Ali Sadikin adalah seorang tokoh penting dalam sejarah Indonesia, dikenal luas sebagai Gubernur DKI Jakarta yang ke-9 yang menjabat dari tahun 1966 hingga 1977. Selain dikenal dengan gaya kepemimpinannya yang tegas dan inovatif, Ali Sadikin juga terkenal karena berbagai kebijakan kontroversial yang diambilnya selama masa jabatannya.
Artikel ini bertujuan untuk memberikan informasi mendetail tentang kehidupan dan kontribusi Ali Sadikin, mulai dari latar belakang keluarganya, pendidikan, karier militer, hingga perannya sebagai gubernur yang membawa banyak perubahan bagi ibu kota Jakarta.
Table of Contents
ToggleKehidupan Awal Ali Sadikin
Lahir di Sumedang, Jawa Barat, pada tanggal 7 Juli 1927, Ali Sadikin menunjukkan potensi kepemimpinannya sejak dini. Keterlibatannya dalam pergerakan pemuda dan perjuangan kemerdekaan Indonesia menjadi bukti nyata semangatnya.
Riwayat pendidikannya pun tak kalah gemilang. Ali Sadikin menempuh pendidikan dasar di Sekolah Rakyat (SR) Sumedang dan SR Jakarta, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 1 Bandung dan SMA Negeri 3 Bandung. Kegigihannya dalam menimba ilmu mengantarkannya ke jenjang pendidikan tinggi di Sekolah Pelayaran Tinggi (SPT) Semarang.
Pendidikan formalnya ini menjadi pondasi kokoh bagi karirnya di dunia maritim. Bergabung dengan Korps Komando Angkatan Laut (KKO AL), Ali Sadikin menjelma menjadi salah satu perwira terbaik di masanya. Kemampuannya dalam memimpin dan berstrategi mengantarkannya pada berbagai posisi penting, termasuk sebagai Wakil Panglima KKO AL dan Deputi II Panglima Angkatan Laut.
Perjalanan hidup Ali Sadikin masih panjang dan penuh dengan kisah inspiratif. Artikel ini hanyalah awal dari penjelajahan kita untuk memahami lebih dalam sosok Ali Sadikin dan kontribusinya yang tak ternilai bagi bangsa Indonesia.
Prestasi dan Tugas Militer Ali Sadikin
Ali Sadikin memulai karier militernya di TNI Angkatan Laut, tempat di mana ia dikenal dengan sebutan “Bang Ali”. Setelah menyelesaikan pendidikan militernya, Ali Sadikin ditugaskan sebagai perwira di Korps Komando (KKO) Angkatan Laut. Selama bertugas, Ali menunjukkan kemampuan dan dedikasinya yang luar biasa, sehingga membuatnya dipercaya untuk menduduki berbagai posisi penting dalam militer.
Selama karier militernya, Ali Sadikin meraih berbagai prestasi dan menjalankan tugas-tugas penting. Salah satu posisi penting yang dipegangnya adalah sebagai Deputi Kepala Staf Angkatan Laut, yang membuktikan kemampuan administratif dan kepemimpinannya.
Selain itu, ia juga menjabat sebagai Menteri Perhubungan Laut Indonesia dari tahun 1963 hingga 1966 dan Menteri Koordinator Kompartemen Maritim Indonesia dari tahun 1964 hingga 1966. Prestasi-prestasi ini menempatkannya sebagai salah satu tokoh militer yang berpengaruh sebelum akhirnya ditunjuk oleh Presiden Soekarno untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta pada tahun 1966.
Dengan dedikasinya, Ali Sadikin tidak hanya berkontribusi dalam bidang kemiliteran, tetapi juga membawa pengaruh besar dalam pembangunan Jakarta selama masa jabatannya sebagai gubernur.
Menjadi Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin
Ali Sadikin diangkat sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 28 April 1966 oleh Presiden Soekarno, menjadikannya gubernur pertama yang dilantik di Istana Negara. Pengangkatan ini didasarkan pada Surat Keputusan Presiden Nomor 82 Tahun 1966. Pada saat pelantikan, Ali Sadikin mengenakan seragam Mayor Jenderal KKO, menandai peralihan dari karier militernya yang sukses ke dunia pemerintahan sipil.
Sebelum Ali Sadikin menjabat, Jakarta menghadapi berbagai masalah serius. Kota ini mengalami kepadatan penduduk yang tinggi dengan tingkat kesejahteraan yang rendah serta prasarana yang sangat kurang.
Kondisi sosial-politik juga kurang mendukung, dengan birokrasi yang tidak efisien dan minimnya partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan serta pengembangan kota. Kombinasi masalah internal dalam birokrasi dan kurangnya tanggung jawab masyarakat menciptakan tantangan besar bagi Ali Sadikin saat mulai memimpin Jakarta.
Kebijakan dan Program Pembangunan Ali Sadikin
Selama menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin memperkenalkan berbagai kebijakan dan program pembangunan yang signifikan di bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Kebijakan Politik dan Ekonomi
Ali Sadikin fokus pada penguatan anggaran dan pendapatan daerah melalui berbagai inovasi. Salah satu kebijakan penting yang diterapkannya adalah intensifikasi pajak dan pencarian sumber-sumber pendapatan baru untuk mengatasi masalah keuangan Jakarta.
Ia juga memperkenalkan kebijakan kontroversial seperti melegalkan perjudian dan melokalisasi pelacuran. Hasil pajak dari sektor-sektor ini digunakan untuk pembangunan infrastruktur kota.
Kebijakan Sosial dan Budaya
Ali Sadikin memberikan perhatian besar pada pengembangan fasilitas publik dan pelestarian budaya. Ia memprakarsai pembangunan berbagai fasilitas seperti Taman Ismail Marzuki sebagai pusat kesenian, Kebun Binatang Ragunan, dan Taman Impian Jaya Ancol.
Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup warga Jakarta dan mempromosikan kebudayaan lokal. Selain itu, ia juga menghidupkan kembali tradisi Betawi di kawasan Condet dan mengadakan acara tahunan seperti Abang dan None Jakarta serta pesta rakyat.
Kontroversi Kebijakan
Kebijakan Ali Sadikin tidak lepas dari kontroversi. Legalitas perjudian dan lokalisasi pelacuran mendapat banyak kritikan. Meskipun demikian, Ali Sadikin berpendapat bahwa langkah ini diperlukan untuk mengumpulkan dana yang cukup guna mempercepat pembangunan Jakarta.
Transparansi dalam penggunaan dana dari pajak perjudian juga diutamakan untuk memastikan bahwa dana tersebut digunakan secara tepat.
Kehidupan Ali Sadikin Setelah Menjabat
Setelah tidak lagi menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta pada tahun 1977, Ali Sadikin tidak berhenti berkontribusi untuk Indonesia.
Ia terlibat dalam berbagai aktivitas sosial dan politik yang menunjukkan komitmennya terhadap pembangunan bangsa. Salah satu peran pentingnya adalah menjadi Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dari tahun 1977 hingga 1981.
Selain itu, Ali Sadikin juga aktif dalam kegiatan politik, terutama melalui keterlibatannya dengan kelompok-kelompok oposisi terhadap rezim Orde Baru. Beliau dikenal sebagai salah satu pendiri Petisi 50, sebuah kelompok kritis terhadap pemerintahan Presiden Soeharto, yang dibentuk pada tahun 1980.
Akhir Kehidupan Ali Sadikin
Pada masa-masa akhir hidupnya, kesehatan Ali Sadikin mulai menurun. Ia meninggal dunia pada tanggal 20 Mei 2008 di Singapura akibat komplikasi penyakit yang dideritanya. Ali Sadikin dikenang sebagai salah satu tokoh besar yang berkontribusi signifikan terhadap pembangunan Jakarta dan Indonesia secara keseluruhan.
Pemerintah dan masyarakat memberikan penghormatan besar terhadap jasanya, dan banyak inisiatif serta kebijakan yang dirintisnya tetap menjadi bagian penting dari sejarah pembangunan ibu kota.
Bio Data Gus Dur
Nama Lengkap | Dr. (H.C.) K.H. Abdurrahman Wahid, Lc. |
Nama Kecil | Abdurrahman ad-Dakhil |
Nama Lain | Gus Dur |
Tempat, Lahir | Jombang, Hindia Belanda, 7 September 1940 |
Tempat, Wafat | Jakarta, 30 Desember 2009 (umur 69) |
Makam | Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, kompleks Pondok Pesantren Tebuireng Jombang |
Agama | Islam |
Bangsa | Indonesia |
Pekerjaan | Ulama, Politikus |
Partai | Partai Kebangkitan Bangsa |
Ayah | Wahid Hasyim |
Ibu | Siti Sholehah |
Isteri (Pernikahan) | Sinta Nuriyah |
Anak | Alissa Qotrunnada Zannuba Ariffah Chafsoh Anita Hayatunnufus Inayah Wulandari |
Riwayat Pendidikan Gus Dur
Pendidikan | Tempat |
---|---|
SD | SD KRIS Jakarta (kelas 3 dan 4) |
SD | SD Matraman Perwari Jakarta |
SMEP (1957) | SMEP Gowongan Yogyakarta |
Pesantren | Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta |
Pesantren (1959) | Pondok Pesantren Tegalrejo Magelang |
Universitas | Universitas Al-Azhar Kairo (Mesir) |
Universitas (1970) | Universitas Baghdad (Irak) – Fakultas Ushuluddin |
Karir Gus Dur
Organisasi/Lembaga | Jabatan (Tahun) |
---|---|
Himpunan Mahasiswa Nahdlatul Ulama (HMNU) Cabang Yogyakarta | Ketua (1963-1966) |
Fakultas Ushuluddin Universitas Hasyim Asy’ari, Jombang | Dekan (1972-1974) |
Pesantren Tebuireng, Jombang | Sekretaris (1974-1979) |
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) | Ketua Umum (1979-1984) |
Dewan Tanfidz PBNU | Ketua (1984-2000) |
Forum Demokrasi (Fordem) | Pendiri dan anggota (1990) |
Dewan Penasihat Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) | Pendiri dan Ketua (1998) |
Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Islam (LKSDI) | Pendiri (1999) |
Lembaga Kajian Islam dan Kebangsaan (LKIS) | Pendiri (2000) |
The Wahid Institute | Pendiri (2001) |
Gus Dur National Peace and Harmony Award | Pendiri (2002) |
Gus Dur International Center for Dialogue and Cooperation | Pendiri (2004) |
Presiden Republik Indonesia ke-4 | Presiden Republik Indonesia (1999-2001) |
Dewan Penasihat PKB | Ketua (2001-2009) |
Madrasah Mu’allimat, Jombang | Guru (1959-1963) |
Universitas Hasyim Asy’ari, Jombang | Dosen (1972-1974) |
Pondok Pesantren Ciganjur, Jakarta | Pengasuh (1979-1984) |
Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang | Pengasuh (1984-2009) |
Dewan Penasihat PKB | Ketua (1998-2009) |
berbagai media massa | Penulis dan kolumnis (2000-2009) |
berbagai konferensi dan seminar nasional maupun internasional | Pembicara (2001-2009) |
Karya Gus Dur
Judul | Tahun Terbit | Penerbit |
---|---|---|
Bunga Rampai Pesantren | 1979 | Darma Bakti |
Muslim di Tengah Pergumulan | 1981 | Leppenas |
Kiai Nyentrik Membela Pemerintah | 1997 | LKiS |
Tabayyun Gus Dur | 1998 | LKiS |
Islam Tanpa Kekerasan | 1998 | LKiS |
Menggerakkan Tradisi, Esai-Esai Pesantren | 2000 | LKiS |
Pergulatan Negara, Agama, dan Kebudayaan | 2001 | Desantara |
Gus Dur Bertutur | 2005 | – |
Islamku, Islam Anda, Islam Kita: Agama, Masyarakat, Negara, Demokrasi | 2006 | Wahid Institute |
Islam Kosmopolitan: Nilai-Nilai Indonesia dan Transformasi Kebudayaan | 2007 | – |
Gus Dur Menyapa Kaum Muda | 2009 | Pustaka Marwah |
Gus Dur: The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid | 2010 | The Habibie Center |
Gus Dur: Jejak Langkah Pemikiran dan Kiprah | 2013 | Pustaka Marwah |
Gus Dur: Pesan Cinta dan Perdamaian | 2014 | Pustaka Marwah |
Gus Dur: Menyingkap Tabir Kehidupan dan Pemikiran | 2015 | Pustaka Marwah |
Gus Dur: Menebar Benih Toleransi dan Kebangsaan | 2016 | Pustaka Marwah |
Gus Dur: Menggali Makna Kehidupan dan Kemanusiaan | 2017 | Pustaka Marwah |
Gus Dur: Menjaga Pluralisme dan Kebhinekaan | 2018 | Pustaka Marwah |
Gus Dur: Melawan Ketidakadilan dan Kezaliman | 2019 | Pustaka Marwah |
Gus Dur: Menebar Kedamaian dan Persaudaraan | 2020 | Pustaka Marwah |
Gus Dur: Mengajarkan Cinta dan Kasih Sayang | 2021 | Pustaka Marwah |
Gus Dur: Menjaga Ukhuwah dan Persatuan | 2022 | Pustaka Marwah |
Ratusan artikel dan esai di berbagai media massa | – | – |
Puluhan pidato di berbagai acara | – | – |
Penghargaan Gus Dur
Penghargaan | Tahun | Pemberi |
---|---|---|
Tokoh Reformasi | 1999 | Majalah Tempo |
Tokoh Nasional | 2000 | Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) |
Gelar Doktor Honoris Causa | 2001 | Universitas Airlangga, Universitas Brawijaya, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta |
Anugerah Tokoh Muhammadiyah | 2009 | Pimpinan Pusat Muhammadiyah |
Ramon Magsaysay Award for Journalism, Literature and the Arts (Kategori Jurnalisme) | 1993 | Ramon Magsaysay Award Foundation, Filipina |
Tokoh Perdamaian | 1998 | American Friends Service Committee, Amerika Serikat |
Mahatma Gandhi Peace Award | 2006 | Forum Terpadu Peduli Perdamaian, India |
Tokoh 1990: Penggerak Islam Indonesia | 1988 | Majalah Editor |
Lifetime Achievement Award | 1998 | Charta Politika |
Mebal Valor Award | 2002 | Mebal Valor, Amerika Serikat |
Gus Dur Award | 2005 | The Wahid Institute |
Lifetime Achievement Award | 2009 | Indonesia Corruption Watch (ICW) |
Penghargaan Bintang Gus Dur
Penghargaan (tahun) | Gambar |
---|---|
Bintang Republik Indonesia Adipurna (23 Februari 2001) | |
Bintang Mahaputera Adipurna (23 Februari 2001) | |
Bintang Mahaputera Adipradana (17 Agustus 1998) | |
Bintang Mahaputera Utama (17 Agustus 1998) | |
Bintang Jasa Utama (23 Februari 2001) | |
Bintang Budaya Parama Dharma (23 Februari 2001) | |
Bintang Yudha Dharma Utama (23 Februari 2001) | |
Bintang Kartika Eka Paksi Utama (23 Februari 2001) | |
Bintang Jalasena Utama (23 Februari 2001) | |
Bintang Swa Bhuwana Paksa Utama (23 Februari 2001) | |
Bintang Bhayangkara Utama (23 Februari 2001) |
Kami ingin membuat pengalaman membaca kamu sebaik mungkin! Jika kamu menemukan informasi yang kurang tepat atau hilang dalam konten kami, kami sangat menghargai kontribusi kamu untuk memperbaikinya.
Dengan kerjasama kamu, kami dapat memastikan bahwa setiap informasi yang kami bagikan akurat dan bermanfaat bagi semua pembaca kami. Jangan ragu untuk memberi tahu kami melalui kolom komentar di bawah setiap artikel atau melalui halaman Contact Us.
Setiap masukan dari kamu sangat berarti bagi kami, dan kami selalu siap untuk meningkatkan kualitas layanan kami berkat kontribusi kamu. Terima kasih atas dukungan dan kerjasama kamu!