Want to Partnership with me? Book A Call

Popular Posts

  • All Post
  • Biografi
  • Lembaga
  • Penghargaan
  • Peristiwa
    •   Back
    • Pemimpin
    • Agama
    • Seniman
    • Pahlawan
    • Politik
    • Militer
    • Islam
    • Kristen
    • Katolik
    • Budha
    • Pencipta Lagu
    • Musisi
    • Penyanyi
    • Komedian
    • Aktor
    •   Back
    • Pencipta Lagu
    • Musisi
    • Penyanyi
    • Komedian
    • Aktor
    •   Back
    • Bintang
    • Satyalancana
    • Lencana Internasional
    •   Back
    • Perang
    • Pemberontakan
    • Konflik
    • Diplomasi
    •   Back
    • Islam
    • Kristen
    • Katolik
    • Budha
    •   Back
    • Kabinet
    •   Back
    • Pahlawan
    • Politik
    • Militer

Categories

Edit Template

Kabinet Sukiman: Susunan, Program Kerja, Kontroverisal dan Keruntuhannya

Kabinet Sukiman terbentuk sebagai kabinet kedua setelah bubarnya Negara Republik Indonesia Serikat (RIS), dengan tujuan utama untuk menjalankan pemerintahan Indonesia sesuai dengan mandat yang diberikan oleh Presiden Sukarno. 

Kabinet ini merupakan hasil dari koalisi dua partai, Masyumi dan PNI, yang membentuk formatur pemerintahan. Dipimpin oleh Sukiman dengan Suwiryo sebagai wakilnya, kabinet ini bertugas mulai tanggal 27 April 1951 hingga 3 April 1952.

Pembentukan Kabinet Sukiman didasarkan pada Keputusan Presiden (Keppres) Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 1951, yang menetapkan masa jabatan dari tanggal 27 April 1951 hingga 3 April 1952.

Susunan Kabinet Sukiman-Suwirjo

JabatanFotoPejabatWaktu MenjabatPartai
PresidenSoekarnoIr. Soekarno18 Agustus 1945 – 12 Maret 1967PNI
Wakil PresidenMohammad Hatta 500Mohammad Hatta18 Agustus 1945 – 1 Desember 1956Non Partai
Perdana MenteriSukiman Wirjosandjojo27 April 1951 – 23 Februari 1952Masyumi
Wakil Perdana MenteriSuwirjo 27 April 1951 – 23 Februari 1952PNI
Menteri Luar NegeriAchmad SoebardjoAchmad Soebardjo 27 April 1951 – 23 Februari 1952Masyumi
Menteri Dalam NegeriIskak Tjokroadisurjo 27 April 1951 – 23 Februari 1952Non Partai
Menteri PertahananR. Mas Sewaka9 Mei 1951 – 23 Februari 1952Persatuan Indonesia Raya
Menteri KehakimanMOHAMMAD YAMIN Mohammad Yamin27 April 1951 – 14 Juni 1951Non Partai
Menteri Kehakiman (ad interim)Melkias Agustinus Pellaupessy14 Juni 1951 – 20 November 1951Non Partai
Menteri Kehakiman Mohammad Nasrun20 November 1951 – 23 Februari 1952Non Partai
Menteri PeneranganArnold Mononutu27 April 1951 – 23 Februari 1952Non Partai
Menteri KeuanganJusuf Wibisono27 April 1951 – 23 Februari 1952Masyumi
Menteri PertanianSuwarto27 April 1951 – 23 Februari 1952Partai Katoik
Menteri Perdagangan dan PerindustrianSoejono Hadinoto27 April 1951 – 16 Juli 1951PNI
Menteri Perdagangan dan PerindustrianWilopoWilopo16 Juli 1951 – 23 Februari 1952PNI
Menteri PerhubunganDjuanda Kartawidjaja (500x500)Djuanda Kartawidjaja27 April 1951 – 23 Februari 1952Non Partai
Menteri Pekerjaan Umum dan TenagaUkar Bratakusumah27 April 1951 – 23 Februari 1952PNI
Menteri PerburuhanIskandar Tedjasukmana27 April 1951 – 23 Februari 1952Partai Buruh Indonesia (1955)
Menteri SosialSjamsuddin Sutan Makmur27 April 1951 – 23 Februari 1952Masyumi
Menteri Pendidikan, Pengajaran dan KebudayaanWongsonegoro27 April 1951 – 23 Februari 1952Persatuan Indonesia Raya
Menteri AgamaWahid Hasjim27 April 1951 – 23 Februari 1952Masyumi
Menteri KesehatanJohannes LeimenaJohannes Leimena27 April 1951 – 23 Februari 1952Partai Kristen Indonesia
Menteri Urusan UmumMelkias Agustinus Pellaupessy27 April 1951 – 23 Februari 1952Non Partai
Menteri Urusan PegawaiPandji Suroso27 April 1951 – 23 Februari 1952Partai Indonesia Raya (Parindra)
Menteri Urusan AgrariaGondokusomo20 November 1951 – 6 Maret 1952Persatuan Indonesia Raya

Program Kerja Kabinet Sukiman-Suwirjo

Rencana Kabinet Sukiman-Suwirjo mencakup berbagai langkah yang bertujuan untuk memastikan keamanan dan ketertiban sesuai dengan prinsip negara hukum, serta untuk memperbaiki struktur pemerintahan. 

Di samping itu, program ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi rakyat melalui implementasi rencana kemakmuran nasional dalam jangka pendek. 

Hal ini juga melibatkan reformasi dalam hukum agraria guna mendukung kepentingan petani.

Upaya penempatan mantan pejuang dalam pembangunan juga akan dipercepat, sementara persiapan untuk pemilihan umum dan pembentukan dewan konstituante akan dijalankan dengan cermat untuk memastikan terlaksananya otonomi daerah. 

Selain itu, agenda legislasi termasuk penyusunan undang-undang mengenai pengakuan serikat buruh, perjanjian kerja sama, penetapan upah minimum, serta penyelesaian sengketa perburuhan.

Di bidang politik luar negeri, fokus akan diberikan pada upaya memperkuat posisi Indonesia secara global dengan pendekatan bebas dan aktif, serta mempromosikan perdamaian dunia. 

Hubungan dengan Belanda akan direvisi dari konsep unie-statuut menjadi perjanjian internasional biasa. 

Selain itu, akan dilakukan peninjauan kembali persetujuan hasil Konferensi Meja Bundar dan peninjauan ulang terhadap perjanjian-perjanjian yang merugikan negara dan rakyat.

Satu aspek penting lainnya adalah pengintegrasian wilayah Irian Barat ke dalam wilayah Republik Indonesia dengan segera, sesuai dengan aspirasi nasional.

Kontroversi Pada Kabinet Sukiman-Suwirjo

Selama masa pemerintahan Kabinet Sukiman, Indonesia menandatangani persetujuan Mutual Security Act (MSA) dengan Amerika Serikat, namun, alih-alih memperkuat hubungan, kerja sama ini justru menjadi sumber kontroversi yang berujung pada kejatuhan kabinet tersebut.

Mutual Security Act (MSA) merupakan sebuah kesepakatan keamanan antara pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat. Kesepakatan ini ditandatangani selama masa pemerintahan Kabinet Sukiman oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Ahmad Subardjo dari Partai Masyumi dan Duta Besar AS Merle Cochran.

Persetujuan tersebut ditetapkan pada tanggal 15 Januari 1952 di Jakarta. Sebagai bagian dari kesepakatan tersebut, Indonesia menerima bantuan ekonomi dan militer dari Amerika Serikat senilai US$ 50 juta.

MSA juga mewajibkan negara penerima bantuan untuk memberikan kontribusi penuh bagi pertahanan Blok Barat (Free World). Kerja sama ini, yang terjalin antara Indonesia dan Amerika Serikat selama pemerintahan Kabinet Sukiman, dianggap merugikan kebijakan politik luar negeri Indonesia.

Kesepakatan ini menimbulkan interpretasi bahwa Indonesia telah menyertakan diri dalam Blok Barat, yang bertentangan dengan prinsip politik luar negeri bebas dan aktif yang diperjuangkan oleh Kabinet Sukiman. 

Politik luar negeri bebas dan aktif mengartikan bahwa Indonesia harus tetap netral di tengah-tengah Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Akibatnya, muncul kritik dari berbagai pihak dan mosi tidak percaya terhadap pemerintahan tersebut.

Akhir Kabinet Sukiman-Suwirjo

Kabinet Sukiman tidak bertahan lama, hanya berlangsung kurang dari satu tahun setelah pembentukannya, karena terjadinya ketidakharmonisan antara pemerintah dan militer. 

Tidak adanya Sultan Hamengkubuwana IX dalam kabinet untuk pertama kalinya sejak 1946 menjadi awal buruknya hubungan. 

Konflik tersebut semakin diperparah oleh keputusan Menteri Kehakiman, Muhammad Yamin, untuk membebaskan 950 tahanan, termasuk beberapa tokoh kiri terkemuka, yang ditangkap oleh tentara.

Reaksi negatif dari pihak militer tidak berlangsung lama, yang kemudian menangkap kembali para tahanan yang dibebaskan, menyebabkan Muhammad Yamin harus mengundurkan diri dari jabatannya. 

Krisis kebijakan luar negeri juga menjadi faktor penting dalam kejatuhan kabinet, terutama terkait dengan keputusan Indonesia untuk bekerja sama dengan Amerika melalui Mutual Security Act (MSA).

Dampak dari kerja sama MSA dan sejumlah masalah lainnya mengakibatkan masa jabatan Kabinet Sukiman sangat singkat. Hanya sebulan setelah persetujuan MSA ditandatangani, tepatnya pada 23 Februari 1952, Kabinet Sukiman-Suwirjo mengundurkan diri. 

Menteri Luar Negeri Soebardjo adalah yang pertama mengundurkan diri dari jabatannya pada bulan Februari 1952, yang kemudian diikuti oleh seluruh anggota kabinet. 

Pemerintahan Kabinet Sukiman secara resmi berakhir pada tanggal 3 April 1952, dan digantikan oleh Kabinet Wilopo.

Share Article:

arsipmanusia.com

Writer & Blogger

Considered an invitation do introduced sufficient understood instrument it. Of decisively friendship in as collecting at. No affixed be husband ye females brother garrets proceed. Least child who seven happy yet balls young. Discovery sweetness principle discourse shameless bed one excellent. Sentiments of surrounded friendship dispatched connection is he. Me or produce besides hastily up as pleased. 

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baru Terbit

  • All Post
  • Biografi
  • Lembaga
  • Penghargaan
  • Peristiwa
    •   Back
    • Pemimpin
    • Agama
    • Seniman
    • Pahlawan
    • Politik
    • Militer
    • Islam
    • Kristen
    • Katolik
    • Budha
    • Pencipta Lagu
    • Musisi
    • Penyanyi
    • Komedian
    • Aktor
    •   Back
    • Pencipta Lagu
    • Musisi
    • Penyanyi
    • Komedian
    • Aktor
    •   Back
    • Bintang
    • Satyalancana
    • Lencana Internasional
    •   Back
    • Perang
    • Pemberontakan
    • Konflik
    • Diplomasi
    •   Back
    • Islam
    • Kristen
    • Katolik
    • Budha
    •   Back
    • Kabinet
    •   Back
    • Pahlawan
    • Politik
    • Militer

Jenderal AH Nasution

Jenderal Abdul Haris Nasution, lahir pada 3 Desember 1918, adalah sosok kunci dalam sejarah Indonesia yang memberikan kontribusi besar dalam perjuangan kemerdekaan dan pembangunan negara.

Join the family!

Sign up for a Newsletter.

You have been successfully Subscribed! Ops! Something went wrong, please try again.
Edit Template
Tombol Provinsi Indonesia
Scroll to Top