Syekh Thaher Jalaluddin merupakan ulama besar yang berdakwah di kawasan Melayu-Minagkabau pada akhir abad ke-19 sampai pertengahan abad ke-20. Syekh Thaher dikenal sebagai ahli falak, ulama pembaharu serta guru.
Pemikirannya yang banyak dipengaruhi oleh Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha yang ia dapatkan di Timur Tengah membuat lahirnya cara pandang baru Muslim Nusantara terutama pada hal rasionalitas, pendidikan serta pembaruan sosial keagamaan.
Table of Contents
ToggleLatar Belakang Keluarga
Syekh Thaher Jalaluddin lahir di kelaurga yang terhormat baik dari garis ayah maupun ibunya. Garis keturunannya tersambung hingga ke Tuanku Nan Tuo yang merupakan ulama besar Minang.
Ayahnya bernama Syekh Tuanku Cangking Muhammad bin Syekh Ahmad Jalaluddin (Tuanku Nan Tuo). Sementara ibunya, Gandam Urai, merupakan anak dari Tuanku Nan Rancak dan Siti Zainab, yang keduanya juga berasal dari keluarga ulama terpandang.Â
Syekh Thaher memiliki nama asli Muhammad Thaher bin Syekh Muhammad, seiring berjalannya waktu ia kemudian menambahkan Jalaluddin di namanya. Nama Jalaludding itu ia gunakan karena kekagumannya kepada kekeknya yang merupakan Ulama berpengaruh di Minangkabau.
Nama Thaher sendiri di berikan oleh kakeknya sebagai penghormatan kepada gurunya yang bernama Tuanku Barulak seorang ulama terkemuka.Â
Sepanjang hidupnya, Syekh Thaher disematkan berbagai gelar karena keahliannya serta reputasinya. Diantara gelarnya adalah Al-Azhari karena keterikatan akademikya dengan Al-Azhar University di Kairo, Mesir. Gelar Al-Falaki karena keahliannya pada ilmu falak, serta Al-Minangkabawi yang merujuk pada identitas asalnya dari tanah Minang.
Kelahiran dan Pendidikan Awal
Syekh Thaher Jalaluddin lahir pada 8 Desember 1869 di Kota Tua Balai Gurah Ampat Angkat, Candung, Bukittinggi. Masa kecil Thaher tidak sepenuhnya berjalan mulus. Ia kehilangan ayahnya pada tahun 1871, ketika usianya baru menginjak dua tahun, dan kehilangan ibunya pada 1878.Â
Sepeninggal kedua orang tuanya, ia diasuh oleh eteknya (adik ibu), Limbak Urai, yang memberikan perhatian, kasih sayang, dan bimbingan yang kuat dalam membentuk kepribadiannya. Di bawah asuhan keluarga yang religius, Thaher tumbuh dalam suasana yang penuh kedisiplinan dan kecintaan terhadap ilmu agama.
Pendidikan awalnya dimulai sejak usia sangat muda. Pada umur 4–5 tahun, ia telah belajar membaca al-Qur’an dan hari-harinya banyak dihabiskan di surau, tempat ia memperdalam dasar-dasar ilmu agama dan melatih kedisiplinan spiritualnya.
Seperti anak-anak Minangkabau pada umumnya, Thaher juga menjalani masa kecil yang ceria. Ia gemar berenang dan bermain berbagai permainan tradisional, meski memiliki sifat pemalu sejak kecil.Â
Pada usia 6 tahun, Thaher mulai mengikuti pendidikan formal di Sekolah Rakyat, sebuah jenjang awal yang melengkapi pendidikan agama yang telah ia terima sejak kecil. Pendidikan dasar agamanya ia dapatkan di surau yang merupakan tempat ibadah dan juga tempat belajar agama, moral dan kebersamaan.
Belajar Ke Makkah
Syekh Thaher berangkat ke Makkah pada Sya’ban 1297 H/Juli 1880 M yang saat itu usianya sebelas tahun. Pada awalnya ia berat untuk meninggalkan eteknya dan kampung halamannya, akan tetapi karena diyakinkan lagi oleh eteknya iapun berangkat.
Syekh Taher berangkat dari Teluk Bayur dengan menumpang kapal haji, ia berlayar selama 18 hari menuju Jeddah. Di Makkah, Syekh Thaher tinggal tinggal bersama sepupunya yang bernama Ahmad Khatib di rumah Syekh Muhammad Shalih al-Kurdi yang merupakan ulama terkemuka.
Selama di Makkah, Syekh Thaher berguru dengan banyak ulama besar seperti, Syekh ‘Abd al-Haq, Syekh ‘Umar Syatha, Syekh Bakri Syatha, Muhammad al-Khayath dan Syekh Ahmad Khatib. Dari guru-gurunya ini, ia mendapatkan berbagai dasar dasar keilmuan yang kuat, wawasan yang luas pada berbagai bidang keilmuan.
Syekh Thaher banyak belajar ilmu ketika di Makkah, ilmu yang pertama ia pelajari ialah ilmu bahasa seperti Tajwid, Nahwu, Sharaf dan Balaghah. Lalu ia meluaskan ilmunya ke syariah dan keislaman seperti Fiqh, Ushul Fiqh, Hadits, Tafsir lalu ilmu logika seperti Mantiq, Arudh, Ma’ani dan Bayan. Tidak sampai disitu ia juga mempelajari ilmu eksakta seperti Hisab, Handasah Hamidtsah dan Astronomi.
Kecintaannya pada ilmu pengetahuan membuatnya menjadi murid yang cerdas, sehingga ia sering diminta oleh gurunya untuk menjelaskan dan membantu teman-temannya untuk memahami pelajaran yang sulit.
Setelah belajar selama delapan tahun ia kemudian diangkat menjadi guru bantu (asisten pengajar), lalu tiga tahun setelah itu ia menjadi guru penuh, mengajar berbagai ilmu yang ia kuasai.
Selain aktivitas akademiknya, Syekh Thaher juga aktif didalam dunia jurnalistik, ia menjadi wartawan koresponden pada surat kabar Pelita Ketjil. Ia menulis laporan dan pandangan dari Makkah.
Syekh Taher juga tertarik pada bahasa dan pemikiran modern, ia mulai belajar Bahasa Inggri dan Belanda yang saat itu masih sangat jarang dilakukan oleh pelajar di Makkah. Motivasinya adalah agar Muslim di Nusantara tidak mudah tertipu dengan kebijakan kolonial yang sering memanfaatkan ketidak tahuan mereka terhadap bahasa asing.
Al-Azhar, Kairo
Setelah menempuh pendidikan selama beberapa tahun di Makkah, Syekh Thaher kembali ke Nusantara untuk mengaplikasikan ilmu-ilmunya. Ia beberapa kali melakukan perjalanan ke Penang, Singapura, Riau, Langkat, Klang, Kuala Lumpur dan wilayah lainnya di Semenanjung Melayu.
Pada 24 Oktober 1893, Syekh Thaher berangkat menuju Mesir untuk melanjutkan pendidikan di Al-Azhar University, Kairo. Mesir pada akhir abad ke-19 merupakan pusat pembaharuan pemikiran Islam dan Al-Azhar sebagai tempat pertemuan ulama, intelektual dan gerakan modernis.
Selama 2,5 tahun menempuh pendidikan di Al-Azhar University, Thaher mengikuti berbagai mata kuliah yang memperdalam kompetensinya di berbagai bidang. Ilmu-ilmu yang ia dalami adalah:
- ‘Ulum Arabiyyah, mencakup tata bahasa, sastra, dan struktur bahasa Arab yang menjadi fondasi kajian Islam.
- Fiqh dan Ushul Fiqh, untuk memperkuat pemahaman hukum Islam dan metodologi penetapan hukum.
- Riyadhiyyah (ilmu pasti), yang mencakup matematika dan logika ilmiah.
- Ilmu Falak, yang kelak menjadi bidang keahliannya dan membentuk reputasinya sebagai ahli falak terkemuka di dunia Melayu-Minangkabau.
Selama di Al-Azhar University, pemikiran Thaher banyak dipengaruhi oleh gagasan-gagasan Syekh Muhammad Abduk yang merupakan seorang tokoh reformis yang mendorong pembaharuan Islam secara rasionalistas, pendidikan dan progresif pada teks-teks agama.
Syekh Thaher juga dekat dengan Syekh Sayyid Rasyid Ridha yang juga murid Syekh Muhammad Abduh dan juga redaktur majalah Al-Manar. Syekh Thaher mengirim artikel-artikel yang ia tulis ke majalah Al-Manar.
Selama di Al-Azhar ini, Syekh Thaher terus mendalami ilmu Falak hingga ia mendapatkan gelar al-Falaki. Karena keahlianya ini ia melakukan reformasi penentuan waktu shalat di tanah Melayu.
Kembali ke Makkah dan Nusantara
Setelah menyelesaikan pendidikan di Al-Azhar, Syekh Thaher kembali ke Makkah untuk melaksanakan haji dan kembali mendalami ilmu. Ia belajar dengan Syekh Ahmad Khatib selama dua tahun.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Makkah, Syekh Thaher memutuskan kembali ke Nusantara pada tahun 1899. Keputusannya ini ia ambil karena ia merasa bahwa ilmunya harus diabdikan pada masyarakat.
Setelah menyelesaikan seluruh proses pendidikan formalnya, Thaher memutuskan untuk kembali ke Nusantara pada akhir tahun 1899. Keputusan ini diambil dengan kesadaran penuh bahwa ilmu yang telah ia peroleh harus diabdikan untuk kemajuan masyarakatnya. Kepulangannya menjadi awal dari kiprahnya sebagai ulama, pembaharu, dan intelektual yang memberi dampak luas bagi dunia Melayu-Minangkabau.
Sumber:
- Hasbi. Peran Syekh Thaher Jalaluddin Dalam Pembaharuan Keagamaan di Malaysia. Skripsi, Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol, Padang, 2018.Â
- Muslifah, Siti. Analisis Pemikiran Syeikh Muhammad Tahir Jalaluddin Al-Minangkabawi Tentang Penentuan Waktu Salat Dalam Kitab Pati Kiraan dan Akurasinya. Sinopsis Tesis Magister, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo, 2013
- “Syekh Tahir Jalaluddin Al-Azhari, Ulama Astronomi dari Tanah Melayu (1)” khazanah.republika.co.id (Diakses pada 6 Desember 2025)
- “Biografi Tahir Jalaluddin: Tokoh Gerakan Reformasi Islam” www.kompas.com (Diakses pada 6 Desember 2025)






