BJ Habibie, dikenal sebagai Bapak Teknologi Indonesia, merupakan sosok yang menginspirasi banyak orang melalui kontribusinya dalam teknologi dan penerbangan. Lahir pada 25 Juni 1936 di Parepare, Sulawesi Selatan, BJ Habibie adalah seorang visioner yang berhasil membawa Indonesia menuju era modernisasi.
Sebagai Presiden Indonesia ketiga, beliau dikenal atas reformasi demokratis yang signifikan serta upaya memajukan industri teknologi dalam negeri. Artikel ini akan mengulas perjalanan hidup BJ Habibie dari masa kecil, pendidikan, karir internasional, hingga warisannya sebagai tokoh penting dalam sejarah Indonesia.
Table of Contents
ToggleMasa Kecil dan Pendidikan BJ Habibie
BJ Habibie atau Bacharuddin Jusuf Habibie, lahir pada 25 Juni 1936 di Parepare, Sulawesi Selatan. Sebagai anak keempat dari delapan bersaudara, Habibie tumbuh dalam keluarga yang mendukung pendidikan dan nilai-nilai keilmuan. Ayahnya, Alwi Abdul Jalil Habibie, adalah seorang ahli pertanian, sementara ibunya, R.A. Tuti Marini Puspowardojo, berasal dari keluarga ningrat di Jawa.
Kehilangan ayahnya pada usia 14 tahun karena penyakit jantung merupakan titik balik dalam kehidupan masa kecil BJ Habibie. Setelah kejadian tersebut, keluarganya pindah ke Bandung, di mana Habibie melanjutkan pendidikan menengahnya di Gouvernments Middlebare School. Lingkungan baru ini membentuk karakter dan semangat belajarnya yang kuat.
Lulus dari sekolah menengah atas pada tahun 1954, Habibie melanjutkan studinya di Institut Teknologi Bandung (ITB), mengambil jurusan Teknik Mesin. Meski hanya berkuliah selama enam bulan di ITB, ketertarikan BJ Habibie pada teknologi dan inovasi sudah terlihat jelas sejak masa ini. Keputusannya untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri menunjukkan ambisi besarnya dalam bidang teknologi penerbangan.
Habibie melanjutkan studi di Universitas Teknologi Delft di Belanda untuk mendalami teknologi penerbangan. Namun, akibat ketegangan politik antara Indonesia dan Belanda, ia memutuskan untuk pindah ke Universitas RWTH Aachen di Jerman Barat.
Di RWTH Aachen, Habibie mengambil jurusan konstruksi pesawat terbang dan menyelesaikan gelar tekniknya (Diplom-Ingenieur) pada tahun 1960. Tak berhenti di situ, ia melanjutkan ke jenjang doktoral dan meraih gelar Dr.-Ing. di bidang teknik kedirgantaraan pada tahun 1965.
Pendidikan tinggi BJ Habibie di luar negeri memberikan dasar kuat bagi karir dan kontribusinya di bidang teknologi penerbangan. Keberhasilannya meraih gelar doktor di Jerman membuka jalan bagi Habibie untuk berkarir di industri penerbangan internasional, yang kelak akan menjadi pijakan bagi kontribusi besarnya sebagai Bapak Teknologi Indonesia.
Karir di Industri Penerbangan
Setelah menyelesaikan pendidikan tinggi di Universitas RWTH Aachen, Jerman Barat, BJ Habibie memulai karirnya di dunia industri penerbangan internasional. Pada tahun 1965, setelah meraih gelar doktor (Dr.-Ing.) di bidang teknik kedirgantaraan, Habibie bergabung dengan perusahaan penerbangan Messerschmitt-Bölkow-Blohm (MBB) di Hamburg, Jerman. Di MBB, Habibie menjabat sebagai Kepala Penelitian dan Pengembangan pada divisi struktur pesawat terbang.
Selama bekerja di MBB, Habibie mengembangkan beberapa teori penting yang telah memberikan dampak besar pada dunia penerbangan internasional. Salah satu kontribusi paling terkenal dari BJ Habibie adalah teori perambatan retak (crack propagation theory), yang sangat penting dalam meningkatkan keselamatan penerbangan. Teori ini membantu dalam memahami bagaimana retakan pada material pesawat bisa menyebar, sehingga memungkinkan pengembangan material yang lebih tahan lama dan aman.
Selain itu, Habibie juga dikenal dengan Metode Habibie, Teorema Habibie, dan Faktor Habibie. Penemuannya ini tidak hanya memberikan kontribusi besar bagi teknologi penerbangan tetapi juga menunjukkan kepiawaian Habibie dalam menggabungkan teori dan praktik dalam dunia teknik. Selama 10 tahun bekerja di MBB, Habibie berhasil mengukuhkan dirinya sebagai salah satu insinyur penerbangan terbaik di dunia.
Karir cemerlang Habibie di Jerman menarik perhatian pemerintah Indonesia. Pada tahun 1974, Presiden Soeharto memintanya untuk kembali ke Indonesia dan berkontribusi dalam pembangunan teknologi nasional. Habibie setuju dan meninggalkan posisinya di MBB untuk pulang ke tanah air. Di Indonesia, ia diberi tugas sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi serta memimpin Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Kembalinya BJ Habibie ke Indonesia menandai awal dari transformasi besar dalam bidang teknologi dan industri penerbangan di tanah air. Dengan pengalaman dan pengetahuan yang didapatkan dari karirnya di industri penerbangan internasional, Habibie mampu menginisiasi berbagai proyek strategis nasional, termasuk pendirian Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) yang kini dikenal sebagai PT Dirgantara Indonesia.
Karir Politik dan Kembali ke Indonesia
Pada tahun 1974, BJ Habibie memutuskan untuk meninggalkan karir cemerlangnya di Jerman dan kembali ke Indonesia atas permintaan Presiden Soeharto. Tujuannya jelas: membawa kemajuan teknologi dan industri ke tanah air.
Sekembalinya ke Indonesia, Habibie langsung diangkat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi, posisi yang dipegangnya selama 20 tahun. Dalam peran ini, ia memimpin berbagai inisiatif penting yang berfokus pada pengembangan teknologi nasional.
Salah satu pencapaian terbesar Habibie adalah pendirian Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN), yang sekarang dikenal sebagai PT Dirgantara Indonesia. IPTN didirikan untuk memproduksi pesawat terbang buatan dalam negeri, sebuah langkah besar menuju kemandirian teknologi di Indonesia.
Di bawah kepemimpinan Habibie, IPTN berhasil merancang dan memproduksi pesawat N-250, yang merupakan pesawat turboprop pertama yang sepenuhnya dirancang dan dibuat di Indonesia.
Selain itu, Habibie juga mendirikan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), sebuah lembaga yang bertujuan untuk mengintegrasikan dan mengimplementasikan teknologi terbaru dalam berbagai sektor industri di Indonesia. Peran BPPT sangat vital dalam mendorong inovasi dan memajukan riset ilmiah di tanah air.
Karir politik Habibie mencapai puncaknya ketika ia diangkat sebagai Wakil Presiden Indonesia pada bulan Maret 1998. Namun, hanya dua bulan kemudian, Presiden Soeharto mengundurkan diri akibat tekanan reformasi, dan BJ Habibie dilantik sebagai Presiden Indonesia ketiga pada 21 Mei 1998.
Presiden dan Reformasi
BJ Habibie diangkat menjadi Presiden Indonesia ketiga pada 21 Mei 1998 setelah pengunduran diri Presiden Soeharto. Masa kepresidenan Habibie terjadi pada periode yang penuh gejolak, di mana Indonesia sedang mengalami krisis ekonomi dan politik yang parah. Meskipun masa jabatannya singkat, hanya 17 bulan, Habibie berhasil melakukan berbagai reformasi penting yang memberikan dampak signifikan pada masa depan Indonesia.
Reformasi Ekonomi
Salah satu prioritas utama BJ Habibie sebagai presiden adalah memperbaiki ekonomi Indonesia yang terpuruk akibat krisis finansial Asia pada tahun 1997. Untuk mengatasi masalah ini, Habibie mengambil langkah-langkah strategis seperti menstabilkan nilai tukar rupiah, mereformasi sektor perbankan, dan mengundang kembali investasi asing. Salah satu kebijakan pentingnya adalah melikuidasi bank-bank bermasalah untuk memperbaiki sistem perbankan yang telah hancur akibat krisis.
Reformasi Demokrasi
BJ Habibie juga dikenal atas upayanya dalam memperkuat demokrasi di Indonesia. Salah satu langkah paling signifikan adalah pengesahan undang-undang yang memberikan kebebasan pers, mengakhiri monopoli media yang telah berlangsung selama Orde Baru. Dengan kebijakan ini, pers di Indonesia menjadi lebih bebas dan berperan sebagai pilar penting dalam mengawasi pemerintahan dan memberikan informasi kepada masyarakat.
Selain itu, Habibie juga melakukan reformasi politik dengan menghapuskan dwifungsi ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia), yang sebelumnya memberikan peran ganda kepada militer dalam pemerintahan dan keamanan. Dengan mengurangi peran militer dalam politik, Habibie membuka jalan bagi kehidupan politik yang lebih demokratis dan sipil.
Referendum Timor Timur
Langkah kontroversial namun bersejarah yang diambil oleh BJ Habibie adalah mengizinkan diadakannya referendum di Timor Timur. Pada 30 Agustus 1999, rakyat Timor Timur memilih untuk merdeka dari Indonesia dalam sebuah referendum yang diawasi oleh PBB.
Keputusan ini mengakhiri 24 tahun pendudukan Indonesia di Timor Timur, meskipun menimbulkan reaksi keras dari berbagai pihak di dalam negeri.
Langkah-langkah yang diambil Habibie dalam memperkuat kebebasan pers, mengurangi peran militer dalam politik, dan mengatasi krisis ekonomi menunjukkan komitmennya untuk menciptakan Indonesia yang lebih demokratis dan stabil.
Setelah masa kepresidenannya berakhir pada Oktober 1999, Habibie tetap aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan pendidikan. Ia mendirikan The Habibie Center, sebuah lembaga penelitian dan advokasi yang berfokus pada demokrasi dan hak asasi manusia. Melalui berbagai aktivitasnya, Habibie terus memberikan kontribusi pemikiran dan visinya untuk kemajuan bangsa Indonesia.
Wafat
BJ Habibie, Bapak Teknologi Indonesia, meninggal dunia pada 11 September 2019 di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, pada usia 83 tahun. Habibie meninggal dunia akibat komplikasi kesehatan yang telah lama ia derita. Kabar wafatnya Habibie membawa duka mendalam bagi seluruh rakyat Indonesia, yang mengenangnya sebagai tokoh besar yang telah memberikan kontribusi luar biasa dalam bidang teknologi dan demokrasi.
Sebelum wafatnya, BJ Habibie beberapa kali menjalani perawatan intensif di rumah sakit akibat berbagai masalah kesehatan, termasuk gangguan pada jantung dan organ tubuh lainnya. Kondisi kesehatannya semakin menurun sejak wafatnya sang istri, Hasri Ainun Besari, pada tahun 2010. Rasa kehilangan yang mendalam terhadap istrinya yang sangat dicintai turut mempengaruhi kesehatannya.
Prosesi pemakaman BJ Habibie dilaksanakan dengan penuh kehormatan dan dihadiri oleh berbagai tokoh penting, termasuk Presiden Joko Widodo dan para mantan presiden Indonesia lainnya. Jenazah BJ Habibie dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, berdampingan dengan makam istrinya, Hasri Ainun Besari. Upacara pemakaman kenegaraan ini menunjukkan betapa besar penghormatan bangsa Indonesia kepada BJ Habibie atas jasa-jasanya.
Kehidupan dan karya BJ Habibie meninggalkan jejak yang mendalam di berbagai bidang. Sebagai Bapak Teknologi Indonesia, Habibie dikenal karena dedikasinya dalam memajukan teknologi penerbangan dan industri pesawat terbang di Indonesia. Penemuan dan teorinya, seperti teori perambatan retak (crack propagation theory), tetap menjadi rujukan penting dalam dunia teknik kedirgantaraan.
Selain kontribusi dalam teknologi, reformasi yang dilakukan Habibie selama masa kepresidenannya juga memberikan dampak besar pada perkembangan demokrasi di Indonesia. Kebebasan pers, reformasi politik, dan langkah-langkah strategis yang diambilnya saat memimpin negara tetap dikenang sebagai fondasi penting bagi perjalanan demokrasi Indonesia.
Untuk menghormati dan mengenang jasa-jasanya, berbagai institusi dan lembaga pendidikan telah didirikan dengan menggunakan namanya, seperti The Habibie Center. Lembaga ini berfokus pada penelitian dan advokasi di bidang demokrasi dan hak asasi manusia, melanjutkan visi dan misi yang dipegang teguh oleh BJ Habibie sepanjang hidupnya.
Wafatnya BJ Habibie juga membawa refleksi bagi generasi muda Indonesia tentang pentingnya dedikasi, kerja keras, dan visi dalam mencapai kemajuan. Kisah hidup Habibie, dari masa kecilnya di Parepare, pendidikannya di Jerman, hingga kontribusinya dalam bidang teknologi dan politik, menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk terus berinovasi dan berjuang demi kemajuan bangsa.
Bio Data BJ Habibie
Nama Lengkap | Prof. Dr.-Ing. Ir. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, FREng. |
Nama Kecil | Bacharuddin Jusuf Habibie |
Nama Lain | BJ Habibie |
Tempat, Lahir | Afdeeling Parepare, Celebes, Hindia Belanda, 25 Juni 1936 |
Tempat, Wafat | Jakarta, Indonesia, 11 September 2019 (umur 83) |
Makam | Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta |
Agama | Islam |
Bangsa | Indonesia |
Pekerjaan | Insinyur, Ilmuwan, Politikus |
Partai | Golkar |
Ayah | Alwi Abdul Jalil Habibie |
Ibu | R.A. Tuti Marini Puspowardojo |
Isteri (Pernikahan) | Hasri Ainun Besari |
Anak | Ilham Akbar Thariq Kemal |
Riwayat Pendidikan I Gusti Ngurah Rai
Pendidikan | Tempat |
---|---|
Sekolah Rakyat | Sekolah Rakyat Pare Pare |
Sekolah Menengah Pertama | Sekolah Menengah Pertama 5 Bandung |
Sekolah Menengah Atas | Sekolah Menengah Atas Kristen Dago, Bandung |
Teknik Mesin | Institut Teknologi Bandung (ITB) |
teknik penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat terbang (Dipl. Ing.) | Rwth Aachen University |
teknik penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat terbang (Dr. Ing.) | Rwth Aachen University |
Karir I Gusti Ngurah Rai
Organisasi/Lembaga | Jabatan (Tahun) |
---|---|
Lehrstuhl und Institut fur Leichtbau | Asisten Riset (1960 – 1965) |
Hamburger Flugzeugbau (HFB) GmbH, Hamburg, Jerman | Special Scientist (1965 – 1966) |
Bagian Penelitian dan Pengembangan Analisis Struktur, HFB GmbH, Hamburg, Jerman | Kepala (1966 – 1969) |
Divisi Metode dan Teknologi Pesawat Angkut Niaga dan Militer, MBB GmbH, Hamburg, Jerman | Kepala (1969 – 1973) |
Direktorat Penerapan Teknologi, MBB GmbH, Hamburg, Jerman | VP (1974 – 1978) |
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) | Kepala (1974 – 1998) |
PT Pertamina Ibnu Sutowo | Asisten Khusus Direktur Utama |
PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio (Persero) | Direktur Utama (1976 – 1998) |
Perum Dok dan Galangan Kapal | Direktur Utama (1978 – 1998) |
Badan Pengusahaan Batam (Otorita Batam) | Kepala (Maret 1978 – Maret 1998) |
Menteri Negara Riset dan Teknologi Indonesia | Menteri Negara Riset dan Teknologi Indonesia ke-4 (29 Maret 1978 – 11 Maret 1998) |
PT Pindad (Persero) | Direktur Utama (1983 – 1998) |
Dewan Riset Nasional | Ketua (1984 – 1998) |
Badan Pengelola Industri Strategis (BPIS) | Ketua (1989 – 1998) |
Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia | Ketua (1990 – 2000) |
Wakil Presiden Indonesia | Wakil Presiden Indonesia ke-7 (11 Maret 1998 – 21 Mei 1998) |
Presiden Indonesia ke-3 | Presiden Indonesia ke-3 (21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999) |
Karya BJ Habibie
Karya |
---|
Proceedings of the International Symposium on Aeronautical Science and Technology of Indonesia / B. J. Habibie; B. Laschka [Editors]. Indonesian Aeronautical and Astronautical Institute; Deutsche Gesellschaft für Luft- und Raumfahrt 1986 |
Eine Berechnungsmethode zum Voraussagen des Fortschritts von Rissen unter beliebigen Belastungen und Vergleiche mit entsprechenden Versuchsergebnissen, Presentasi pada Simposium DGLR di Baden-Baden,11-13 Oktober 1971 |
Beitrag zur Temperaturbeanspruchung der orthotropen Kragscheibe, Disertasi di RWTH Aachen, 1965 |
Sophisticated technologies : taking root in developing countries, International journal of technology management : IJTM. – Geneva-Aeroport : Inderscience Enterprises Ltd, 1990 |
Einführung in die finite Elementen Methode,Teil 1, Hamburger Flugzeugbau GmbH, 1968 |
Entwicklung eines Verfahrens zur Bestimmung des Rißfortschritts in Schalenstrukturen, Hamburger Flugzeugbau GmbH, Messerschmitt-Bölkow-Blohm GmbH, 1970 |
Entwicklung eines Berechnungsverfahrens zur Bestimmung der Rißfortschrittsgeschwindigkeit an Schalenstrukturen aus A1-Legierungen und Titanium, Hamburger Flugzeugbau GmbH, Messerschmitt-Bölkow-Blohm GmbH, 1969 |
Detik-detik Yang Menentukan – Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi, 2006 (memoir mengenai peristiwa tahun 1998) |
Habibie dan Ainun, The Habibie Center Mandiri, 2009 (memoir tentang Ainun Habibie) |
Penghargaan BJ Habibie
Penghargaan | Tahun |
---|---|
Anggota Kehormatan Persatuan Insinyur Malaysia (IEM), Malaysia | – |
Anggota Kehormatan Japanese Academy of Engineering, Jepang | – |
Anggota Kehormatan The Fellowship of engineering of United Kingdom, Britania Raya | – |
Anggota Kehormatan The National Academy of Engineering, AS | – |
Anggota Kehormatan Academie Nationale de l’Air et de l’Espace, Perancis | – |
Anggota Kehormatan The Royal Aeronautical Society, Britania Raya | – |
Anggota Kehormatan The Royal Swedish Academy of engineering Science, Swedia | – |
Anggota Kehormatan Gesselschaft Fuer Luft und Raumfarht (Lembaga Penerbangan & Ruang Angkasa), Jerman | – |
Anggota Kehormatan American Institute of Aeronautics and Astronautics, AS | – |
Anggota Kehormatan Masyarakat Aeronautika Kerajaan Inggris | 1983 |
Anggota Kehormatan Lembaga Penerbangan dan Antariksa, Jerman | 1983 |
Anggota Kehormatan Akademi Aeronautika Perancis | 1985 |
Pemberian Gelar Adat Pulanga (sebuah gelar adat tertinggi) dari Dewan Adat dan Pemangku Adat 5 Kerajaan di Gorontalo (Limo lo Pohala’a) | – |
Pembangunan Monumen B.J. Habibie di wilayah Isimu, Gorontalo | – |
Pembangunan dan Peresmian Rumah Sakit Provinsi dr. Ainun Habibie di Limboto | – |
Usulan penggunaan nama Universitas B.J. Habibie, menggantikan nama Universitas Negeri Gorontalo | – |
Usulan penggunaan nama Bandar Udara B.J. Habibie, menggantikan nama Bandar Udara Djalaluddin Gorontalo | – |
Usulan Pembangunan Museum Habibie yang berlokasi di Rumah Keluarga Besar Habibie, Gorontalo | – |
Penggunaan nama B.J. Habibie sebagai nama ruas jalan protokol di Gorontalo | – |
Monumen Cinta Sejati Habibie Ainun di Kota Parepare | Mei 2015 |
Rumah Sakit Regional dr. Hasri Ainun Habibie di Kota Parepare | 14 Maret 2020 |
Penggunaan nama B.J. Habibie sebagai nama ruas jalan protokol di Kota Parepare | – |
Institut Teknologi Bacharuddin Jusuf Habibie | 17 Oktober 2014 |
Stadion Gelora B. J. Habibie di Kota Parepare | – |
Museum BJ Habibie di Kota Parepare | 2020 |
Masjid Terapung B.J. Habibie di Kota Parepare | – |
Pintu Gerbang Kota Parepare bertuliskan nama Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie | – |
Penghargaan Bintang BJ Habibie
Penghargaan (tahun) | Gambar |
---|---|
Bintang Republik Indonesia Adipurna (27 Mei 1998) | |
Bintang Republik Indonesia Adipradana (12 Maret 1998) | |
Bintang Mahaputera Adipurna (12 Maret 1998) | |
Bintang Mahaputera Adipradana (17 Agustus 1982) | |
Bintang Jasa Utama (27 Mei 1998) | |
Bintang Dharma | |
Bintang Budaya Parama Dharma (27 Mei 1998) | |
Bintang Yudha Dharma Utama (27 Mei 1998) | |
Bintang Kartika Eka Paksi Utama (27 Mei 1998) | |
Bintang Jalasena Utama (27 Mei 1998) | |
Bintang Swa Bhuwana Paksa Utama (27 Mei 1998) | |
Bintang Bhayangkara Utama (27 Mei 1998) | |
Satyalancana Dwidya Sistha (9 Agustus 1982) | |
Grand Cross 1st Class of the Order of Merit of the Federal Republic of Germany | |
Grand Cross of the Order of Merit of the Federal Republic of Germany | |
Commander’s Cross (Großes Verdienstkreuz) of the Lower Saxony Order of Merit, Germany (1 Desember 1980) | |
Grand Cordon of the Order of Independence, Yordania(14 April 1986) | |
Knight Grand Cross of the Order of Orange-Nassau, Natherland (25 Mei 1983) | |
Gran Cruz Orden del Mérito Civil, Spain (30 Desember 1987) | |
Grand Cross (White Decoration) of the Cross of Aeronautical Merit, Spain (14 May 1980) | |
Grand Cross of Aeronautical Merit, Chile (3 Oktober 1985) | |
Grand Cross of the Order of Leopold II, Belgium (10 April 1991) | |
Grand Officier Ordre national de la Légion d’honneur, France (4 Juni 1997) | |
Grand Croix Ordre national du Mérite, France (September 1986) | |
Knight Grand Cross of the Order of Merit of the Italian Republic (16 June 1987) | |
Grand Cordon of the Order of Brilliant Star, Taiwan (10 June 1994) | |
Grand Cordon of the Order of the Paulownia Flowers, Japan (1998) | |
Grand Cross of the Order of Southern Cross (2010) | |
Grand Decoration of Honour in Gold of the Decoration of Honour for Services to the Republic of Austria (1996) |
Kami ingin membuat pengalaman membaca kamu sebaik mungkin! Jika kamu menemukan informasi yang kurang tepat atau hilang dalam konten kami, kami sangat menghargai kontribusi kamu untuk memperbaikinya.
Dengan kerjasama kamu, kami dapat memastikan bahwa setiap informasi yang kami bagikan akurat dan bermanfaat bagi semua pembaca kami. Jangan ragu untuk memberi tahu kami melalui kolom komentar di bawah setiap artikel atau melalui halaman Contact Us.
Setiap masukan dari kamu sangat berarti bagi kami, dan kami selalu siap untuk meningkatkan kualitas layanan kami berkat kontribusi kamu. Terima kasih atas dukungan dan kerjasama kamu!