Want to Partnership with me? Book A Call

Popular Posts

  • All Post
  • Biografi
  • Lembaga
  • Penghargaan
  • Peristiwa
    •   Back
    • Pemimpin
    • Agama
    • Seniman
    • Pahlawan
    • Politik
    • Militer
    • Islam
    • Kristen
    • Katolik
    • Budha
    • Pencipta Lagu
    • Musisi
    • Penyanyi
    • Komedian
    • Aktor
    •   Back
    • Pencipta Lagu
    • Musisi
    • Penyanyi
    • Komedian
    • Aktor
    •   Back
    • Bintang
    • Satyalancana
    • Lencana Internasional
    •   Back
    • Perang
    • Pemberontakan
    • Konflik
    • Diplomasi
    •   Back
    • Islam
    • Kristen
    • Katolik
    • Budha
    •   Back
    • Kabinet
    •   Back
    • Pahlawan
    • Politik
    • Militer

Categories

Edit Template

Tuanku Tambusai: Harimau Paderi Dari Rokan

Tuanku Tambusai, yang bernama asli Muhammad Saleh, adalah salah satu pahlawan nasional yang berasal dari Riau. Ia dikenal sebagai tokoh penting dalam sejarah perjuangan melawan penjajah Belanda di Sumatera pada abad ke-19. 

Tidak hanya berperan sebagai pejuang, Tuanku Tambusai juga merupakan seorang ulama yang berpengaruh dalam penyebaran agama Islam. Ia berjuang bersama tokoh-tokoh besar lainnya, seperti Tuanku Imam Bonjol dan Tuanku Rao, untuk menentang penjajahan serta mempertahankan nilai-nilai keislaman di wilayah Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Riau. 

Sebagai pemimpin perjuangan dan seorang ulama, Tuanku Tambusai berhasil memperkuan pasukannya untuk melawan penjajah dan sekaligus memperluas penyebaran agama Islam di Sumatera. Karena Keberaniannya dalam perlawanan terhadap kolonialisme namanya diabadikan menjadi nama jalan di berbagai daerah.

Latar Belakang Keluarga

Tuanku Tambusai, dilahirkan di Dalu-dalu, Kerajaan Tambusai (Sekarang Dalu-dalu, Rokan Hulu, Riau). Tuanku Tambusai lahir dan diberi nama Muhammad Saleh. Ayahnya, Imam Maulana Kali merupakan seorang ulama yang menjadi Wali Syarak di Kerajaan Tambusai. Ibunya, Munah berasal dari Kerjaan Tambusai bersuku Kandang Kopuh.

Tuanku Tambusai tumbuh di keluarga yang sangat menjunjung tinggi ilmu agama, ia dididik oleh ayahnya dengan disiplin yang ketat, ia diajarkan langsung tentang ajaran-ajaran agama oleh ayahnya, tidak hanya itu ia juga diajarkan cara berkuda, silat dan menggunakan senjata.

Ketika ayahnya sudah merasa cukup mendidiknya, Tuanku Tambusai dikirim ke Bonjol dan Rau untuk berguru dengan Paderi (Ulama).

Awal Perjuangan Tuanku Tambusai

Tuanku Tambusai memiliki semangat yang besar dalam menyebarkan dakwah Islam, yang mendorongnya untuk berperang demi mengislamkan masyarakat di Tanah Batak. Hal ini terjadi karena raja-raja Batak pada masa itu menjalin hubungan erat dengan pihak penjajah.

Perjuangannya dimulai di wilayah Rokan Hulu dengan pusat perlawanan di Benteng Dalu-dalu. Pada tahun 1823, ia melanjutkan perlawanan ke wilayah Natal. Menurut catatan sejarah, pada usia 15 tahun, Tuanku Tambusai yang telah banyak belajar dari para ulama Paderi, ikut mengangkat senjata melawan tentara Belanda hingga ke Natal.

Pada Tahun 1924, Tuanku Tambusai ditunjuk utnuk memimpin pasukan dibeberapa daerah seperti Dalu-dalu, Lubuksikaping, Padanglawas, Angkola, dan Mandailing. Di usia yang masih muda, menurut Mahidin Said dalam bukunya Tuanku Tambusai Berjuang, ia dan pasukannya berhasil menghancurkan benteng Belanda, Fort Amerongen, serta merebut kembali Bonjol yang sebelumnya telah jatuh ke tangan Belanda.

Selain menghadapi Belanda, Tuanku Tambusai juga harus berperang melawan pasukan Raja Gedombang dari Mandailing dan Tumenggung Kartoredjo yang mendukung pihak Belanda. Pada periode 1834-1837, Belanda berupaya keras untuk merebut kembali Bonjol, namun usaha mereka terhalang oleh pergerakan Tuanku Tambusai di wilayah utara Sumatera.

Keberadaan pasukan Tuanku Tambusai di utara membuat Belanda kesulitan menyerang Bonjol dari dua arah, utara dan selatan. Pasukan gabungan Belanda dan Raja Gedombang yang bergerak dari utara berhasil dicegat oleh pasukan Tuanku Tambusai.

Pada Oktober 1837, melalui tipu muslihat dalam perundingan, Belanda berhasil menangkap Tuanku Imam Bonjol, salah satu tokoh utama Paderi. Meskipun begitu, perlawanan belum berakhir karena Tuanku Tambusai masih menjadi ancaman serius bagi ekspansi Belanda.

Setelah jatuhnya Bonjol, peran Tuanku Tambusai semakin menonjol. Menyadari bahwa ia adalah satu-satunya pemimpin perjuangan yang tersisa, Tuanku Tambusai memperkuat pertahanan di Dalu-dalu dengan membangun benteng tujuh lapis yang terkenal hingga hari ini.

Belanda juga menyadari bahwa selama Tuanku Tambusai belum ditaklukkan, kekuasaan mereka di pedalaman Sumatera tidak akan sepenuhnya kokoh. Kedua kekuatan ini terus berhadapan sepanjang tahun 1838, terutama di sekitar Dalu-dalu.

Sejak Januari 1838, Belanda mulai mengerahkan pasukannya ke Raja Mondang, sebuah daerah yang berjarak satu hari perjalanan dari Dalu-dalu. Upaya Belanda untuk bergerak ke Dalu-dalu terhambat oleh pertahanan kuat yang dibangun Tuanku Tambusai serta serangan gerilya yang dilancarkan oleh pasukannya.

Meskipun Belanda berusaha merebut satu per satu benteng pertahanan Tuanku Tambusai, pada bulan September 1838 mereka mulai memperoleh kemajuan. Hal ini memaksa Tuanku Tambusai memusatkan pertahanannya di benteng utama di Dalu-dalu.

Benteng Tuanku Tambusai

Salah satu kekuatan utama Benteng Dalu-dalu yang dibangun oleh Tuanku Tambusai adalah penggunaan bambu sebagai bahan pertahanan. Benteng ini terdiri dari tujuh lapis bambu yang rimbun, dan bambu yang digunakan bukanlah bambu sembarangan. 

Jenis bambu ini memiliki sifat yang sangat unik: tahan terhadap peluru dan besi. Ketika ditebas dengan pedang, bambu tersebut mengeluarkan percikan api, membuatnya sangat sulit untuk ditebang. Kekuatan alamiah ini menjadikan benteng pertahanan Tuanku Tambusai sangat sulit ditembus oleh pasukan Belanda. 

Meskipun Belanda mengerahkan kekuatan besar dan membombardir benteng dengan meriam sejak pertengahan Desember 1838, mereka tetap gagal menembus pertahanan ini.

Dikenal karena kelicikannya, Belanda menggunakan siasat untuk melemahkan pertahanan benteng. Mereka memanfaatkan penduduk lokal yang kesulitan ekonomi dengan menawarkan hadiah berupa koin emas. Belanda melemparkan ribuan koin Gulden emas ke dalam rimbunan bambu benteng, dan siapa pun yang dapat mengambil koin tersebut diperbolehkan memilikinya. 

Tawaran ini sangat menggiurkan bagi penduduk pribumi yang kemudian mulai menggali dan mencabut akar-akar bambu yang menjadi kekuatan utama benteng. Dalam waktu singkat, bambu-bambu tersebut berhasil dicabut, membuat benteng lebih mudah ditembus oleh pasukan Belanda.

Benteng Dalu-dalu akhirnya jatuh ke tangan Belanda, setelah pertempuran yang memakan banyak korban. Meskipun demikian, Tuanku Tambusai berhasil meloloskan diri melalui jalur rahasia. 

Kegigihannya dalam berjuang terus berkobar, bertekad untuk melawan hingga akhir sebagai seorang syahid sesuai dengan ajaran gurunya di Bonjol. 

Atas desakan para pengikutnya yang sangat mencintainya, Tuanku Tambusai akhirnya memilih untuk mengungsi ke negeri jiran, Malaysia. Ia wafat di Seremban, Negeri Sembilan, Malaysia, pada 12 November 1882.

Penghargaan Perjuangan

Karena ketangguhannya dalam melawan Belanda, beberapa laporan arsip kolonial menjuluki Tuanku Tambusai dengan gelar De Padrische Tijger van Rokan yang berarti “Harimau Paderi dari Rokan”. Gelar ini bukanlah sekadar julukan kosong, melainkan didasarkan pada fakta sejarah. 

Dalam berbagai literatur, termasuk buku Perang Paderi di Sumatera Barat 1808-1838 karya Moh. Radjab, Tuanku Tambusai digambarkan sebagai sosok yang sangat sulit ditaklukkan, pantang menyerah, dan tidak pernah bersedia berdamai dengan Belanda.

Meskipun pada masanya ia tidak menerima penghargaan resmi, peran Tuanku Tambusai sebagai ulama dan pahlawan tetap diakui. Atas jasa-jasanya dalam memperjuangkan kemerdekaan serta kontribusinya dalam dunia keagamaan, Tuanku Tambusai dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 71/TK/1995 yang dikeluarkan pada 7 Agustus 1995.

Kami ingin membuat pengalaman membaca kamu sebaik mungkin! Jika kamu menemukan informasi yang kurang tepat atau hilang dalam konten kami, kami sangat menghargai kontribusi kamu untuk memperbaikinya. 

Dengan kerjasama kamu, kami dapat memastikan bahwa setiap informasi yang kami bagikan akurat dan bermanfaat bagi semua pembaca kami. Jangan ragu untuk memberi tahu kami melalui kolom komentar di bawah setiap artikel atau melalui halaman Contact Us

Setiap masukan dari kamu sangat berarti bagi kami, dan kami selalu siap untuk meningkatkan kualitas layanan kami berkat kontribusi kamu. Terima kasih atas dukungan dan kerjasama kamu!

Share Article:

arsipmanusia.com

Writer & Blogger

Considered an invitation do introduced sufficient understood instrument it. Of decisively friendship in as collecting at. No affixed be husband ye females brother garrets proceed. Least child who seven happy yet balls young. Discovery sweetness principle discourse shameless bed one excellent. Sentiments of surrounded friendship dispatched connection is he. Me or produce besides hastily up as pleased. 

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baru Terbit

  • All Post
  • Biografi
  • Lembaga
  • Penghargaan
  • Peristiwa
    •   Back
    • Pemimpin
    • Agama
    • Seniman
    • Pahlawan
    • Politik
    • Militer
    • Islam
    • Kristen
    • Katolik
    • Budha
    • Pencipta Lagu
    • Musisi
    • Penyanyi
    • Komedian
    • Aktor
    •   Back
    • Pencipta Lagu
    • Musisi
    • Penyanyi
    • Komedian
    • Aktor
    •   Back
    • Bintang
    • Satyalancana
    • Lencana Internasional
    •   Back
    • Perang
    • Pemberontakan
    • Konflik
    • Diplomasi
    •   Back
    • Islam
    • Kristen
    • Katolik
    • Budha
    •   Back
    • Kabinet
    •   Back
    • Pahlawan
    • Politik
    • Militer

Jenderal AH Nasution

Jenderal Abdul Haris Nasution, lahir pada 3 Desember 1918, adalah sosok kunci dalam sejarah Indonesia yang memberikan kontribusi besar dalam perjuangan kemerdekaan dan pembangunan negara.

Join the family!

Sign up for a Newsletter.

You have been successfully Subscribed! Ops! Something went wrong, please try again.
Edit Template
Tombol Provinsi Indonesia
Scroll to Top