Want to Partnership with me? Book A Call

Popular Posts

  • All Post
  • Biografi
  • Lembaga
  • Penghargaan
  • Peristiwa
    •   Back
    • Pemimpin
    • Agama
    • Seniman
    • Pahlawan
    • Politik
    • Militer
    • Islam
    • Kristen
    • Katolik
    • Budha
    • Pencipta Lagu
    • Musisi
    • Penyanyi
    • Komedian
    • Aktor
    •   Back
    • Pencipta Lagu
    • Musisi
    • Penyanyi
    • Komedian
    • Aktor
    •   Back
    • Bintang
    • Satyalancana
    • Lencana Internasional
    •   Back
    • Perang
    • Pemberontakan
    • Konflik
    • Diplomasi
    •   Back
    • Islam
    • Kristen
    • Katolik
    • Budha
    •   Back
    • Kabinet
    •   Back
    • Pahlawan
    • Politik
    • Militer

Categories

Edit Template

Frans Seda: Pahlawan Keuangan Indonesia

Frans Seda lahir di Flores, Nusa Tenggara Timur, pada 4 Oktober 1926, Frans Seda dikenal sebagai seorang pemimpin yang memiliki keahlian di berbagai bidang, terutama dalam ekonomi dan diplomasi. 

Kariernya sebagai Menteri Keuangan Indonesia, ia berhasil memulihkan stabilitas ekonomi negara pada masa-masa sulit pasca kemerdekaan. Tak hanya berkontribusi di bidang keuangan, Frans Seda juga berperan sebagai penjghubung antarbudaya dan agama di tengah masyarakat yang multikultural.

Sebagai seorang politikus, Frans Seda dikenal atas upayanya menekan inflasi yang kala itu mencapai tingkat sangat tinggi, dari 650% menjadi 112% selama masa jabatannya sebagai Menteri Keuangan. Langkah-langkah reformasi yang ia terapkan dalam struktur Kementerian Keuangan berdampak besar pada perbaikan sistem keuangan negara. 

Selain itu, Frans Seda juga aktif dalam kegiatan sosial dan gerejawi, menjadikannya sebagai sosok yang tidak hanya berjasa dalam ranah politik dan ekonomi, tetapi juga dalam kehidupan sosial dan budaya Indonesia. Kontribusinya yang meluas inilah yang menjadikannya sebagai tokoh penting dalam sejarah bangsa

Latar Belakang dan Kehidupan Awal

Fransiscus Xaverius Seda lahir pada 4 Oktober 1926 di Maumere, Flores, Nusa Tenggara Timur. Lahir dalam keluarga Katolik yang sederhana, sejak kecil ia telah menunjukkan kecerdasan dan semangat yang tinggi dalam menuntut ilmu. 

Kehidupan di Flores yang jauh dari pusat kota besar Indonesia tidak menghalangi Frans Seda untuk memiliki mimpi besar bagi masa depan dirinya dan tanah airnya. Dukungan keluarga dan lingkungan sekitarnya turut membentuk karakter kuat yang menjadi fondasi bagi kariernya di masa depan.

Frans Seda memulai Pendidikan awalnya di Flores, lalu setelah menyelesaikan Pendidikan awalnya, Frans Seda melanjukan pendidikannya di Kolase Xaverius Muntilan Yogyakarta, kemudian ia melanjutkan pendidikannya di Hollandsche Burgerschool (HBS) di Surabaya. 

Setelah menyelesaikan Pendidikan dasar dan menengahnya, Frans Seda melanjutkan studinya ke Belanda, ia kuliah di Katolieke Hogeschool di Tillburg, Netherland, Frans Seda berhasil menyelesaikan pendidikannya pada tahun 1956.

Di Belanda, Frans Seda tidak hanya menyelesaikan pendidikan formal di bidang ekonomi, tetapi juga memperdalam pemahaman tentang gerakan nasionalisme yang mulai tumbuh di Indonesia. Kehidupannya di Belanda membuat Frans Seda lebih kritis terhadap situasi kolonialisme di tanah air dan mendorongnya untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Pada masa perjuangan, Frans Seda aktif dalam banyak Gerakan, diantaranya, ia pernah ikut sebagai nggota lascar Kebangkitan Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS) dan Anggota Batalyon Praja atau Laskar Rakyat Grisk pada periode 1945 sampai 1950. 

Selain itu Frans juga merupakan anggota Markas Besar Biro Perjuangan di Yogyakarta, ia juga pernah menjadi Ketua Pemuda Indonesia di Surabaya, anggota Panitia Pembubaran Negara Jawa Timur, dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Sementara Jawa Timur.

Karier Politik dan Pemerintahan

Pada masa Pemerintahan Soekarno, Frans Seda ditunjuk menjadi Menteri Perkebunan, saat itu usianya tergolong muda, sekitar 38 tahun. Priode selanjutnya, ia terpilih lagi menjadi Menteri Pertanian. Pada masa Pemerintahan Soeharto, ia ditunjuk sebagai Menteri Keuangan. 

Saat itu, Indonesia tengah mengalami krisis ekonomi besar dengan tingkat inflasi yang sangat tinggi, mencapai 650%. Tantangan ini mengharuskan pemerintah untuk segera melakukan reformasi ekonomi yang drastis. 

Frans Seda, dengan kemampuan analisis ekonominya yang tajam dan pengalaman yang luas, mengambil langkah-langkah penting untuk menstabilkan ekonomi negara. Iapun berhasil menurunkan inflasi yang semula 650% menjadi 112% dalam beberapa tahun.

Pada priode berikutnya, ia Kembali ditunjuk sebagai Menteri, kali ini, Frans Seda di percaya sebagai Menteri Perhubungan. Selama menjadi Menteri ia merintis bidang penerbangan dan pelayaran di berbagai daerah Indonesia, terutama di Timur Indonesia. Frans Seda juga memprakarsai dibangunnya Bandar Udara Soekarno-Hatta untuk menggantikan Bandar Udara kemayoran.

Setelah menjabat sebagai Menteri, Frans tetap aktif dipemerintahan. Ia ditunjuk untuk menjadi Duta Besar Indonesia di Brussels untuk masyarakat Ekonomi Eropa dan Duta Besar untuk Belgia dan Luksemburg. Selanjutnya, Frans ditunjuk sebagai Anggota Dewan Pertimbangan Agung pada periode 1976-1978. Pada masa kepemimpinan BJ Habibie, Frans Seda Kembali dipercaya sebagai Penasihat bidang Ekonomi.

Selama aktif di Politik, Frans Seda pernah menjabat jabatan sebagai berikut: Ketua Umum Partai Katolik priode 1961-1968, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong dan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada priode 1960-1964, dan Anggota Dewan Penasehat Partai Demokrasi Indonesia pada priode 1971 hingga berubah menjadi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan menjadi Anggota Dewan Pertimbangan Pusan PDI-P oada tahun 1997.

Karier Usaha

Frans Seda memiliki kiprah yang luas dalam dunia usaha. Ia pernah menjabat sebagai Presiden Dewan Komisaris di berbagai perusahaan ternama, seperti PT Narisa, PT Gramedia, dan PT Kompas Media Nusantara, penerbit harian nasional Kompas. 

Selain itu, ia juga terlibat sebagai anggota Dewan Komisaris PT Bayer Indonesia dan menjabat posisi strategis lainnya, termasuk sebagai Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia dan Asosiasi Perdagangan Tekstil Indonesia (1982-1988), serta Ketua Federasi Industri Tekstil Asia (1983-1985). 

Di kancah internasional, Frans Seda menjadi anggota Dewan Penasehat Asia untuk Sears & Roebuck World Trade, Chicago, Amerika Serikat (1983-1984) dan Ketua Joint Working Party Indonesia-United Kingdom (1981-1985). 

Ia juga terlibat dalam berbagai proyek bisnis besar, seperti di PT Saowisata Seaside & Diving Resort, PT Hindoli, PT Philips Indonesia, PT British American Tobacco, serta PT Bank Shinta Indonesia. Tidak hanya itu, ia juga memimpin Karwell Group, sebuah pabrik tekstil untuk ekspor, dan memegang berbagai posisi di sektor pariwisata, perbankan, dan agribisnis.

Pendidikan

Di bidang pendidikan, Frans Seda berperan sebagai pendiri dan perintis Yayasan Atma Jaya, sekaligus menjadi Dekan pertama Fakultas Ekonomi dan Rektor pertama Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya (Unika Atma Jaya). Selama puluhan tahun, ia menjabat sebagai Ketua Umum Yayasan Atma Jaya (1962-1996) sebelum diangkat menjadi Ketua Kehormatan. 

Hingga akhir hayatnya pada 2009, Frans Seda masih aktif sebagai Ketua Pembina Yayasan Atma Jaya. Ia juga pernah menjadi penasihat Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK) dan Ketua Yayasan Pendidikan dan Pembinaan Manajemen (PPM), menunjukkan dedikasinya yang mendalam terhadap pengembangan pendidikan di Indonesia.

Sosial dan Keagamaan

Frans Seda juga memiliki kontribusi signifikan dalam kegiatan sosial dan keagamaan. Pada tahun 1970, ia mendampingi Sri Paus Paulus VI dalam kunjungannya ke Indonesia. Pada 1989, ia kembali menjabat sebagai Ketua Komite Organisasi kunjungan Sri Paus Yohanes Paulus II ke Indonesia. 

Selain itu, ia pernah menjabat sebagai Ketua Bidang Dana di Komite Olahraga Nasional Indonesia (1980-1982), anggota Dewan Harian Nasional Angkatan 1945, serta anggota Komisi Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian (Iustitia et Pax) di Vatikan (1984-1989). 

Frans Seda juga aktif dalam Palang Merah Indonesia, Yayasan Kebun Raya Indonesia, dan menjadi bagian dari Dewan Penyantun Pusat Kajian Australia di Universitas Indonesia serta Ketua Forum Indonesia-Nederland. Keterlibatannya dalam berbagai organisasi tersebut menunjukkan komitmennya terhadap kemajuan sosial dan perdamaian internasional.

Wafat

Pada 30 November hingga 18 Desember 2009, Frans Seda sempat dirawat di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta, akibat keluhan sakit tenggorokan dan kesulitan menelan. Meskipun telah mendapatkan perawatan, Frans akhirnya menghembuskan napas terakhir di kediamannya di Pondok Indah pada 31 Desember 2009, dalam usia 83 tahun.

Pemakamannya dilaksanakan pada 2 Januari 2010 di San Diego Hills Memorial Park, Karawang, Jawa Barat. Sepeninggal beliau, Yayasan Atma Jaya berinisiatif untuk mengabadikan semangat pengabdian Frans Seda, yang selalu mendahulukan “Untuk Tuhan dan Tanah Air,” melalui penghargaan Frans Seda Award. Penghargaan yang pertama kali diluncurkan pada 1 Juni 2011 ini berfokus pada bidang pendidikan dan kemanusiaan, serta ditujukan kepada warga negara Indonesia berusia maksimal 40 tahun. Frans Seda Award menghargai mereka yang memberikan kontribusi nyata dalam merawat, mengembangkan, dan menanamkan nilai-nilai ke-Indonesiaan, sesuai dengan teladan yang telah ditunjukkan oleh Frans Seda.

Kami ingin membuat pengalaman membaca kamu sebaik mungkin! Jika kamu menemukan informasi yang kurang tepat atau hilang dalam konten kami, kami sangat menghargai kontribusi kamu untuk memperbaikinya. 

Dengan kerjasama kamu, kami dapat memastikan bahwa setiap informasi yang kami bagikan akurat dan bermanfaat bagi semua pembaca kami. Jangan ragu untuk memberi tahu kami melalui kolom komentar di bawah setiap artikel atau melalui halaman Contact Us

Setiap masukan dari kamu sangat berarti bagi kami, dan kami selalu siap untuk meningkatkan kualitas layanan kami berkat kontribusi kamu. Terima kasih atas dukungan dan kerjasama kamu!

Share Article:

arsipmanusia.com

Writer & Blogger

Considered an invitation do introduced sufficient understood instrument it. Of decisively friendship in as collecting at. No affixed be husband ye females brother garrets proceed. Least child who seven happy yet balls young. Discovery sweetness principle discourse shameless bed one excellent. Sentiments of surrounded friendship dispatched connection is he. Me or produce besides hastily up as pleased. 

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baru Terbit

  • All Post
  • Biografi
  • Lembaga
  • Penghargaan
  • Peristiwa
    •   Back
    • Pemimpin
    • Agama
    • Seniman
    • Pahlawan
    • Politik
    • Militer
    • Islam
    • Kristen
    • Katolik
    • Budha
    • Pencipta Lagu
    • Musisi
    • Penyanyi
    • Komedian
    • Aktor
    •   Back
    • Pencipta Lagu
    • Musisi
    • Penyanyi
    • Komedian
    • Aktor
    •   Back
    • Bintang
    • Satyalancana
    • Lencana Internasional
    •   Back
    • Perang
    • Pemberontakan
    • Konflik
    • Diplomasi
    •   Back
    • Islam
    • Kristen
    • Katolik
    • Budha
    •   Back
    • Kabinet
    •   Back
    • Pahlawan
    • Politik
    • Militer

Jenderal AH Nasution

Jenderal Abdul Haris Nasution, lahir pada 3 Desember 1918, adalah sosok kunci dalam sejarah Indonesia yang memberikan kontribusi besar dalam perjuangan kemerdekaan dan pembangunan negara.

Join the family!

Sign up for a Newsletter.

You have been successfully Subscribed! Ops! Something went wrong, please try again.
Edit Template
Tombol Provinsi Indonesia
Scroll to Top