Laksamana Moeda Oedara (Anumerta) Abdul Halim Perdanakusuma merupakan seorang Pahlawan Nasional Indonesia, ia merupakan salah satu pendiri Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI).
Table of Contents
ToggleMasa Kecil dan Pendidikan
Abdul Halim Perdana Kusuma dilahirkan di Sampang pada tanggal 18 November 1922. Ayahnya bernama Raden Mohammad Siwa lalu mengubah namanya setelah berangkat haji menjadi Raden Haji Mohammad Bahauddin Wongsotaruno, ibunya bernama Raden Ayu Asyah yang merupakan puteri dari Raden Ngabehi Notosbroto seorang Wedana Gresik.
Ayah Abdul Halim juga dikenal sebagai seorang penulis, tulisan ayahnya yang cukup dikenal adalah “Batara Rama Sasrabahu” yang ditulis dengan Bahasa Madura.
Pendidikan formal Abdul Halim Perdanakusuma dimulai pada tahun 1928 di Hollandsch Inlandsche School (HIS) Sampang, Karena Halim merupakan anak yang cerdas, ia dapat menyelesaikan pendidikannya dengan mudah pada tahun 1934.
Abdul Halim Perdanakusuma melanjutkan pendidikannya ke Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs (MULO) Surabaya dan lulus pada tahun 1938. Setelah lulus dari MULO, ia melanjutkan pendidikannya ke Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA) di Malang, sebuah sekolah Pamong Praja.
Pekerjaan pertamanya setelah berhasil menyelesaikan pendidikan di OSVIA adalah sebagai Mantri Polisi di kantor Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
Masuk Militer
Kondisi Belanda yang semakin tertekan oleh pasukan NAZI pada Perang Dunia II, sehingga hubungan Belanda dan Hindia Belanda terputus, ditambah pasukan Jepang mulai menyerang Hindia Belanda. Keadaan ini membuat Hindia Belanda memberikan kesempatan bagi para pemuda pribumi untuk mengikuti pendidikan perwira, baik itu Angkatan Darat, Udara maupun Laut.
Abdul Halim yang saat itu bekerja sebagai Mantri Polisi di kantor Kabupaten, ditunjuk untuk mengikuti pendidikan perwira Angkatan Laut oleh Bupati Probolinggo. Setelah lulus tes, Abdul Halim ditempatkan dibagian pendidikan calon perwira kapal torpedo dan saat itu juga ia resmi menjadi bagian dari Angkatan Laut Hindia Belanda.
Pada Maret 1942, tentara Jepang sampai di Pulau Jawa, pasukan Hindia Belanda pun berusaha melawan, namun perjuangan itu sia-sia dan membuat banyak kapal milik Hindia Belanda tenggelam. Sisa pasukan Hindia Belanda kabur menuju Cilacap untuk mengungsi ke Australia dan India.
Di Plabuhan Cilacap, Kapal yang ditumpangi Abdul Halim diserang pesawat Jepang hingga tenggelam, ia terjun ke laut dan beruntung karena berhasil diselamatkan oleh kapal milik Inggris. Abdul Halim dan pasukan Hindia Belanda yang selamat dibawa ke Australia lalu kemudian India.
Sampai di India, Abdul Halim Perdanakusuma masi berada dalam satuan Angkatan Laut. Hobi melukisnya pada waktu kecil, masih ia tekuni, pada waktu kosong ia terkadang melukis. Pada suatu ketika, ia melukis Laksamana Mountbatten yang merupakan Panglima Angkatan Laut Inggris di India dan memajangnya di kamarnya.
ketika Laksamana Mountbatten melakukan Inspeksi ke semua kamar anak buahnya dan menemukan lukisan milik Abdul Halim. Sejak saat itu, hubungan Abdul Halim dan Laksamana Mountbatten semakin dekat.
Laksamana Mountbatten kemudian menawarkan untuk menambah ilmu di Inggris, Abdul Halim pun setuju tetapi ia meminta untuk pindah ke Angkatan Udara. Permintaanya untuk pindah bidang kemudian disetujui. kemudian ia diterbangkan ke Gibraltar lalu London.
Ia mengikuti pendidikan juru terbang di Kanada tepatnya di Royal Canadian Air Forces (RCAF) dan semenjak itu ia resmi menjadi bagian dari Angkatan Udara. Sebagai bagian dari RCAF pada Perang Dunia II, Abdul Halim tercatat setidaknya 42 kali ikut dalam pengeboman berbagai titik kekuatan Jerman di Eropa menggunakan Pesawat Lancaster dan Labrador.
Suatu Ketika, pesawat Abdul Halim sedang melakukan penerbangan Kembali ke Pangkalannya di Inggris, Skuadronnya dicegat oleh pesawat-pesawat Fockewulf yang dilengkapi dengan roket. Akibat dari itu, pihak sekutu kehilangan pesawat pembom B-17 sebanyak 3 buah karena terkena roket pesawat Jerman itu.
Setiap kali Abdul Halim ikut dalam suatu operasi serangan Udara di Jerman dan Francis, maka seluruh pesawat itu dan skuadronya akan Kembali dengan selamat ke pangkalan, oleh karena itu, Royal Air Forces menjulukinya sebagai “The Black Mascot”.
Kembali Ke Tanah Air
Setelah Perang Eropa berakhir, berakhir juga tugas Abdul Hali di Angkatan Udara Inggris. Ia hanya menunggu Waktu untuk Kembali ke tanah air, karena saat itu Jepang masi menduduki Indonesia.
Beruntungnya pasukan Jepang menyerah, pada bulan September-Oktober 1945, Kapten Abdul Halim ikut dengan Royal Air Forces mendarat di Jakarta untuk melucuti senjata tetara Jepang atas nama Sekutu.
Sesampainya di Jakarta, Abdul Halim langsung menghubungi gadis pujaannya yang ia kenal ketika ia masih bertugas di Angkatan Laut Hindia Belanda, Surabaya, gadis itu bernama Kussadalina.
Kussadalina bekerja di RS Bersalin Budi Kemulyaan Tanah Abang ketika dihubungi oleh Abdul Halim, Kussadalina sangat terkejut ketika menjumpai Abdul Halim masi hidup dan segar bugar. Sepengetahuannya, Abdul Halim sudah gugur di Pelabuhan Cilacap.
Sehari setelahnya, Abdul Halim pergi ke Kediri untuk melihat keluarganya dengan berpegangan dengan surat dari Perdana Menteri Sutan Syahrir. Tetapi, Ketika sampai di Kediri ia ditangkap dan dipenjarakan oleh pasukan Republik Indonesia karena dicurigai masih bagian dari tetara Hindia Belanda.
Sementara itu, Pratalikrama yang merupakan seorang Residen Kediri yang juga kakaknya Abdul Halim mendengar adiknya ditahan, ia langsung menghubungi ibu Wongsotaruno, ibunya pun langsung pergi ke Kediri untuk melihat puteranya yang telah lama tidak ia lihat.
Di dalam penjara, Abdul Halim berbaur dengan tahanan lainnya, untuk mengisi Waktu luang di penjara, ia menulis perjalanan hidupnya di tembok tempat ia ditahan, sehingga menarik perhatian petugas penjara. Setelah beberapa hari, Abdul Halim dibebaskan dari penjara.
Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI)
Kepala Staf Angkatan Udara Republik Indonesia Suryadi Suryadarma memanggil Abdul Halim untuk memperkuat Angkatan Udara Republik Indonesia yang baru saja berdiri saat itu.
Angkatan Udara Republik Indonesia masi dalam proses pembangunan, banyak pesawat itu yang merupakan hasil dari rampasan Tentara Jepang yang merupakan pesawat tua berjenis Cureng dan Ciukyu. Dengan pesawat itu, Abdul Halim melatih para pemuda yang bergabung dengan Angkatan Udara menjadi penerbang.
Tidak hanya melatih pemuda menjadi penerbang, Abdul Halim juga melatih pasukan penerjun payung dengan menggunakan Pesawat Dakota.
Karena Pengalaman tempurnya di Eropa Ketika saat itu masi menjadi bagian dari Royal Air Forces, Abdul Halim menjadi Perwira Operasi Udara dengan pangkat Komodor Moeda Oedara (KMO).
Abdul Halim Perdanakusuma ditugaskan beberapa tugas penting seperti melakukan serangan balasan kepada pasukan NICA pada Agresi Militer I tanggal 22 Juli 1947. Serangan itu dikoordinasikan oleh Abdul Halim, serangan itu ditujukan ke kota basis NICA (Semarang, Salatiga dan Ambarawa).
Pasukan NICA membalas serangan itu di sore harinya menggunakan pesawat pemburu Kitty Hawk, mereka memburu pesawat Dacota VT-CLA yang ditumpangi oleh Adi Sucipto, Abdurahman Saleh dan Adi Sumarno Wiryokusumo. Pesawat itupun mendapat serangan dan jatuh di Maguwo, sehingga ketiga awak pesawat itupun gugur.
Setelah gugurnya Adi Sucipto yang saat itu menjabat sebagai Wakil Kepala Staf Angkatan Udara Republik Indonesia. Abdul Halim diangkat sebagai pengganti Adi Sucipto.
Abdul Halim kemudian memimpin operasi pengeboman di ketiga kota basis NICA itu, ia menggunakan pesawat-pesawat Cureng yang bukan tipe pesawat pembom. Bom-bom itu diikat di sayap pesawat-pesawat itu, kemudian dibawa terbang dan dijatuhkan di kota-kota basis NICA.
Gugur Dalam Tugas
Baru dua bulan Abdul Halim menikahi Kussadalina, ia mendapat perintah untuk membangun AURI di Bukittinggi Bersama Iswahyudi. Tugas itu tergolong berat karena harus melewati blokade Belanda Ketika ada urusan dengan luar negeri.
Abdul Halim juga sering mendapat tugas untuk mengantar pejabat negara bertugas, ia juga memimpin pasukan penerjun payung di Kalimantan pada 17 Oktober 1947.
Pada 14 Desember 1947, yang saat itu usia kandungan isterinya empat bulan, ia mendapat tugas membawa pesawat Auro Anson RI 003 dari Muangthai, Thailand menuju ke Bukittinggi, namun dalam perjalanan pesawat mereka bertemu dengan cuaca buruk di Pantai Lumut, Tanjung Hantu, Malaysia.
Pesawat itu jatuh di Tanjung Hantu, Malaysia, Iswahyudi dan Abdul Halim gugur dalam peristiwa itu. Jenazah Iswahyudi tidak dapat ditemukan sampai saat ini, hanya jenazah Abdul Halim yang ditemukan. Abdul Halim dimakamkan di Tanjung Hantu Malaysia sampai tanggal 10 November 1975 jenazahnya dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Kalibata.
Banyak sekali jasanya dalam mengembangkan dan membina Angkatan Udara Republik Indonesia. Pikiran, pengalaman dan kemampuannya berupa Teknik penerbangan, navigasi Udara, taktik perang Udara dan lainnya, semua itu ia sumbangkan untuk AURI.
Pemerintah Indonesia menganugerahi gelar Pahlawan Nasional kepada Abdul Halim Perdanakusuma berdasarkan SK Presiden No. 063/TK/Th. 1975 pada tanggal 9 Agustus 1975. Abdul Halim Perdanakusuma juga mengalami kenaikan pangkat luar biasa menjadi Laksamana Moeda Oedara (Anumerta).
Untuk mengenang jasa-jasa Abudul Halim Perdanakusuma, nama Pangkalan Udara Tjililitan diganti menjadi Bandar Udara Halim Perdanakusuma pada tanggal 17 Agustus 1952. Selain itu, Namanya juga diabadikan di KRI Abdul Halim Perdanakusuma, bahkan Namanya juga menjadi nama kelurahan di kecamatan Makasar, Jakarta Timur yang Bernama Kelurahan Halim Perdana Kusuma.
Sumber:
- “Marsda TNI. Anm Abdul Halim Perdanakusuma (1922 -1947)” sejarah-tni.mil.id (diakses 26 Desember 2024)
- “Halim Perdanakusuma” tni-au.mil.id (diakses 27 Desember 2024)
- “Halim Perdana Kusuma” esi.kemdikbud.go.id (diakses 27 Desember 2024)
- “Pahlawan Nasional Halim Perdanakusuma, Penerbang asal Sampang Diabadikan Jadi Nama Bandara” jatim.inews.id (diakses 27 Desember 2024)
Bio Data Abdul Halim Perdanakusuma
Nama Lengkap | Marsekal Madya TNI (Anumerta) Abdul Halim Perdanakusuma |
Nama Kecil | Abdul Halim Perdanakusuma |
Nama Lain | The Black Mascot |
Tempat, Lahir | Sampang, Keresidenan Madura, Hindia Belanda, 18 November 1922 |
Tempat, Wafat | Lumut, Perak, Uni Malaya, 14 Desember 1947 (umur 25) |
Makam | Kampung Gunung Mesah, Perak, Malaysia (14 Desember 1947 – 10 November 1975) Makam Pahlawan Nasional Marthen Indey, Kampung Dosai, Sentani Barat |
Agama | Islam |
Bangsa | Indonesia |
Pekerjaan | Tentara |
Dinas Militer | TNI Angkatan Udara |
Pangkat Militer | Laksama Muda Udara (Anumerta) |
Ayah | Haji Abdulgani Wongsotaruno |
Ibu | Raden Ayu Aisah |
Isteri/Pasangan | Koesdalinah |
Anak | Ian Santoso |
Riwayat Pendidikan Abdul Halim Perdanakusuma
Jenjang Pendidikan | Nama Sekolah | Tahun |
---|---|---|
Hollandsch Inlandsche School (HIS) | Hollandsch Inlandsche School (HIS), Semarang | 1928-1935 |
Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) | Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), Surabaya | 1935-1938 |
Sekolah Pamong Praja | Middelbare Opleiding School voor Inlandsche Ambtenaren (MOSVIA), Magelang | |
Pendidikan Perwira Angkatan Laut (Bagian Torpedo) | Sekolah Angkatan Laut, Surabaya | |
Pelatihan Navigasi | Royal Canadian Air Force (RCAF) |
Karir Abdul Halim Perdanakusuma
Instansi/Tempat | Jabatan | Masa Jabatan |
---|---|---|
Kantor Kabupaten Probolinggo | Mantri Polisi | |
Angkatan Laut Hindia Belanda | Opsir Torpedo | 1940 – 1942 |
Royal Canadian Air Forces | Perwira Navigasi | 1942 – 1945 |
Tentara Keamanan Rakyat Jawatan Penerbangan | Komodor Moeda Oedara | 1945 – 1947 |
Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) | Wakil Kepala Staf | 1947 |
Penghargaan Abdul Halim Perdanakusuma
Penghargaan | Tahun | Keterangan |
---|---|---|
Pahlawan Nasional Indonesia | 9 Agustus 1975 | Keppres No. 063/TK/TH 1975 |
Bandar Udara Halim Perdanakusuma | 17 Agustus 1952 | Namanya diabadikan menjadi nama Bandara Surat Penetapan Kasau nomor Kep/76/48/Pen.2/KS/1952 |
Laksamana Muda Udara (Anumerta) | Kenaikan pangkat luar biasa |
Penghargaan Abdul Halim Perdanakusuma
Penghargaan (tahun) | Gambar |
---|---|
Bintang Mahaputera Pratama (15 Februari 1961) |
Kami ingin membuat pengalaman membaca kamu sebaik mungkin! Jika kamu menemukan informasi yang kurang tepat atau hilang dalam konten kami, kami sangat menghargai kontribusi kamu untuk memperbaikinya.
Dengan kerjasama kamu, kami dapat memastikan bahwa setiap informasi yang kami bagikan akurat dan bermanfaat bagi semua pembaca kami. Jangan ragu untuk memberi tahu kami melalui kolom komentar di bawah setiap artikel atau melalui halaman Contact Us.
Setiap masukan dari kamu sangat berarti bagi kami, dan kami selalu siap untuk meningkatkan kualitas layanan kami berkat kontribusi kamu. Terima kasih atas dukungan dan kerjasama kamu!