Want to Partnership with me? Book A Call

Popular Posts

  • All Post
  • Biografi
  • Lembaga
  • Penghargaan
  • Peristiwa
    •   Back
    • Pemimpin
    • Agama
    • Seniman
    • Pahlawan
    • Politik
    • Militer
    • Islam
    • Kristen
    • Katolik
    • Budha
    • Pencipta Lagu
    • Musisi
    • Penyanyi
    • Komedian
    • Aktor
    •   Back
    • Pencipta Lagu
    • Musisi
    • Penyanyi
    • Komedian
    • Aktor
    •   Back
    • Bintang
    • Satyalancana
    • Lencana Internasional
    •   Back
    • Perang
    • Pemberontakan
    • Konflik
    • Diplomasi
    •   Back
    • Islam
    • Kristen
    • Katolik
    • Budha
    •   Back
    • Kabinet
    •   Back
    • Pahlawan
    • Politik
    • Militer

Categories

Edit Template

Dr. AK Gani: Dokter, Pemimpin, dan Pejuang Kemerdekaan yang Parlente

Adnan Kapau Gani, seorang tokoh yang berperan penting dalam bidang militer dan politik, lahir di Palembang pada 16 September 1905. Selain menjadi seorang dokter, Gani aktif dalam kegiatan politik dan organisasi sosial sejak masa remajanya. 

Dia terlibat dalam berbagai organisasi kepemudaan dan partai politik seperti Partindo dan Gerakan Rakyat Indonesia. Selama masa pendudukan Jepang, Gani juga menunjukkan sikap anti-fasisisme, yang membuatnya dipenjarakan selama setahun sebelum akhirnya dibebaskan oleh campur tangan Soekarno

Setelah kemerdekaan Indonesia, peran Gani semakin signifikan dalam memimpin organisasi militer dan dalam pemerintahan pusat, hingga akhirnya meninggal pada 23 Desember 1968. 

Penghargaan tertinggi yang diterimanya dari pemerintah Seperti Pahlawan Nasional, Bintang Mahaputra Adipradana dan Bintang Gerilya, menandakan jasanya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Awal Kehidupan dan Pendidikan AK Gani

AK Gani lahir pada 16 September 1905 di Palembayan, Sumatera Barat. Kedua orangtuanya adalah Abdulgani Sutan Mangkuto, seorang guru di Sekolah Rakyat, dan Rabayah, yang meninggal di Sugiwaras pada tahun 1915. 

Setelah kepergian ibunya, ayahnya menikah lagi dengan Aminatul Habibi dari Sungai Taleh, Palembayan, yang kemudian mengasuh AK Gani dan saudara-saudaranya, termasuk kakak perempuannya Rohana dan adik-adiknya, Anwar, Masri, dan Siti Mahyar. 

Dari ibu sambungnya, AK Gani memiliki delapan saudara. Pendidikan awalnya diselesaikan di Bukittinggi pada tahun 1923, lalu dia melanjutkan ke Batavia untuk menempuh pendidikan menengah dan belajar di sekolah kedokteran. 

Meskipun sekolah kedokteran STOVIA yang diikutinya ditutup pada tahun 1927, Adnan kemudian melanjutkan ke AMS hingga lulus pada tahun 1928. 

Pada tahun berikutnya, dia masuk Sekolah Tinggi Kedokteran (Geneeskundige Hoge School/GHS) Jakarta, dan baru lulus pada tahun 1940.

Masa Remaja Adenan Kapau Gani

Sejak masa remajanya, Gani telah aktif dalam kegiatan politik dan organisasi sosial. Pada dekade 1920-an, dia berperan aktif dalam berbagai organisasi daerah seperti Jong Sumatranen Bond dan Jong Java. 

Di antara tahun 1923 hingga 1929, ia bahkan menjabat sebagai sekretaris di beberapa kesempatan, yang mana pada tahun-tahun tersebut ia bermitra dengan Muhammad Yamin.

Pada tahun 1928, Gani ikut serta dalam Kongres Pemuda II di Jakarta. Tiga tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1931, ia bergabung dengan Partindo, sebuah partai yang telah memisahkan diri dari Partai Nasional Indonesia segera setelah penangkapan Soekarno oleh pemerintah kolonial.

Gani berperan bersama Djoewariah dalam film “Asmara Moerni” pada tahun 1941. Diproduksi oleh The Union Film Company, film ini disutradarai oleh Rd. Ariffien. 

Meskipun sebagian orang mengkritik keputusannya untuk terlibat dalam film tersebut, menganggapnya sebagai pencemaran terhadap gerakan kemerdekaan, namun bagi Gani, ini adalah upaya untuk meningkatkan kualitas film lokal. Meskipun kontroversial, film tersebut berhasil secara komersial.

Ketika Jepang menduduki Indonesia pada tahun 1942, Gani menolak untuk berkolaborasi. Sikapnya ini mengakibatkan penangkapannya dari bulan September 1943 hingga Oktober tahun berikutnya.

Kegiatan Militer AK Gani

Pada 18 Agustus 1945, sehari setelah proklamasi pada 17 Agustus 1945, Gani mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh Sumatera Selatan untuk membahas penerimaan proklamasi di Palembang dan di seluruh Sumatera Selatan. 

Selain itu, ia juga memberikan instruksi kepada para pemuda untuk siap menghadapi segala kemungkinan dalam pengambilalihan kekuasaan dari tangan Jepang. 

Kemudian, pada 19 Agustus 1945, Gani kembali mengadakan rapat di rumahnya di Jalan Kepandean No.10, dihadiri oleh para eksponen Gyugun, yang berhasil membentuk organisasi perlawanan di Palembang yang disebut “Mata Ronda”. 

Tugas Mata Ronda adalah mengibarkan bendera Merah Putih di menara Masjid Agung pada 20 Agustus 1945 serta mencari senjata dari Jepang baik dengan diplomasi pembelian maupun kekerasan. 

Pada 23 Agustus 1945, Gani membentuk pemerintahan bangsa Indonesia Karesidenan Palembang dan bertindak langsung sebagai residennya, yang kemudian disahkan oleh Gubernur Sumatera.

Pada 4 September 1945, atas inisiatif Gani, diadakan rapat untuk menyusun organisasi militer yang lebih baik di Palembang. Sejak saat itu, organisasi militer di Palembang menjadi lebih terstruktur dengan baik. Gani kemudian diangkat oleh Pemerintah Pusat sebagai koordinator pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Sumatera.

Kemudian, pada 5 Desember 1945, Gani ditunjuk sebagai formatur untuk menyusun Komando Militer Sumatera. Dengan kewenangannya tersebut, pada 27 Desember 1945, dibentuklah Komando TKR Sumatera dengan Panglimanya Sukarjo Harjowardoyo. Selanjutnya, Gani juga membentuk divisi-divisi di Sumatera.

Dalam perannya sebagai koordinator dan organisator TRI Sumatera serta Wakil Menteri Pertahanan untuk Sumatera, Gani melakukan perjalanan ke seluruh Sumatera untuk mengorganisir TRI dan Laskar Perjuangan. 

Ia berhasil menyusun Badan Koordinator Pertahanan Provinsi Sumatera pada 27 Agustus 1946 di Pematang Siantar dengan Ketuanya Mr. M. Hasan (Gubernur Sumatera) dan Gani sebagai wakilnya.

Setelah agresi militer Belanda kedua, Sumatera dibagi menjadi empat wilayah militer. Sumatera Selatan diberi nama Daerah Militer Istimewa Sumatera Selatan (DMISS).

Gani diangkat sebagai gubernur militer, dengan Kolonel M. Simbolon sebagai wakilnya. Tugasnya sebagai gubernur militer adalah memimpin rakyatnya saat mereka bergerilya. 

Untuk menggerakkan seluruh DMISS, yang meliputi Karesidenan Lampung, Karesidenan Bengkulu, Jambi, dan Palembang, Gubernur Militer mengeluarkan order No.1/R yang ditujukan kepada seluruh tentara dan rakyat Sumatera Selatan agar bangkit berjuang melawan tentara Belanda. 

Atas jasanya sebagai Gubernur Militer yang memimpin gerilya di Sumatera Selatan, rakyat Sumatera Selatan memberikan penghargaan berupa Bintang Emas 24 karat serta julukan sebagai “Pemimpin Gerilya Agung”. Piagam penghargaan diberikan melalui Dewan Perwakilan Rakyat Sumatera Selatan (DPRSS) pada 17 Februari 1950.

Perpolitikan Adenan Kapau Gani

Selain menjadi tokoh militer, AK Gani juga terlibat dalam dunia politik. Ketika belajar di Jakarta, dia aktif dalam organisasi kepemudaan dan menjadi anggota pengurus Jong Sumatranen Bond yang kemudian berganti nama menjadi Pemuda Sumatera. 

Perannya juga mencakup membantu dalam penyelenggaraan Kongres Pemuda pada Oktober 1928 dan menjadi anggota komisi yang mendirikan organisasi Indonesia Muda pada tahun 1930.

Gani juga terlibat dalam Partai Indonesia (Partindo). Ketika Partindo dibubarkan, dia dan beberapa teman mendirikan Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) pada Mei 1937, di mana dia dipilih sebagai ketua. 

Selanjutnya, pada tahun 1939, dia mendukung pembentukan Gabungan Politik Indonesia (Gapi) yang merupakan federasi partai politik, dan dia menjabat sebagai Wakil Gerindo dalam kepengurusan Gapi.

Selama pendudukan Jepang, Gani dipenjara selama setahun karena sikap politiknya yang menentang fasisme. Namun, berkat campur tangan Soekarno, dia dibebaskan dan kemudian diangkat menjadi anggota Sumatera Chuo Sangi In oleh Jepang pada bulan Maret 1945.

Selama awal revolusi, Gani terlibat dalam perdagangan barter dengan luar negeri, terutama dengan Singapura dan Malaya. Melalui perdagangan ini, dia berhasil mengimpor berbagai kebutuhan pemerintah terutama senjata, dengan kerjasama beberapa pedagang Tionghoa.

Gani juga memiliki peran penting dalam pemerintahan pusat, menjabat sebagai Menteri Kemakmuran dalam Kabinet Sjahrir III dan kemudian dalam Kabinet Amir Syarifuddin, serta menjadi anggota Konstituante dan MPRS. 

Selama masa jabatannya, dia juga membantu dalam perundingan dengan Belanda yang menghasilkan Perjanjian Linggarjati pada Maret 1947. Selain itu, dia juga menjalankan praktek dokter untuk membantu masyarakat.

Wafat

Dokter Adnan Kapau Gani meninggal dunia di Palembang pada 23 Desember 1968 dan dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Ksatria, Bukit Siguntang, Palembang. 

Pemerintah memberikan penghargaan tertinggi padanya, yaitu Bintang Mahaputra Adipradana pada 7 Agustus 1995. Selain itu, ia juga dianugerahi Bintang Gerilya pada 17 Agustus 1958, serta Lencana Gerakan Operasi Militer I dan II.

Share Article:

arsipmanusia.com

Writer & Blogger

Considered an invitation do introduced sufficient understood instrument it. Of decisively friendship in as collecting at. No affixed be husband ye females brother garrets proceed. Least child who seven happy yet balls young. Discovery sweetness principle discourse shameless bed one excellent. Sentiments of surrounded friendship dispatched connection is he. Me or produce besides hastily up as pleased. 

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baru Terbit

  • All Post
  • Biografi
  • Lembaga
  • Penghargaan
  • Peristiwa
    •   Back
    • Pemimpin
    • Agama
    • Seniman
    • Pahlawan
    • Politik
    • Militer
    • Islam
    • Kristen
    • Katolik
    • Budha
    • Pencipta Lagu
    • Musisi
    • Penyanyi
    • Komedian
    • Aktor
    •   Back
    • Pencipta Lagu
    • Musisi
    • Penyanyi
    • Komedian
    • Aktor
    •   Back
    • Bintang
    • Satyalancana
    • Lencana Internasional
    •   Back
    • Perang
    • Pemberontakan
    • Konflik
    • Diplomasi
    •   Back
    • Islam
    • Kristen
    • Katolik
    • Budha
    •   Back
    • Kabinet
    •   Back
    • Pahlawan
    • Politik
    • Militer

Jenderal AH Nasution

Jenderal Abdul Haris Nasution, lahir pada 3 Desember 1918, adalah sosok kunci dalam sejarah Indonesia yang memberikan kontribusi besar dalam perjuangan kemerdekaan dan pembangunan negara.

Join the family!

Sign up for a Newsletter.

You have been successfully Subscribed! Ops! Something went wrong, please try again.
Edit Template
Tombol Provinsi Indonesia
Scroll to Top