Achmad Tahir merupakan seroan pejuang kemerdekaan Indonesia yang berasal dari Sumatera Utara, ia dilahirkan di Siantar, Sumatera Utara. Ia cukup berperan dalam melatih para pemuda dibidang militer pada awal kemerdekaan.
Table of Contents
ToggleMasa Kecil dan Pendidikan
Achmad Tahir lahir pada tanggal 27 Juni 1924 di Kisaran Sumatera Utara. Ayahnya bernama Haji Achmad berasal dari Salatiga, Jawa Tengah, bekerja sebagai masinis di peruhasahaan DSM. Ibunya merupakan wanita melayu dari Deli Serdang, Sumatera Utara.
Achmad Tahir sudah didik untuk hidup mandiri dari kecil, ia mengerjakan tugas sehari-hari seperti membelah kayu dan mengambil air.
Achmad Tahir juga membantu orang tuanya dengan menjual rokok dan permen di bioskop, menjadi pemungut bola di lapangan tenis.
Achmad Tahir memulai pendidikan formalnya di Hollandsch Inlandsche School (HIS), Medan, pada tahun 1938. Setelah itu ia melanjutkan pendidikannya ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), Medan pada tahun 1941.
Militer
Pada masa Jepang tahun 1943, Achmad Tahir masuk sebagai Giyugun, Giyugun merupakan tentara sukarela buatan militer Jepang.
Achmad Tahir bersama 13 perwira Giyugun lainnya membentuk organisasi Panitia Penolong Pengangguran Heiho dan Giyugun pada Agustus 1945, ia terpilih sebagai ketuanya.
Selama di Giyugun, Achmad Tahir membantu dan mengajar para pemuda ilmu-ilmu militer, yang nantinya akan menjadi kekuatan pergerakan untuk melawan penjajahan.
Barisan pemuda Indonesia (BPI)
Achmad Tahir bersama para pemuda bekas Giyugun, Heiho dan lainnya sepakat untuk mengawal dan mepertahankan kemerdekaan Indonesia terutama di Sumatera. Untuk menghimpun kekuatan, Achmad Tahir mengajak para pemuda dari berbagai golongan dalam rapat rahasia yang ia adakan di Jalan Fuji Dori No.6 (Sekarang Jl. Imam Bonjol, Medan), rapat rahasia itu menghasilkan keputusan untuk membentuk Barisan Pemuda Indonesia (BPI).
Pada tanggal 30 September 1945, di Jl. Amplas Medan, BPI secara resmi dibentuk. BPI dari setiap daerah di Sumatera kemudian mengadakan rapat untuk menyusun organisasi massa untuk membuat gerakan yang dapat membangun semangat perjuangan rakyat. BPI juga mengirim utusan-utusan ke daerah-daerah untuk memperluas pergerakan.
Berita Kemerdekaan Indonesia sampai di Sumatera Utara cukup terlambat, hal ini dikarenakan perjalan Mr. Mohammad Hasan sebagai perwakilan Sumatera Utara cukup lama dalam perjalanan. Mr. Mohammad Hasan baru sampai di Medan pada akhir Agustus 1945, sampai di Medan, ia tidak langsung memberitahukan kemerdekaan Indonesia. Para pemuda yang sudah bersemangat yang bergelora mendesak Mr. Mohammad Hasan untuk segera mengumumkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia secara resmi.
Bersamaan dengan pembentukan BPI di Gedung Taman Siswa, Jl. Amplas, Mr. Mohammad Hasan mengumumkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia secara resmi. Bendera Merah Putih mulai dikibarkan secara terang-terangan di setiap bangunan-bangunan di Medan sebagai pertanda Medan telah merdeka.
Karir
Achmad Tahir pada awal kemerdekaan menjadi Panglima Divisi IV/TKR, lalu menjadi Komandan Polisi Tentara Sumatera mulai dari tahun 1946 sampai tahun 1947.
Pada tahun 1948 sampai 1949, Achmad Tahir menjabat menjai Kepala Staf KDO Sumatera, kemudian menjadi Kepala Bagian Umum Dinas Personalia Angkatan Darat mulai tahun 1950 sampai 1952. Achmat Tahir juga menjadi Asiste Ajudan Jenderal apda tahun 1952-1953.
Achmad Tahir kemudian menjadi Kepala Seksi III Staf Umum TNI-Angkatan Darat pada tahun 1953 sampai tahun 1956. dan pada tahun 1956 sampai tahun 1959 menjadi Atase Militer Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Roma.
Achmad Tahir juga pernah menjadi dosen Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SESKOAD) pada tahun 1960 sampai 1962, Achmad Tahir juga menjadi Gubernur Akadedmi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) Umum Darat pada tahun 1966 sampai 1968.
LVRI
Achmad Tahir menjadi Ketua Umum Legium Veteran Republik Indonesia, selama menjabat sebagai Ketua Umum LVRI, ia banyak membantu dan memperjuangkan nasib para veteran, terutama mereka yang belum memiliki rumah. Pada saat itu, separuh anggota LVRI belum memiliki rumah sendiri.
Achmad Tahir berhasil membuat para veteran memiliki rumah mereka sendiri pada tahun 1994. Ia bekerjasama dengan Induk Koperasi Karyawan dan Kementerian Negara Perumahan Rakyat.
Dana pembangunan rumah diambil dari tunjangan veteran. Achmad Tahir membuat trobosan untuk memotong dana tunjangan veteran sebesar Rp.1.000 tiap bulannya.
LVRI berhasil mengumpulkan dana sekitar 220 juta setiap bulannya, sehingga para veteran bisa mendapatkan rumahnya sendiri dan terbebas dari kesusahan dimasa tuanya.
Wafat
Tepat pada Tanggal 17 Agustus 1945, saat Indonesia merayakan HUT RI yang ke-57, Achmad Tahir wafat. Ia meninggalkan seorang Isteri yang bernama Rooslila, enam anaknya yang bernama Gelora Surya Dharma (Dali Tahir), Hari Indra Utama, Yulia Saprita, Linda Amalia Sari, Adi Putra Darmawan dan Chaerul Permata dan 11 cucunya.
Megawati Soekarnoputri dan Taufik Kiemas hadir dalam upacara pemakamannya. Tokoh lain yang hadir seperti Hamzah Haz, Para pejabat tinggi sipil dan militer, para pengusaha, serta para petinggi era Soeharto.
Sumber:
- Barus, Betsyeba Br. “PERANAN ACHMAD TAHIR DALAM PERISTIWA PERTEMPURAN MEDAN AREA 13 OKTOBER 1945.” (1945).
- “Perajurit Pejuang Sampai Akhir” tokoh.id (diakses 9 Februari 2025)
Bio Data Achmad Tahir
Nama Lengkap | Achmad Tahir |
Nama Kecil | Achmad Tahir |
Nama Lain | – |
Tempat, Lahir | Kisaran, Sumatera Utara, Hindia Belanda, 27 Juni 1924 |
Tempat, Wafat | Rumah Sakit Medistra, Jakarta, Indonesia, 17 Agustus 2002 (umur 78) |
Makam | Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata, Jakarta, Indonesia |
Agama | Islam |
Bangsa | Indonesia |
Pekerjaan | – Militer – Politikus |
Dinas Militer | ![]() TNI Angkatan Darat |
Pangkat Militer | ![]() Jenderal TNI AD (Kehormatan) |
Satuan | Polosi Militer (PM) |
Partai | Golongan Karya (GOLKAR) |
Isteri/Pasangan | Ny. Rooslila Simanjuntak |
Anak | – Gelora Surya Dharma (Dali Tahir) – Heriyanto Tahir – Hari Indra Utama – Yulia Saprita – Linda Amalia Sari Agum Gumelar – Adi Putra Darmawan Tahir – Chaerul Permata Cita |
Riwayat Pendidikan Achmad Tahir
Jenjang Pendidikan | Nama Sekolah | Tahun |
---|---|---|
Hollandsch Inlandsche School (HIS) | Hollandsch Inlandsche School (HIS), Medan | 1938 |
Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) | Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) – B, Medan | 1941 |
Pelatihan Opsir | Platihan Opsir Gyugun | 1943 |
SMA-B | SMA-B Bukittinggi | 1948 (tidak selesai) |
Kursus Atase Militer | Kursus Atase Militer | 1956 |
Sekolah Staf dan Komando | Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SESKOAD) | 1960 |
Sarjana Muda | Universitas Jayabaya, Jakarta | 1972 |
Karir Achmad Tahir
Instansi/Tempat | Jabatan | Masa Jabatan |
---|---|---|
Divisi IV/Tentara Kemanan Rakyat | Panglima | 1945 |
Polisi Tentara Sumatera | Komandan | 1946-1947 |
KDO Sumatera | Kepala Staf | 1948-1949 |
Dinas Personalia AD | Kepala Bagian Umum | 1950-1952 |
Asisten Ajudan Jenderal | Asisten | 1952-1953 |
Staf Umum TNI-AD | Kepala Seksi III | 1953-1956 |
KBRI Roma | Atase Militer | 1956-1959 |
Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat | Dosen | 1960-1962 |
Komando Mandala | Kepala Staf Gabungan | 1962-1963 |
Gubernur Militer Indonesia Bagian Timur | Kepala Staf | 1962-1963 |
Gubernur Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia Umum Darat | Gubernur | 1966-1968 |
Komando Wilayah Pertahanan I Sumatera | Panglima | 1969-1973 |
Kedutaan Besar Republik Indonesia Francis | Duta Besar | 1973-1976 |
Kedutaan Besar Republik Indonesia Spanyol | Duta Besar | 1973-1975 |
Departemen Perhubungan | Sekretaris Jenderal | 1976-1983 |
Kabinet Pembangunan IV | Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi Indonesia | 19 Maret 1983-21 Maret 1988 |
Kedutaan Besar Gerakan Nonblok untuk wilayah Eropa | Duta Besar Keliling | 1994 |
Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) | Ketua umum | 1978-1998 |
Penghargaan Bintang Achmad Tahir
Penghargaan (tahun) | Gambar |
---|---|
Bintang Mahaputera Adipradana (10 Agustus 1987) | ![]() |
Bintang Dharma | ![]() |
Bintang Gerilya | ![]() |
Bintang Yudha Dharma Pratama | ![]() |
Bintang Kartika Eka Paksi Pratama | ![]() |
Bintang Jalasena Pratama | ![]() |
Bintang Kartika Eka Paksi Nararya | ![]() |
Bintang Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia | ![]() |
Satyalancana Kesetiaan 24 Tahun | ![]() |
Satyalancana Perang Kemerdekaan I | ![]() |
Satyalancana Perang Kemerdekaan II | ![]() |
Satyalancana G.O.M II | ![]() |
Satyalancana Satya Dharma | ![]() |
Satyalancana Dwidya Sistha | ![]() |
Satyalancana Penegak | ![]() |
Grand Officer of the Order of Orange-Nassau – Belanda | ![]() |
Grand Cross of the National Order of Merit – Prancis | ![]() |
Kami ingin membuat pengalaman membaca kamu sebaik mungkin! Jika kamu menemukan informasi yang kurang tepat atau hilang dalam konten kami, kami sangat menghargai kontribusi kamu untuk memperbaikinya.
Dengan kerjasama kamu, kami dapat memastikan bahwa setiap informasi yang kami bagikan akurat dan bermanfaat bagi semua pembaca kami. Jangan ragu untuk memberi tahu kami melalui kolom komentar di bawah setiap artikel atau melalui halaman Contact Us.
Setiap masukan dari kamu sangat berarti bagi kami, dan kami selalu siap untuk meningkatkan kualitas layanan kami berkat kontribusi kamu. Terima kasih atas dukungan dan kerjasama kamu!