Edit Template

Arifin Achmad: Gubernur Riau ke-3

Brigjen TNI (Purn.) H. Arifin Achmad membangun Riau dengan nilai dan marwah Melayu. Ia dikenal sebagai sosok pemimpin visioner yang menggabungkan disiplin militer dengan kebijaksanaan adat pada masa transisi menuju stabilitas nasional di era Orde Baru.

Sebagai seorang prajurit dan birokrat, Arifin Achmad memegang teguh prinsip kerja keras, kedisiplinan, dan tanggung jawab. Di bawah kepemimpinannya, Riau berkembang baik pembangunan, pendidikan dan juga identitas Melayu serta pelestarian budaya-budaya daerah.

Latar Belakang Keluarga 

Arifin Achmad lahir di Bagansiapi-api, Riau, Hindia Belanda pada 23 Oktober 1924. Ia merupakan anak dari Tuan Ahmad Melan dan Puan Hj. Cik binti Tahir. Ayahnya dikenal sebagai pembaharu sagu dan ibunya mengembangkan perdagangan, bahkan beberapa tanker juga dikuasai oleh keluarga ini.

Pada tahun 1937, ayah Arifin Achmad mengirimnya untuk belajar di Taman Siswa, Yogyakarta langsung dibawah asuhan Ki Hadjar Dewantara. Dari pendidikannya ini, Arifin Achmad dapat menguasai bahasa Jawa, Belanda, dan Inggris. Ayahnya tidak hanya mengirim Arifin Achmad, adik adiknya juga dikirim ke Yogyakarta untuk menempuh pendidikan.

Pada 3 Maret 1950, diusianya yang ke-26 tahun, Arifin Achmad menikahi Martha Lena di Pangkalpinang, Bangka Belitung. Martha lena merupakan anak dari Abdul Gani yang berasal dari Siak. Dari pernikahan ini lahir tiga orang anak yang diberi nama, Joycelyn Darmajanti, Rossalyn Sandra Andrisa dan Saihatu Saniah.

Karir Militer

Arifin Achmad memulai karirnya dengan mengikuti latihan militer di Kukemrensyo, lalu ke Djokyu Kanri Gakko pada tahun 1943. Pada awal kemerdekaan, Arifin Achmad bergabung dengan Republik Indonesia dan memegang jabatan sebagai Kepala Keamanan Rakyat Riau dengan pangkat Mayor pada 10 November 1945 sampai 8 Maret 1946.

Arifin Achmad aktif dalam berbagai perjuangan setelah kemerdekaan seperti Agresi Militer I dan II. Ia sempat menjadi komandan batalyon di Pekanbaru dan Rengat sampai 1950. lalu kemudian menjadi Hakim Perwira dan Komandan Batalyon E Resimen Infantri VI.

Pada tahun 1955, Arifin Achmad mengikuti pendidikan di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SSKAD) Angkatan V di Bandung. Setelah selesai dari SSKAD, ia menjabat sebagai Kepala Staf KMKB Palembang pada 1957 sampai 1958. Kemudian menjadi Kepala Staf Resimen VI Tanjungkarang dan Komandan RINIF KODAM IV/Sriwijaya pada tahun 1963.

Gubernur Riau

Pada tahun 1964, setelah menyelesaikan SSKAD taraf II Angkatan III di Bandung, ia menjabat sebagai Asisten III Pangkoanda SUmatera di Medan dari 1964 sampai 1966. Saat memegang jabatan ini, ia diangkat untuk memegang jabatan sipil, ia menjadi perwira menengah yang diperbantukan pada Kemeterian Dalam Negeri. Hanya sebulan di Kementerian Dalam Negeri, ia ditunjuk sebagai Pejabat Sementara Gubernur Riau pada 1966, lalu pada 4 Maret 1947, ia diangkat menjadi Gubernur Riau.

Arifin Achmad dengan latar belakang militer banyak menerapkan kedisiplinan, tegas dan kerapian kedalam pemerintahannya. Selama menjabat sebagai Gubernur Riau, ia banyak membangun daerahnya, diantaranya seperti jembatan Leightoon, jembatan Rantau Berangin, Kantor Gubernur Riau, menyelesaikan pembangunan Masjid Raya Annur dan Stadion Hang Tuah. Tak hanya itu, Ekspor karet di masa ia menjabat meningkat yang pada tahun 1968 nilai ekspor karet Riau USD 10.044.000 menjadi USD 40.774.199.

Di Dunia Pendidikan, ia banyak membangun Sekolah Dasar (SD), Gedung SD Inpres baru pada tahun 1973 adalah 80 gedung lalu menjadi 170 gedung pada 1975 dan pada tahun 1977 menjadi 250 gedung baru. Ia juga banyak merenovasi bangunan lama, jika di hitung, bangunan yang direnovasi mencapai 415 gedung. Untuk mengatasi kekurangan tenaga pegajar di kabupaten, ia membuat kursus guru, sehingga kebutuhan guru menjadi tercukupi.

Pembangunan desa juga terus ia tingkatkan, Riau yang saat itu memiliki kondisi geografis yang sangat beragam seperti jumlah pulau mencapai 3.214, dan kondisi seperti, rawa, selat serta lautan yang memiliki tantangan tersendiri. Ia selalu mengajukan ke Pemerintahan Pusat agar daerah daerah seperti itu mendapat dana tambahan khusus dari hasil minyak dan gas Riau sebesar 1-5%. Namun gagasan ini, tidak digubris Pemerintah Pusat saat itu, bahkan ia seperti dikucilkan dan tidak diberi kesempatan oleh Pemerintah Pusat.

Pelestarian Melayu

Diawal Arifin Achmad menjabat sebagai Pejabat sementara Gubernur Riau, ia menyelenggarakan Festival Seni Daerah Riau. Lalu ketika ia resmi menjadi Gubernur Riau, ia kembali menyelenggarakan Kebudayaan Riau yang lebih konkrit pada tahun 1968. Untuk mendukung Festival itu, dibentuklah Badan Pembina Kesenian Daerah Riau (BPKD) yang diketuai oleh Parlaungan HS dan Sekretarisnya Tenas Effendy. Sudah banyak yang dilakukan oleh BPKD seperti menerbitkan buku-buku Melayu dan membuat Orkestra bertarap internasional.

Pada tahun 1970, Arifin Achmad mengajak OK Nizami dan Djohan Syarifudin untuk mengumpulkan para pemangku adat di Riau, lalu mereka mendirikan Lembaga Adat Daerah Riau (LADR). LAMR diketuai oleh Datuk Wan Abdurrachman, lalu wakilnya Datuk Harusnyah, dan sekretarisnya OK Nizami. 

Lembaga Adat Daerah Riau ini kemudian berubah nama menjadi Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR), melaui LAMR ini, Arifin Achmad meminta berbagai pemikiran dan tindakan nyata dalam berbagai pembangunan. Hal yang sudah dilakukan seperti pembangunan Anjungan Riau di Taman Mini Indonesia, Inventariasi adat pernikahan, pakaian serta etika melaui.

Dengan begitu, adat menjadi sesuatu yang tidak membatu, beku apalagi kematu. Adat menjadi dinamis yang mebuka diri pada perubahan yang selalu bedasarkan pada landasan utama yaitu Al-Qur’an dan Hadits.

Akhir Hayat

Arifin Achmad wafat pada tahun 11 Januari 1994 di Jakarta.

Untuk mengenang jasanya selama menjadi Gubernur Riau yang banyak mengembangkan budaya Melayu, LAMR mengukuhkan gelar adat istimewa kepadanya. Gelar yang diberikan adalah “Datuk Seri Indera Perkasa Negeri”, yang diartikan sebagai orang patut yang bercahaya dengan kemampuan merasakan jiwa dan raga daerahnya untuk dituangkan dalam kerja yang nyata.

Pemberian gelar adat ini dilakukan pada 8 Agustus 2020 di Balai Adat Melayu Riau, Jl Diponegoro, Pekanbaru. Gelar ini diterima oleh adiknya yang bernama Hayati Achmad sebagai perwakilan.

Nama Arifin Achmad juga dikenang sebagai nama jalan utama di Pekanbaru, nama rumah sakit umum daerah milik Pemprov Riau.

Sumber:

Share Article:

arsipmanusia.com

Writer & Blogger

Considered an invitation do introduced sufficient understood instrument it. Of decisively friendship in as collecting at. No affixed be husband ye females brother garrets proceed. Least child who seven happy yet balls young. Discovery sweetness principle discourse shameless bed one excellent. Sentiments of surrounded friendship dispatched connection is he. Me or produce besides hastily up as pleased. 

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baru Terbit

  • All Post
  • Biodata
  • Biografi
  • Blog
  • Lembaga
  • Penghargaan
  • Peristiwa
  • Time Line

Jenderal AH Nasution

Jenderal Abdul Haris Nasution, lahir pada 3 Desember 1918, adalah sosok kunci dalam sejarah Indonesia yang memberikan kontribusi besar dalam perjuangan kemerdekaan dan pembangunan negara.

Join the family!

Sign up for a Newsletter.

You have been successfully Subscribed! Ops! Something went wrong, please try again.
Edit Template
Tombol Provinsi Indonesia

© 2023 arsipmanusia.com

Scroll to Top