Want to Partnership with me? Book A Call

Popular Posts

  • All Post
  • Biografi
  • Lembaga
  • Penghargaan
  • Peristiwa
    •   Back
    • Pemimpin
    • Agama
    • Seniman
    • Pahlawan
    • Politik
    • Militer
    • Islam
    • Kristen
    • Katolik
    • Budha
    • Pencipta Lagu
    • Musisi
    • Penyanyi
    • Komedian
    • Aktor
    •   Back
    • Pencipta Lagu
    • Musisi
    • Penyanyi
    • Komedian
    • Aktor
    •   Back
    • Bintang
    • Satyalancana
    • Lencana Internasional
    •   Back
    • Perang
    • Pemberontakan
    • Konflik
    • Diplomasi
    •   Back
    • Islam
    • Kristen
    • Katolik
    • Budha
    •   Back
    • Kabinet
    •   Back
    • Pahlawan
    • Politik
    • Militer

Categories

Edit Template

Try Sutrisno: Panglima ABRI dan Wakil Presiden RI Ke-6

Try Sutrisno adalah wakil presiden Republik Indonesia yang menjabat dari tahun 1993 hingga 1998. Lahir di Surabaya pada tanggal 15 November 1935. 

Sebelum menjabat sebagai Wakil Presiden, Try Sutrisno meniti karier panjang di militer, dan mencapai puncak karir militernya menjadi Panglima ABRI pada tahun 1988-1993, menggantikan Benny Moerdani. 

Bagaimana perjalanan hidup Try Sutrisno? perjalanan Karirnya? dan bagaimana ia berhasil mencapai posisi Wakil Presiden Indonesia pada masa Orde Baru? Kita akan membahas Biografi Try Sutrisno sang Panglima ABRI dan Wakil Presiden Indonesia ke-6.

Keluarga dan Pendidikan Awal

Try Sutrisno lahir pada 15 November 1935 di Surabaya, Jawa Timur. Ia adalah anak dari pasangan Subandi dan Mardiyah. Ayahnya bekerja sebagai sopir ambulans, sementara ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. 

Masa kecil Try Sutrisno diwarnai oleh suasana perang dan ketidakpastian. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, keluarganya terpaksa pindah ke Mojokerto karena Belanda datang kembali mengklaim Indonesia sebagai bagian dari koloninya.

Saat itu ayah Sutrisno bekerja sebagai petugas medis di Angkatan Darat Poncowati, karena sitiuasi ekonomi sedang tidak baik baik saja, iapun putus sekolah dan bekerja sebagai penjual koran dan rokok.

Disaat usia Try Sutrisno mencapai 13 tahun, ia ingin bergabung dengan batalyon Angkatan Darat Poncowati, tetapi tidak ada yang menganggapnya serius hingga ia dipekerjakan menjadi kurir. Tugasnya mengantar obat serta mencari informasi untuk Angkatan Darat.

Pada tahun 1949, Belanda Mundur dan mengakui kedaulatan Negara Indonesia setelah melalui berbagai peristiwan dan sengketa.

Keluarga Try Sutrisno kembali ke Surabaya, ia melanjutkan pendidikannya yang sempat terputus sebelumnya. Try Sutrisno berhasil menyelesaikan pendidikannya di SMA bagian B pada tahun 1956 di Surabaya.

Karier Militer

Pada tahun 1956,  Try Sutrisno ikut seleksi di Akademi Teknik Angkatan Darat (ATEKAD) dan berhasil lolos, meski awalnya ia sempat gagal dalam tes kesehatan, namun ia berhasil menarik perhatian Jenderal GPH Djatikoesoemo hingga membuatnya diterima.

Pada tahun 1959, Try Sutrisno berhasil menyelesaikan pendidikan nya di ATEKAD dengan pangkat Sersan Taruna. Ia ditugaskan sebagai Danton Zipur di KODAM IV/Sriwijaya.

Pada awal kariernya, ia terlibat dalam operasi penumpasan pemberontakan PRRI/Permesta di Sumatera Barat sebagai Sersan Taruna. Pengalaman ini menjadi bekal berharga dalam perjalanan panjang kariernya. 

Pada tahun 1962, ia ditugaskan di Yon Zikon Komando Mandala di Kendari. Selepas tugas ini, ia kembali ke Kodam IV/Sriwijaya sebagai Dan Kima Yon Zikon-2. 

Pada tahun 1966, Try diangkat menjadi Kapten dan pada tahun 1967, ia mengikuti latihan MOS Amfibi. Karier militernya terus menanjak hingga akhirnya ia menjadi Kepala Staf Kodam Udayana pada tahun 1979 dan Pangdam Jaya pada tahun 1982-1985.

Pada tahun 1988, Try Sutrisno dipilih menjadi Panglima ABRI menggantikn LB Moerdani. Sebagai Panglima ABRI ia banyak menumpas pemberontakan dan kerusuhan yang banyak terjadi di Indonesia saat itu, ia juga berhasil menekan pergerakan gerakan separatis di Aceh pada tahun 1992.

Wakil Presiden

Pada Februari 1993, Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) fraksi ABRI mengajukan Try Sutrisno menjadi calon Wakil Presiden pada pertemuan MPR. Anggota fraksi Partai Persatuan Pembangunan dan Fraksi Partai Demokrasi Indonesia dengan cepat menyetujui fraksi ABRI.

Golkar tidak mencalonkan Try Sutrisno sebagai Wakil Presiden, dikabarkan bawah Soeharto marah karena merasa didahului oleh MPR, tetapi karena tidak ingin terbuka perselisihan, Soeharto menerima Try Sutrisno sebagai wakilnya.

Meski menerima Try Sutrisno sebagai Wakil Presiden, Soeharto tetap tidak senang dengannya, hal ini terlihat tidak terlibatnya Try Sutrisno dalam penyusunan kabinet. 

Pada tahun 1995 Try Sutrisno membuat pernyataan dalam pemberitaan nasional bahwa dalam bisnis anak pejabat dilarang menggunakan nama bapaknya, karena ini banyak pengusaha yang marah, pemberitaan mengenai Try Sutrisno pun ditiadakan.

Pada tahun 1997 Try Sutrisno diabaikan lagi, saat itu Soeharto harus ke Jerman untuk melakukan pemeriksaan kesehatannya, tugas kepresidenan tidak diserahkan kepada Sutrisno melainkan di berikan kepada Menteri Sekretaris Negara, Moerdiono. Bahkan pada KTT APEC yang mengahdirinya Menteri Luar Negeri Ali Alatas.

Setelah Wakil presiden

Pada Mei 1998, Try Sutrisno, Umar Wirahadikusuma dan Sudharmono mendatangi kediaman Soeharto dan membahas tentang opsi yang mungkin dilakuakn Soeharto.

Pada tahun 1998 Try Sutrisno terpilih menjadi Ketua Persatuan Purnawirawan ABRI (PEPABRI), Try Sutrisno berhasil menyatukan Purnawirawan ABRI dalam satu kepemimpinan, meskipun saat itu sudah sewajarnya setiap cabang angkatan ABRI memiliki kesatuan purnawirawan nya sendiri. Try menjabat sebagai ketua PEPABRI sampai tahun 2003.

Pada Agustus 2005, Try Sutrisno, Abdurrahman Wahid, Megawati, Wiranto dan Akar Tanjung membuat forum yang disebut Gerakan Nusantara Bangkit Bersatu. Forum ini mengkritik kebijakan pemerintahan SBY atas nota kesepahaman dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). 

Try Sutrisno kemudian mengalami pelunakan setelah ia bertemu dengan Yusuf Kalla pada september 2005. Kalla menjelaskan alasan alasan kebijakan pemerintahan SBY.

Kehidupan Pribadi

Try Sutrisno menikah dengan Tuti Setyawati pada tahun 1961 dan dikaruniai tujuh orang anak, yaitu Nora Tristyana, Taufik Dwi Cahyono, Firman Santyabudi, Nori Chandrawati, Isfan Fajar Satrio, Kunto Arief Wibowo, dan Natalia Indrasari. 

Selain dikenal sebagai seorang tokoh militer dan politik, Try Sutrisno juga memiliki hobi dan minat yang mempengaruhi pandangannya. Olahraga seperti bersepeda, pencak silat, angkat besi, dan renang menjadi kegiatan favoritnya sejak masa muda. 

Kegemarannya pada olahraga angkat besi bahkan membuat tubuhnya terlihat atletis. Minatnya dalam berbagai jenis olahraga ini tidak hanya membentuk fisik yang kuat, tetapi juga mental yang tangguh, yang kemudian menjadi aset penting dalam menjalani karier di militer dan politik.

Pengaruh

Try Sutrisno memiliki pengaruh yang besar dalam bidang militer dan politik Indonesia. Sebagai Panglima ABRI dan Wakil Presiden Indonesia, ia dikenal sebagai figur yang mampu membawa perubahan positif dan stabilitas dalam tubuh militer maupun pemerintahan. 

Pengalamannya dalam berbagai operasi militer penting, seperti Operasi Trikora dan penumpasan pemberontakan PRRI, menunjukkan dedikasinya terhadap pertahanan negara. Dalam dunia politik, kebijakan dan langkah strategis yang diambilnya selama menjabat sebagai Wakil Presiden turut memperkuat struktur pemerintahan di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto.

Kami ingin membuat pengalaman membaca kamu sebaik mungkin! Jika kamu menemukan informasi yang kurang tepat atau hilang dalam konten kami, kami sangat menghargai kontribusi kamu untuk memperbaikinya. 

Dengan kerjasama kamu, kami dapat memastikan bahwa setiap informasi yang kami bagikan akurat dan bermanfaat bagi semua pembaca kami. Jangan ragu untuk memberi tahu kami melalui kolom komentar di bawah setiap artikel atau melalui halaman Contact Us

Setiap masukan dari kamu sangat berarti bagi kami, dan kami selalu siap untuk meningkatkan kualitas layanan kami berkat kontribusi kamu. Terima kasih atas dukungan dan kerjasama kamu!

Share Article:

arsipmanusia.com

Writer & Blogger

Considered an invitation do introduced sufficient understood instrument it. Of decisively friendship in as collecting at. No affixed be husband ye females brother garrets proceed. Least child who seven happy yet balls young. Discovery sweetness principle discourse shameless bed one excellent. Sentiments of surrounded friendship dispatched connection is he. Me or produce besides hastily up as pleased. 

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baru Terbit

  • All Post
  • Biografi
  • Lembaga
  • Penghargaan
  • Peristiwa
    •   Back
    • Pemimpin
    • Agama
    • Seniman
    • Pahlawan
    • Politik
    • Militer
    • Islam
    • Kristen
    • Katolik
    • Budha
    • Pencipta Lagu
    • Musisi
    • Penyanyi
    • Komedian
    • Aktor
    •   Back
    • Pencipta Lagu
    • Musisi
    • Penyanyi
    • Komedian
    • Aktor
    •   Back
    • Bintang
    • Satyalancana
    • Lencana Internasional
    •   Back
    • Perang
    • Pemberontakan
    • Konflik
    • Diplomasi
    •   Back
    • Islam
    • Kristen
    • Katolik
    • Budha
    •   Back
    • Kabinet
    •   Back
    • Pahlawan
    • Politik
    • Militer

Jenderal AH Nasution

Jenderal Abdul Haris Nasution, lahir pada 3 Desember 1918, adalah sosok kunci dalam sejarah Indonesia yang memberikan kontribusi besar dalam perjuangan kemerdekaan dan pembangunan negara.

Join the family!

Sign up for a Newsletter.

You have been successfully Subscribed! Ops! Something went wrong, please try again.
Edit Template
Tombol Provinsi Indonesia
Scroll to Top