Mas Tirtodarmo Haryono, atau yang lebih dikenal sebagai MT Haryono, adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah Indonesia. Lahir pada 20 Januari 1924 di Surabaya, MT Haryono dikenal sebagai pahlawan revolusi yang berperan besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Sebagai seorang militer dan diplomat ulung, MT Haryono memiliki kontribusi signifikan dalam mengawal dan mempertahankan kedaulatan negara. Pada masa-masa genting di sekitar peristiwa G30S/PKI, MT Haryono menjadi salah satu dari tujuh perwira tinggi TNI AD yang gugur sebagai korban keganasan gerakan tersebut.
Pengorbanannya menjadikan MT Haryono sebagai simbol keteguhan dan keberanian, serta ia dikenang sebagai Pahlawan Revolusi yang berjasa bagi bangsa dan negara. Melalui artikel ini, kita akan menyusuri jejak hidup dan perjuangan MT Haryono, mengungkap berbagai aspek dari perjalanan hidupnya yang penuh dedikasi dan pengabdian.
Table of Contents
ToggleKehidupan Awal dan Latar Belakang MT Haryono
Mas Tirtodarmo Haryono, yang dikenal dengan nama MT Haryono, lahir pada 20 Januari 1924 di Surabaya, Jawa Timur. Ia merupakan anak dari keluarga yang sederhana namun memiliki nilai-nilai luhur yang kuat.
Pendidikan awalnya ditempuh di ELS (Europeesche Lagere School), setingkat dengan Sekolah Dasar, kemudian dilanjutkan ke HBS (Hogere Burger School) yang setingkat dengan Sekolah Menengah Umum. MT Haryono kemudian sempat melanjutkan pendidikan ke Ika Daigakko, sekolah kedokteran pada masa pendudukan Jepang di Jakarta, namun tidak sampai selesai.
Pengaruh keluarga sangat besar dalam membentuk karakter MT Haryono. Keluarganya yang sederhana dan penuh kehati-hatian memberikan dasar yang kuat bagi MT Haryono dalam menjalani kehidupan militer dan diplomasi.
Sikap disiplin, kerja keras, dan kepribadian yang tenang serta bijaksana sangat terlihat dalam setiap langkah hidupnya. Keteguhan dan integritas yang diajarkan oleh keluarganya menjadikannya seorang pemimpin yang dihormati dan dicintai.
Karier Militer MT Haryono
Karier militer MT Haryono dimulai saat ia bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Ia memulai karier militernya dengan pangkat Mayor.
Selama periode perjuangan mempertahankan kemerdekaan antara tahun 1945 hingga 1950, MT Haryono sering kali dipindah tugaskan. Awalnya, ia ditempatkan di Kantor Penghubung dan kemudian menjadi Sekretaris Delegasi RI dalam perundingan dengan Inggris dan Belanda.
Sepanjang karier militernya, MT Haryono memegang berbagai posisi penting. Ia pernah menjabat sebagai Sekretaris Dewan Pertahanan Negara dan sebagai Wakil Tetap pada Kementerian Pertahanan untuk Urusan Gencatan Senjata.
Selain itu, pada Konferensi Meja Bundar (KMB), ia berperan sebagai Sekretaris Delegasi Militer Indonesia. Kemampuan komunikasi yang luar biasa, ditambah dengan kefasihannya dalam beberapa bahasa asing seperti Inggris, Belanda, dan Jerman, membuatnya menjadi aset penting dalam berbagai perundingan internasional.
Kontribusi penting MT Haryono dalam militer termasuk perannya dalam perundingan dengan pihak asing yang berpengaruh pada pengakuan kedaulatan Indonesia. Kepemimpinannya dan dedikasinya dalam menjaga kemerdekaan dan stabilitas negara diakui dan dihormati oleh banyak pihak, baik di dalam negeri maupun di arena internasional.
Peran dalam Revolusi dan Diplomasi
Mas Tirtodarmo Haryono, yang lebih dikenal sebagai MT Haryono, memiliki peran yang sangat penting dalam revolusi kemerdekaan Indonesia. Saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dikumandangkan pada tahun 1945, Haryono yang berada di Jakarta segera bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Ia mulai dengan pangkat Mayor dan aktif dalam berbagai operasi militer untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Selain kiprahnya di medan perang, Haryono juga memainkan peran diplomatik yang krusial. Ia pernah menjabat sebagai Sekretaris Delegasi RI dalam perundingan dengan Inggris dan Belanda, serta sebagai Sekretaris Delegasi Militer Indonesia pada Konferensi Meja Bundar (KMB).
Kemampuan diplomasi Haryono tidak hanya berhenti di situ. Fasih dalam bahasa Belanda, Inggris, dan Jerman, ia menjadi perwira yang sangat diperlukan dalam berbagai perundingan internasional. Salah satu misi pentingnya adalah ketika ia ditugaskan sebagai Atase Militer Indonesia di Belanda, di mana ia memainkan peran strategis dalam menjembatani komunikasi antara kedua negara.
Peran dan kontribusi Haryono dalam bidang diplomasi tidak hanya memperkuat posisi Indonesia di kancah internasional tetapi juga membantu memperjuangkan kepentingan nasional pada masa-masa kritis setelah kemerdekaan.
Tragedi G30S/PKI
Mayor Jenderal MT Haryono merupakan salah satu perwira tinggi yang terlibat dalam upaya melawan kudeta yang dilakukan oleh Gerakan 30 September/PKI pada tahun 1965. Pada dini hari tanggal 1 Oktober 1965, sekelompok pasukan dari Cakrabirawa, satuan pengawal presiden, menculik MT Haryono dari rumahnya. Meskipun ia mencoba melawan dengan merebut senjata salah satu anggota pasukan tersebut, usahanya gagal dan ia akhirnya ditembak mati di tempat oleh Sersan Mayor Boengkoes.
Setelah ditembak, jenazah MT Haryono bersama enam perwira lainnya dibawa ke daerah Lubang Buaya, sebuah sumur tua di Halim Perdanakusumah. Mereka dimasukkan ke dalam sumur tersebut oleh anggota PKI.
Baru pada tanggal 4 Oktober 1965, jenazah mereka berhasil dievakuasi. Peristiwa tragis ini tidak hanya mengguncang bangsa Indonesia, tetapi juga menandai titik balik dalam sejarah politik Indonesia, yang kemudian memperkuat kebijakan anti-komunis di negara ini.
Penghargaan dan Penganugerahan
Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono telah menerima berbagai penghargaan atas jasa-jasanya. Sebagai pengakuan atas pengorbanannya, Pemerintah Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Revolusi kepadanya. Gelar ini diberikan setelah beliau gugur dalam mempertahankan Pancasila, dan pangkatnya dinaikkan satu tingkat menjadi Letnan Jenderal (anumerta).
Selain itu, beliau juga mendapatkan sejumlah penghargaan lainnya, termasuk Bintang Republik Indonesia Adipradana yang dianugerahkan pada 10 November 1965. MT Haryono juga menerima berbagai tanda kehormatan militer seperti Satyalancana Kesetiaan XVI, Satyalancana Perang Kemerdekaan I dan II, serta Satyalancana GOM I dan Satyalancana Satya Dharma. Pengakuan atas jasanya tidak hanya diakui secara nasional tetapi juga memberikan dampak yang mendalam dalam sejarah perjuangan Indonesia.
Bio Data Mas Tirtodarmo Haryono
Nama Lengkap | Letnan Jenderal TNI (Anumerta) Mas Tirtodarmo Haryono |
Nama Kecil | Mas Tirtodarmo Haryono |
Nama Lain | MT Haryono |
Tempat, Lahir | Surabaya, Hindia Belanda, 20 Januari 1924 |
Tempat, Wafat | Lubang Buaya, Jakarta, Indonesia, 1 Oktober 1965 (umur 41) |
Makam | Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta |
Agama | Islam |
Bangsa | Indonesia |
Pekerjaan | Tentara |
Institusi | Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat |
Pangkat Akhir | Letnan Jenderal TNI (Anumerta) |
Ayah | Mas Harsono Tirtodarmo |
Ibu | Patimah |
Isteri (Pernikahan) | Mariatni |
Anak | Rianto Nurhadi, Bob Haryanto, Adri Prambanto, Haryanti Mirya, Endah Marina |
Riwayat Pendidikan Mas Tirtodarmo Haryono
Tingkat Pendidikan | Nama Lembaga | Tahun Lulus |
---|---|---|
Sekolah Dasar | Europeesche Lagere School (ELS) | – |
Sekolah Menengah | Hoogere Burgerschool (HBS) Surabaya | 1942 |
Perguruan Tinggi | Ika Dai Gakko (Sekolah Kedokteran) | – |
Karir Mas Tirtodarmo Haryono
Organisasi/Lembaga | Jabatan (Tahun) |
---|---|
Tentara Keamanan Rakyat (TKR) | Komandan Kompi TKR di Mojokerto (1945) |
Tentara Keamanan Rakyat (TKR) | Komandan Batalyon TKR di Mojokerto (1946) |
Tentara Keamanan Rakyat (TKR) | Komandan Resimen TKR di Mojokerto (1947) |
Tentara Nasional Indonesia (TNI) | Komandan Brigade Infanteri 21 (1948) |
Tentara Nasional Indonesia (TNI) | Komandan Divisi Brawijaya (1949) |
Tentara Nasional Indonesia (TNI) | Wakil Kepala Staf Divisi Brawijaya (1950) |
Kedutaan Besar Indonesia di Belanda | Atase Militer (1952) |
Tentara Nasional Indonesia (TNI) | Panglima Divisi Brawijaya (1957 – 1961) |
Tentara Nasional Indonesia (TNI) | Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (1961 – 1962) |
Tentara Nasional Indonesia (TNI) | Panglima Kodam V/Jaya (1962 – 1965) |
Penghargaan Mas Tirtodarmo Haryono
Penghargaan | Tahun | Pemberi | Catatan |
---|---|---|---|
Gelar Pahlawan Revolusi | 1966 | Pemerintah Republik Indonesia | Anumerta |
Kenaikan Pangkat Luar Biasa (KPLB) menjadi Letnan Jenderal TNI | 1965 | Pemerintah Republik Indonesia | Anumerta |
Penghargaan Bintang Mas Tirtodarmo Haryono
Penghargaan (tahun) | Gambar |
---|---|
Bintang Republik Indonesia Adipradana (10 November 1965) | |
Bintang Gerilya | |
Bintang Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia | |
Satyalancana Kesetiaan 16 Tahun | |
Satyalancana Perang Kemerdekaan I | |
Satyalancana Perang Kemerdekaan II | |
Satyalancana G.O.M I | |
Satyalancana Satya Dharma |
Kami ingin membuat pengalaman membaca kamu sebaik mungkin! Jika kamu menemukan informasi yang kurang tepat atau hilang dalam konten kami, kami sangat menghargai kontribusi kamu untuk memperbaikinya.
Dengan kerjasama kamu, kami dapat memastikan bahwa setiap informasi yang kami bagikan akurat dan bermanfaat bagi semua pembaca kami. Jangan ragu untuk memberi tahu kami melalui kolom komentar di bawah setiap artikel atau melalui halaman Contact Us.
Setiap masukan dari kamu sangat berarti bagi kami, dan kami selalu siap untuk meningkatkan kualitas layanan kami berkat kontribusi kamu. Terima kasih atas dukungan dan kerjasama kamu!