Want to Partnership with me? Book A Call

Popular Posts

  • All Post
  • Biografi
  • Lembaga
  • Penghargaan
  • Peristiwa
    •   Back
    • Pemimpin
    • Agama
    • Seniman
    • Pahlawan
    • Politik
    • Militer
    • Islam
    • Kristen
    • Katolik
    • Budha
    • Pencipta Lagu
    • Musisi
    • Penyanyi
    • Komedian
    • Aktor
    •   Back
    • Pencipta Lagu
    • Musisi
    • Penyanyi
    • Komedian
    • Aktor
    •   Back
    • Bintang
    • Satyalancana
    • Lencana Internasional
    •   Back
    • Perang
    • Pemberontakan
    • Konflik
    • Diplomasi
    •   Back
    • Islam
    • Kristen
    • Katolik
    • Budha
    •   Back
    • Kabinet
    •   Back
    • Pahlawan
    • Politik
    • Militer

Categories

Edit Template

Edi Sudradjat: Profesionalisme Militer dan Reformasi ABRI

Edi Sudradjat adalah tokoh militer yang pernah merangkap tiga jabatan dalam waktu bersamaan, jabatannya saat itu adalah sebagai Kepala Staf Angkatan Darat, Panglima ABRI, dan Menteri Pertahanan dan Keamanan. 

Edi lahir dari keluarga sederhana, memulai karier militernya dengan menempuh pendidikan di Akademi Militer Nasional pada tahun 1957, dan lulus sebagai bagian dari angkatan pertama pada tahun 1960. 

Kiprahnya di dunia militer terus berkembang seiring waktu, dari menjadi komandan di Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) hingga memimpin beberapa komando daerah strategis seperti Kodam Bukit Barisan dan Kodam Siliwangi.

Sebagai Panglima ABRI, meski masa jabatannya hanya berlangsung selama tiga bulan, Edi meninggalkan jejak penting dengan konsep “Back to Basic,” yang menekankan profesionalisme dan disiplin tentara. 

Selain itu, sebagai Menteri Pertahanan, ia terlibat dalam sejumlah reformasi penting dalam tubuh militer Indonesia, yang membantu mempersiapkan transisi ABRI menuju TNI yang lebih modern dan profesional.

Kehadiran Edi Sudradjat dalam sejarah militer Indonesia penting karena kontribusinya dalam memodernisasi TNI serta usahanya untuk menjaga nilai-nilai dasar tentara rakyat. Di masa kepemimpinannya, dia mendorong militer untuk tetap menjadi bagian integral dari rakyat, sebuah prinsip yang menjadi fondasi bagi perkembangan TNI di era reformasi.

Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan

Edi Sudradjat lahir dari keluarga sederhana, anak ketujuh dari pasangan Raden Momon Wirakusumah dan Ratnaningsih. Meskipun berasal dari keluarga yang hidup sederhana, Edi memiliki semangat yang tinggi untuk mengubah nasibnya. 

Salah satu jalan yang ditempuhnya adalah dengan bergabung di Akademi Militer Nasional di Magelang pada tahun 1957. Akademi tersebut merupakan pilihan banyak anak muda pada masa itu yang ingin lepas dari jeratan hidup sulit, karena pendidikan militer memberikan kesempatan untuk meraih kesuksesan tanpa biaya, asalkan memenuhi syarat akademis dan fisik.

Karier Militer Awal

Setelah lulus dari Akademi Militer pada tahun 1960, Edi Sudradjat langsung ditempatkan sebagai komandan peleton di Batalyon 515/Brawijaya yang bermarkas di Jember, Jawa Timur. 

Sebagai komandan peleton, Edi menunjukkan dedikasi dan disiplin yang tinggi, sehingga tak lama kemudian dia diangkat menjadi instruktur di almamaternya, Akademi Militer Nasional di Magelang. 

Pengalaman mengajar di akademi membantunya memperkuat pengetahuan dan keterampilannya di bidang militer, serta mempersiapkannya untuk tantangan yang lebih besar.

Karir militer Edi semakin meningkat ketika ia bergabung dengan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD), yang kini dikenal sebagai Kopassus. 

Meskipun masih berpangkat letnan dua saat masuk ke RPKAD, Edi sudah dipercaya untuk memegang posisi sebagai komandan kompi, sebuah tanggung jawab besar yang mencerminkan kepercayaan atas kemampuannya. 

Kiprahnya di RPKAD semakin bersinar ketika pada Agustus 1965, ia dan kompinya dikirim ke Manokwari, Papua, untuk menumpas gerakan separatis Papua Merdeka. Misi ini berlangsung berbulan-bulan, dan melalui operasi tersebut, Edi semakin dikenal sebagai perwira yang cakap dan berani.

Kiprah di Kostrad dan Kodam

Setelah menjalani berbagai penugasan penting di Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD), Edi Sudradjat melanjutkan kariernya dengan bergabung di Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad). Di Kostrad, Edi semakin mengukuhkan posisinya sebagai salah satu perwira terkemuka dengan pengalaman dan kompetensi yang luas. 

Pada awal 1980-an, kariernya mencapai puncak baru ketika ia ditunjuk sebagai Panglima Komando Daerah Militer (Kodam) Bukit Barisan, yang meliputi wilayah Sumatra Utara. Jabatan ini menunjukkan kepercayaan besar yang diberikan padanya dalam mengelola wilayah yang strategis dari segi pertahanan.

Setelah berhasil memimpin Kodam Bukit Barisan dari 1981 hingga 1983, Edi kemudian dipindahkan untuk memimpin Kodam Siliwangi di Jawa Barat, salah satu komando terbesar dan paling bersejarah di Indonesia. 

Selama masa kepemimpinannya di Siliwangi, Edi dikenal karena pendekatan yang tegas namun bijaksana dalam menjaga stabilitas dan keamanan di wilayah tersebut. Kariernya yang cemerlang di dua Kodam besar ini membuka jalan bagi Edi untuk jabatan yang lebih tinggi dalam hierarki militer.

Menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD)

Pada tahun 1988, Edi Sudradjat diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD), menggantikan Letnan Jenderal Try Sutrisno yang dipromosikan menjadi Panglima ABRI. 

Sebagai KASAD, Edi membawa visi baru untuk memperkuat kembali profesionalisme tentara melalui konsep yang dikenal sebagai “Back to Basic.” Konsep ini bertujuan untuk mengembalikan Angkatan Darat kepada nilai-nilai dasar militer, yaitu profesionalisme, disiplin, dan pengabdian kepada rakyat. 

Edi percaya bahwa tentara harus tetap berfungsi sebagai bagian dari rakyat, sekaligus mempertahankan integritas dan kualitas sebagai tentara profesional.

Implementasi konsep “Back to Basic” memberikan dampak besar pada tubuh Angkatan Darat. Edi mendorong peningkatan kemampuan teknis dan taktis prajurit, serta memperkuat sikap kejuangan yang menjadi ciri khas tentara rakyat. 

Meski menghadapi berbagai tantangan, upaya Edi untuk mengembalikan fokus Angkatan Darat pada fungsi militernya diakui sebagai langkah penting dalam menjaga karakter dan kualitas institusi tersebut.

Menjadi Panglima ABRI

Pada tahun 1993, Edi Sudradjat ditunjuk sebagai Panglima ABRI, menggantikan Try Sutrisno yang diangkat menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia. Meskipun masa jabatannya sebagai Panglima ABRI hanya berlangsung selama tiga bulan, Edi tetap melakukan reformasi besar-besaran di tubuh militer. 

Salah satu langkah penting yang diambilnya adalah melakukan mutasi besar terhadap sejumlah perwira tinggi. Perombakan ini dianggap sebagai bagian dari upayanya untuk memperkuat profesionalisme militer dan memastikan stabilitas dalam organisasi.

Selama masa singkatnya sebagai Panglima ABRI, Edi juga memperkenalkan dan menerapkan konsep “Back to Basic” di tubuh ABRI, yang bertujuan untuk mengembalikan fokus militer pada tugas pokok mereka, yaitu melindungi negara dan rakyat. 

Meskipun banyak yang menganggap masa jabatannya terlalu singkat untuk menghasilkan perubahan besar, reformasi yang ia mulai mencerminkan tekadnya untuk menjaga integritas dan kualitas institusi militer. Setelah tiga bulan menjabat, Edi digantikan oleh Jenderal Feisal Tanjung, dan Edi melanjutkan perannya sebagai Menteri Pertahanan.

Masa sebagai Menteri Pertahanan

Setelah tidak lagi menjabat sebagai Panglima ABRI, Edi Sudradjat tetap memegang peran penting sebagai Menteri Pertahanan. Dalam posisi ini, Edi memainkan peran kunci dalam sejumlah kebijakan strategis terkait pertahanan nasional. 

Salah satu fokus utamanya adalah memberikan otonomi lebih besar kepada kepolisian, yang pada saat itu masih berada di bawah naungan ABRI. Kebijakan ini kemudian menjadi landasan bagi pemisahan antara militer dan polisi, yang akhirnya terjadi setelah era reformasi.

Sebagai Menteri Pertahanan, Edi juga turut mempersiapkan transisi militer menuju era yang lebih modern dan profesional. Kebijakannya yang progresif dalam memperkuat kapasitas pertahanan dan meningkatkan koordinasi antara militer dan pemerintah membuatnya dikenang sebagai salah satu figur penting dalam sejarah pertahanan Indonesia. 

Jabatan ini ia pegang hingga akhir masa pemerintahan Orde Baru, dan perannya dalam mendorong reformasi militer diakui sebagai warisan penting bagi masa depan TNI.

Akhir Jabatan

Setelah melewati berbagai jabatan penting dalam militer, Edi Sudradjat mengakhiri kariernya dengan kontribusinya dalam memperkenalkan konsep “Back to Basic” menjadi salah satu pencapaian terbesarnya, di mana ia berusaha mengembalikan profesionalisme dan disiplin dalam tubuh militer. 

Edi juga dikenal sebagai seorang pemimpin yang tegas, namun tetap menekankan pentingnya nilai-nilai tentara rakyat, sebuah prinsip yang menjadi fondasi TNI hingga saat ini.

Akhir Hayat

Edi Sudradjat menghembuskan nafas terakhirnya sekitar pukul 13.15, Jumat, 1 Desember 2006 di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta. Edi sudah sudah dirawat di RSPAD sejak tanggal 19 November 2006.

Edi di makamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta pada pukul 10.00, Sabtu, 2 Desember 2006. Tokoh politik banyak berdatangan seperti Jusuf Kalla, Try Sutrisno, Hendropriyono, Benjamin Mangkoedilaga, Himawan Soetanto, Widodo AS dan Hamid Awaludin.

Salah satu warisan terbesarnya adalah kontribusinya dalam proses pemisahan antara militer dan kepolisian. Kebijakan otonomi bagi kepolisian yang diperkenalkan saat Edi menjabat sebagai Menteri Pertahanan menjadi langkah awal dalam reformasi besar yang terjadi di tubuh ABRI. 

Reformasi ini memuncak dengan pemisahan total antara TNI dan Polri, sebuah perubahan struktural yang membawa dampak besar pada cara militer dan kepolisian beroperasi di Indonesia.

Edi Sudradjat juga diingat sebagai tokoh yang berani melakukan mutasi besar di kalangan perwira tinggi selama masa jabatannya sebagai Panglima ABRI. Reformasi yang dia mulai membantu menyiapkan TNI untuk menghadapi tantangan di era baru, termasuk menjaga profesionalisme militer di tengah perubahan politik yang terjadi setelah runtuhnya Orde Baru.

Dengan demikian, warisan Edi Sudradjat tidak hanya terbatas pada kontribusi teknis dalam militer, tetapi juga pada upayanya memperkuat fondasi institusi pertahanan Indonesia untuk menghadapi masa depan.

 

Kami ingin membuat pengalaman membaca kamu sebaik mungkin! Jika kamu menemukan informasi yang kurang tepat atau hilang dalam konten kami, kami sangat menghargai kontribusi kamu untuk memperbaikinya. 

Dengan kerjasama kamu, kami dapat memastikan bahwa setiap informasi yang kami bagikan akurat dan bermanfaat bagi semua pembaca kami. Jangan ragu untuk memberi tahu kami melalui kolom komentar di bawah setiap artikel atau melalui halaman Contact Us

Setiap masukan dari kamu sangat berarti bagi kami, dan kami selalu siap untuk meningkatkan kualitas layanan kami berkat kontribusi kamu. Terima kasih atas dukungan dan kerjasama kamu!

Share Article:

arsipmanusia.com

Writer & Blogger

Considered an invitation do introduced sufficient understood instrument it. Of decisively friendship in as collecting at. No affixed be husband ye females brother garrets proceed. Least child who seven happy yet balls young. Discovery sweetness principle discourse shameless bed one excellent. Sentiments of surrounded friendship dispatched connection is he. Me or produce besides hastily up as pleased. 

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baru Terbit

  • All Post
  • Biografi
  • Lembaga
  • Penghargaan
  • Peristiwa
    •   Back
    • Pemimpin
    • Agama
    • Seniman
    • Pahlawan
    • Politik
    • Militer
    • Islam
    • Kristen
    • Katolik
    • Budha
    • Pencipta Lagu
    • Musisi
    • Penyanyi
    • Komedian
    • Aktor
    •   Back
    • Pencipta Lagu
    • Musisi
    • Penyanyi
    • Komedian
    • Aktor
    •   Back
    • Bintang
    • Satyalancana
    • Lencana Internasional
    •   Back
    • Perang
    • Pemberontakan
    • Konflik
    • Diplomasi
    •   Back
    • Islam
    • Kristen
    • Katolik
    • Budha
    •   Back
    • Kabinet
    •   Back
    • Pahlawan
    • Politik
    • Militer

Jenderal AH Nasution

Jenderal Abdul Haris Nasution, lahir pada 3 Desember 1918, adalah sosok kunci dalam sejarah Indonesia yang memberikan kontribusi besar dalam perjuangan kemerdekaan dan pembangunan negara.

Join the family!

Sign up for a Newsletter.

You have been successfully Subscribed! Ops! Something went wrong, please try again.
Edit Template
Tombol Provinsi Indonesia
Scroll to Top