- Nurhalisa. “SEJARAH PANGERAN ANTASARI DALAM PERANG BANJAR (1859-1862).” OSF Preprints, 11 June 2022. https://doi.org/10.31219/osf.io/ydg2j.
Bio Data Pangeran Antasari
Nama Lengkap | Tuan Kebawah Duli Yang Maha Mulia Paduka Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin Pangeran Antasari |
Nama Kecil | Gusti Inu Kertapati |
Gelar | Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin |
Tempat, Lahir | Keraton Pagatan, Kesultanan Banjar, 20 Februari 1809 |
Tempat, Wafat | Bayan Begok, Kalimantan Tengah, 11 Oktober 1862 (umur 52) |
Makam | Kampung Sampirang, Bayan Begok, Puruk Cabu. (11 Oktober 1862 – 11 November 1958) Komplek Pemakaman Pangeran Antasari, Jl Masjid Jami’, Kelurahan Antasan Kecil Timur, Banjarmasin Utara, Banjarmasin (11 November 1958 – Sekarang) |
Agama | Islam |
Wangsa | Dinasti Pagustian Banjar |
Pekerjaan | Sultan Banjar, Pejuang |
Ayah | Pangeran Mas’ud bin Sultan Amir bin Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah Muhammad bin Sultan Hamidullah (SULTAN BANJAR IX) bin Sultan Tahmidullah 01 Suria Alam (SULTAN BANJAR VIII) |
Ibu | Ratoe Khadijah binti Sultan Sulaiman bin Panembahan Batu Sunan Nata Alam Bin Panembahan Sepuh |
Isteri/Pasangan | Permaisuri Ratoe Idjah binti Sultan Adam bin Sultan Sulaiman dari Banjar bin Panembahan Batu Sunan Nata Alam Bin Panembahan Sepuh dari Banjar Tamjidilah I Nyai Fatimah binti Ngabehi Lada bin Ngabehi Tuha (Nyai Fatimah adik Tumenggung Surapati) Nyai Nala Nalaw ( Anak Radja Malangkoen ) Dayak Lawangan Barito |
Riwayat Perjuangan Pangeran Antasari
Perjuangan/Pergerakan | Tahun |
---|---|
Perang Banjar | 25 April 1859 – 1862 |
Penghargaan Pangeran Antasari
Penghargaan | Deskripsi | Tahun |
---|---|---|
Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin | Gelar kesultanan | 14 Maret 1862 |
Pahlawan Nasional | SK No. 06/TK/1968 | 27 Maret 1968 |
Korem 101/Antasari | Namanya diabadikan menjadi nama Komando Resort Militer di Kalimantan Selatan | – |
Bumi Antasari | Namanya juga dijadikan sebagai julukan Provinsi Kalimantan Selatan | – |
Uang Pecahan Rp2.000,- | Foto dan namanya diabadikan pada Pecahan Rp2.000 Tahun Emisi 2009 | 2009 |
Kami ingin membuat pengalaman membaca kamu sebaik mungkin! Jika kamu menemukan informasi yang kurang tepat atau hilang dalam konten kami, kami sangat menghargai kontribusi kamu untuk memperbaikinya.
Dengan kerjasama kamu, kami dapat memastikan bahwa setiap informasi yang kami bagikan akurat dan bermanfaat bagi semua pembaca kami. Jangan ragu untuk memberi tahu kami melalui kolom komentar di bawah setiap artikel atau melalui halaman Contact Us.
Setiap masukan dari kamu sangat berarti bagi kami, dan kami selalu siap untuk meningkatkan kualitas layanan kami berkat kontribusi kamu. Terima kasih atas dukungan dan kerjasama kamu!