Want to Partnership with me? Book A Call

Popular Posts

  • All Post
  • Biografi
  • Lembaga
  • Penghargaan
  • Peristiwa
    •   Back
    • Pemimpin
    • Agama
    • Seniman
    • Pahlawan
    • Politik
    • Militer
    • Islam
    • Kristen
    • Katolik
    • Budha
    • Pencipta Lagu
    • Musisi
    • Penyanyi
    • Komedian
    • Aktor
    •   Back
    • Pencipta Lagu
    • Musisi
    • Penyanyi
    • Komedian
    • Aktor
    •   Back
    • Bintang
    • Satyalancana
    • Lencana Internasional
    •   Back
    • Perang
    • Pemberontakan
    • Konflik
    • Diplomasi
    •   Back
    • Islam
    • Kristen
    • Katolik
    • Budha
    •   Back
    • Kabinet
    •   Back
    • Pahlawan
    • Politik
    • Militer

Categories

Edit Template

Konflik Poso: Ketegangan Antar Agama di Poso

Poso merupakan nama Kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah, masyarakat Poso cukup beragam, karena banyak perantau dari daerah lain datang ke Poso. Beragamnya masyarakat Poso juga tidak lepas dari program Transmigrasi Pemerintah Orde Baru saat itu.

Konflik Poso merupakan sebutan untuk serangkaian kerusuhan yang terjadi di Kabupaten Poso dari Desember 1998 sampai Desember 2001. Kerusuhan ini bermula dari konflik kecil antar pemuda sehingga berkembang menjadi kerusuhan besar, hingga menyebabkan kerugian yang sangat besar.

Poso I (Desember 1998)

Konflik pertama terjadi pada tanggal 24 Desember 1998, tepatnya pada malam Natal yang bertepatan dengan Ramadhan saat itu. Konflik dimulai dari Roy Runtu Bisalemba seorang pemuda Kristen yang menikam Ahmad Ridwan seorang pemuda Muslim. 

Hal ini membuat ummat Islam marah, sehingga esoknya pada tanggal 25 Desember 1998, setelah menyelesaikan Shalat Jum’at menyerbu toko Lima, yang merupakan tempat Miras dan juga menjadi tempat persembunyian Roy Runtu.

Selain Toko Lima, Umat Islam juga melakukan penggeledahan tempat-tempat untuk minum-minum miras, tempat hiburan seperti bilyard, panti pijat, rumah bordil dan lainnya. 

Pada tanggal 26 Desember 1998, diadakan rapat antara tokoh-tokoh Kristen dan Islam. Mereka sepakat bahwa penyebab konflik ini adalah MIRAS, dan mereka juga sepakat untuk memberantas minuman keras yang beredar di Poso.

Namun, kesepakatan ini tidak berlangsung lama, Herman Parimo masuk ke Kota Poso dengan membawa massa Kristen yang cukup banyak, ia beralasan untuk melakukan pawai Natal. Massa Kristen yang dipimpin oleh Herman Parimo ini mengakibatkan konflik antara Islam dan Kristen, Massa Kristen membakar 81 rumah warga Islam. 

Herman Parimo dan pasukannya kemudian dihadang oleh massa Islam di Bonesompe dan Kanyamanya. Massa Islam dari Parigi dating sebanyak 27 truk dan 4 perahu, dan terjadilah pertempuran hebat di jembatan Poso, pertempuran terjadi menggunakan batu dan senjata tajam. 

Herman Parimo kemudian ditetapkan sebagai provokator pada peristiwa Poso pertama ini, ia melarikan diri dan menjadi buronan, ia akhirnya berhasil ditangkap di Makassar dan kemudian diadili di Kota Palu pada tahun 1999, ia dijatuhi hukuman 15 tahun penjara atas Tindakan makar pada Bupati yang sah saat itu.

Poso II (April 2000)

Konflik kedua ini terjadi pada tanggal 16 bulan April 2000, terjadi perkelahian antara pemuda Lambogia dengan pemuda Kayamanya di Lawanga. Karena perkelahian itu, terjadi pertarungan antara pemuda-pemuda Islam dari Kayamanya dan Sayo dengan pemuda pemuda Kristen Lambogia yang berakibat menjadi Tindakan kekerasan yang terus meluas. Rumah milik warga Kristen di Lambogia dibakar sehingga membuat POLRES Poso menurunkan BRIMOP.

Pada tanggal 17 April 2000, anggota BRIMOB menembaki massa Islam hingga mengenai Mohammad Yusni dan Yanto yang meninggal dunia dan delapan orang Islam lainnya luka-luka. 

Dari penembakan itu, massa Islam semakin marah, pada jam 13.00-15.00 massa Islam menyerang Lambogia dan membakar 127 rumah, 2 Gereja, Sekolah SD, SMP, SMA milik Kristen juga habis dibakar termasuk Gedung Bhayangkari.

Setelah kejadian itu, kondisi Kota Poso semakin mencekam, ditambah ditemukannya mayat dari warga Islam yang Bernama Ula di pinggir rumah Xaverius, hal ini mengakibatkan konflik Poso berlanjut ke fase ke III.

Poso III (Mei 2000)

Konflik ketiga ini merupakan konflik terbesar pada konflik Poso, konflik ini melibatkan banya lapisan masyarakat. Konflik ini terdiri dari kelompok merah Kristen dan kelompok putih Islam.

Konflik ini terjadi pada awal Mei, saat itu muncul kabar bahwa pemuda Kristen dipengungsian banyak yang pergi ke Kamp Pelatihan kelompok Merah di Kelei, kelompok merah Kristen ini terbagi lagi menjadi kelelawar merah dan kelelawar hitam. 

Kelelawar hitam berpakaian serba hitam dan menggunakan topeng, mereka menargetkan Muslim Kayamanya, yang mereka anggap sebagai kelompok yang bertanggung jawab pada konflik Poso II. Fabianus Tibo  yang merupakan seorang pekerja perkebunan yang datang dari Flores, Nusa Tenggara Timur, disebutkan sebagai pemimpin kelelawar hitam ini.

Pada 23 Mei 2000, sekelompok orang menggunakan topeng ninja membunuh Sersan Mayor Kamaruddin Ali, Abdul Syukur dan Baba. Kelompok ini kemudian dikabarkan bersembunyi di Gereja Katolik Moengko, Massa Islam mulai berkumpul didepan gereja itu, bukannya menyerahkan diri, Tibo dan kelompok itu melarikan diri kearah bukit dibelakang Gereja. Massa semakin marah dan membakar Gereja itu, dan terjadi pertempuran di seluruh kota. 

Pada 28 Mei 2000, serangan semakin meluas, kelompok Kristen menyerang Desa Sintuwu Lemba, Wanita dan anak-anak ditangkap an beberapa mendapatkan pelecehan seksual. Karena itu, warga desa melarikan diri ke Pesantren Walisongo, mereka dikejar sampai ke pesantren itu. 

Kelompok Kristen itupun membunuh warga Muslim menggunakan senjata api dan sejata tajam. Warga yang berhasil kabur dikejar dan ditangkap untuk kemudian dieksekusi, mayat warga Muslim itu kemudian dibuang ke Sungai Poso.

Konflik yang tidak berimbang ini mengakibatkan banyak korban berjatuhan dari pihak Islam, pihak Kristen lebih terencanan dan tersistematis sehingga membuat pihak Kristen menjadi lebih siap, sementara itu pihak Islam mulai bangkit dan berhasil mengimbangi pihak Kristen setelah banyak korban berjatuhan.

Pasukan Islam dari luar Poso mulai berdatangan, Pasukan pertama yang Bernama Majelis Dzikiri Nurul Khairat, pasukan ini dipimpin oleh Habib Shaleh Al-Idrus, kelompok ini berhasil membunuh pemimpin kelompok Kristen yang Bernama Adven L. Lateka.

Pasukan selanjutnya datang, pasukan ini Bernama Laskar Jihad Ahlusunnah Wal Jamaah yang dipimpin oleh Jafar Umar Thalib. Pasukan ini datang pada Agustus 2001, mereka menggunakan jubah putih dan bersorban seperti Pangeran Diponegoro. Pasukan ini lebih terlatih dan lincah melakukan serangan-serangan kepihak lawan.

Pasukan selanjutnya datang yang Bernama Laskar Mujahiddin, lascar ini pernah terlibat dan berlatih pada konflik Maluku, Laskar ini merekrut pemuda-pemuda Poso untuk dilatih, mereka juga membentuk benteng petahanan di Pinggir kota Poso.

Bantuan dari ketiga pasukan ini membuat kelompok Islam Poso mulai mengimbangi kelompok Kristen. Tidak lama setelah mengimbangi kelompok Kristen, pihak Pemerintah datang menginterfensi kedua kelompok ini untuk menghentikan perang dan segera berdamai.

Deklarasi Malino

Pada tanggal 18 Desember sampai 20 Desember 2001, Jusuf Kalla mengadakan pertemuan dan melakukan mediasi kedua pihak di Malino, Gowa, Sulawesi Selatan. 

Pertemuan ini dikuti oleh 25 orang perwakilan Islam, 25 orang perwakilan Kristen dan 25 orang mediator yang terdiri dari Jusuf kalla, Zainal Basri Palaguna, Aminudin Ponulele, Mayjen Ahmad Yahya, Brigjenn Pol Zainal Abidin Ishak, Din Syamsudin, Pendeta Natan Setiabudi, Mayjen Bambang Sutedjo dan Mayjen Suwisma.

Dari pertemuan ini disepakati untuk mengakhiri konflik dan bekerjasama untuk perdamaian di Poso, Sulawesi Tengah. Deklarasi ini disepakati oleh semua pihak yang hadir di pertemuan itu, deklarasi ini dikenal sebagai Deklarasi Malino.

Sumber:

Share Article:

arsipmanusia.com

Writer & Blogger

Considered an invitation do introduced sufficient understood instrument it. Of decisively friendship in as collecting at. No affixed be husband ye females brother garrets proceed. Least child who seven happy yet balls young. Discovery sweetness principle discourse shameless bed one excellent. Sentiments of surrounded friendship dispatched connection is he. Me or produce besides hastily up as pleased. 

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baru Terbit

  • All Post
  • Biografi
  • Lembaga
  • Penghargaan
  • Peristiwa
    •   Back
    • Pemimpin
    • Agama
    • Seniman
    • Pahlawan
    • Politik
    • Militer
    • Islam
    • Kristen
    • Katolik
    • Budha
    • Pencipta Lagu
    • Musisi
    • Penyanyi
    • Komedian
    • Aktor
    •   Back
    • Pencipta Lagu
    • Musisi
    • Penyanyi
    • Komedian
    • Aktor
    •   Back
    • Bintang
    • Satyalancana
    • Lencana Internasional
    •   Back
    • Perang
    • Pemberontakan
    • Konflik
    • Diplomasi
    •   Back
    • Islam
    • Kristen
    • Katolik
    • Budha
    •   Back
    • Kabinet
    •   Back
    • Pahlawan
    • Politik
    • Militer

Jenderal AH Nasution

Jenderal Abdul Haris Nasution, lahir pada 3 Desember 1918, adalah sosok kunci dalam sejarah Indonesia yang memberikan kontribusi besar dalam perjuangan kemerdekaan dan pembangunan negara.

Join the family!

Sign up for a Newsletter.

You have been successfully Subscribed! Ops! Something went wrong, please try again.
Edit Template
Tombol Provinsi Indonesia
Scroll to Top