Want to Partnership with me? Book A Call

Popular Posts

  • All Post
  • Biografi
  • Blog
  • Lembaga
  • Penghargaan
  • Peristiwa
  • Time Line
    •   Back
    • Pemimpin
    • Agama
    • Seniman
    • Pahlawan
    • Politik
    • Militer
    • Islam
    • Kristen
    • Katolik
    • Budha
    • Pencipta Lagu
    • Musisi
    • Penyanyi
    • Komedian
    • Aktor
    •   Back
    • Pencipta Lagu
    • Musisi
    • Penyanyi
    • Komedian
    • Aktor
    •   Back
    • Bintang
    • Satyalancana
    • Lencana Internasional
    •   Back
    • Islam
    • Kristen
    • Katolik
    • Budha
    •   Back
    • Perang
    • Pemberontakan
    • Konflik
    • Diplomasi
    •   Back
    • Kabinet
    •   Back
    • Pahlawan
    • Politik
    • Militer

Categories

Edit Template

Abdoel Moeis: Sastrawan dan Pahlawan Nasional Indonesia Pertama

Abdoel Moeis merupakan Pahlawan Nasional Indonesia yang pertama, dianugerahkan langsung oleh Presiden Soekarno pada tanggal 30 Agustus 1959. Abdoel Moeis merupakan seorang sastrawan, wartawan dan politikus. Salah satu tulisan terkenalnya ialah Novel Salah Asuhan yang terbit pada tahun 1928.

Masa Muda

Andul Moeis lahir di Sungai Puar, Agam, Sumatera Barat pada tanggal 3 Juli 1886. Ayahnya bernama H. Abdul Gani gelar Datuk Sulaiman yang bekerja sebagai Larak (Camat) Sungai Puar dan memiliki perusahaan pembuatan korek api. 

Sedangkan ibunya bernama Siti Djariah, berasal dari Kota Gadang, Sumatera Barat. Ibunya merupakan keturunan Syekh Ahmad Khatib yang merupakan imam di Makkah, dan juga masih ada hubungan keluarga dengan H. Agus Salim.

Pendidikan

Dilahirkan di keluarga yang terpandang membuat Abdoel Moeis mendapatkan fasilitas pendidikan yang bagus. Pada tahun 1893 diusianya yang ke-7 tahun, Abdoel Moeis disekolahkan di Europeesche Lagere School (ELS) Bukittinggi dan berhasil menyelesaikannya pada tahun 1899.

Abdoel Moeis bercita-cita menjadi seorang dokter, ia melanjutkan pendidikanya di School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) Batavia. Pada awal tahun pendidikannya di STOVIA, Abdoel Moeis berhasil melewatinya dengan baik dan terus meningkat sampai pada tahun ketiga, ia diharuskan untuk mengikuti praktik bedah. Abdoel Moeis merasa tidak nyaman dan selalu merasa pusing ketika praktik bedah, setelah mengikuti praktik bedah beberapa kali, Abdoel Moeis menyadari bahwa dirinya tidak kuat melihat darah. 

Abdoel Moeis pun menceritakan pengalaman praktik bedahnya kepada kedua orang tuanya, dan diputuskanlah bahwa ia harus merelakan cita-citanya sebagai dokter dan harus keluar dari STOVIA pada 1903.

Karir

Setelah keluar dari STOVIA, Abdoel Moeis bekerja di Departemen Onderwijs en Eredienst sebagai Klerk (Juru Tulis) atas saran dari orang tuanya dan bantuan dari Mr. Abendanon. Abdoel Moeis bekerja sebagai klerk dengan tekun, ia menunjukkan bahwa orang bumiputera juga mampu bekerja dengan baik. Pegawai-pegawai lain tidak suka melihat Abdoel Moeis, hal ini terbukti setelah Mr. Abendanon pindah tugas dan posisinya digantikan oleh sekretarisnya yang bernama Wiemans, jabatan Abdoel Moeis diturunkan menjadi schrijver dengan alasan jabatan itu yang sesuai denan gaji Abdoel Moeis.

Merasa terhina dan merasa tidak menyukai lingkungan kerjanya yang memandangnya rendah, Abdoel Moeis keluar dari departemen itu.

Abdoel Moeis kemudian bekerja di Bank Rakjat (Volks Credietwezen) Bandung, namun tidak lama, ia melihat para lurah dan pamong praja banyak melakukan kecurangan. 

Setelah keluar dari Bank Rakjat, Abdoel Moeis mulai menekuni jurnalistik, ia bekerja di majalah harian Bintang Hindia sebagai penerjemah. 

Pada tahun 1912, Abdoel Moeis bekerja seabagai korektor di  surat kabar berbahasa Belanda Preanger Bode Bandung. Abdoel Moeis bertugas utuk megoreksi naskah tulisan sebelum diterbitkan, karena itu ia banyak membaca tulisan orang-orang Belanda yang banyak menghina Bangsa Indonesia dalam tulisan-tulisa mereka.

Abdoel Moeis marah membaca tulisan-tulisan itu dan menyampaikan ke atasannya untuk tidak menerbitkan tulisan itu. Tentu permintaannya untuk tidak menerbitkan tulisan itu tidak dipenuhi karena pemilik surat kabar itu merupakan orang Belanda.

Abdoel Moeis tidak menyerah, ia mulai menulis tulisan-tulisannya sendiri yang berisikan balasan atas hinaan yang dilakukan oleh orang Belanda atas Bangsa Indonesia. Abdoel Moeis mengirim tulisannya ke Surat Kabar De Express, surat kabar yang di pimpin oleh tiga serangkai (Ernest Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo, dan Ki Hajar Dewantara). Abdoel Moeis kemudian keluar dari Preanger Bode.|

Pada tahun 1913, Abdoel Moeis besama dengan tiga serangkai menerbitkan majalah mingguan Hindia Serikat, Abdoel Moeis diberikan tugas sebagai editor.

Pada tahun 1913, ada wacana akan diadakan 100 tahun bebasnya Belanda dari Prancis. Tokoh-tokoh nasionalis melakukan aksi protes dengan membentuk Komite Bumiputera di Bandung. Tjipto Mangoenkoesoemo menjadi ketua komite itu, Abdoel Moeis sebagai anggotanya. Komite itu dibuat untuk memberikan kritik-kritik kepada Pemerintah Belanda. Suwardi Suryaningrat menyampaikan kritikan itu dalam tulisan nya yang berjudul Als Ik Nederlander Was (Seandainya aku seorang Belanda). 

Tulisan itu membuat pemerintah Belanda tersinggung, sehingga brosur karangan itu disita dan dilarang peredarannya, rumah tokoh-tokoh besar Komite Bumiputera digeledah dan berakhir pengasingan tiga serangkai ke Belanda.

Pada tahun 1914, Abdoel Moeis keluar dari Preanger Bode. Ia tidak kesulitan mencari kerja setelah itu, karena ia langsung mendapat tawaran untuk menjadi pimpinan redaksi Kaum Muda. 

Di surat kabar Kaum Muda ini, Abdoel Moeis bebas menuliskan pendapat dan keinginannya. Tulisan-tulisannya kemudian diterbitkan pada surat kabar ini, ia banyak menuliskan kritik-kritiknya pada panjajahan Belanda.

Di surat kabar ini juga, Abdoel Moeis bertemu dengan tokoh-tokoh penting, yang akhirnya membuatnya terjun pada dunia politik.

H.O.S Tjokroaminoto mengajak Abdoel Moeis untuk bergabung dengan Sarekat Islam karena Moeis dianggap memiliki pendidikan serta pengalaman yang diharapkan dapat mengembangkan Sarekat Islam, Moeis pun menerima tawaran Tjokroaminoto.

Pada tahun 1915, Abdoel Moeis secara resmi menjadi anggota Sarekat Islam, pada awal bergabung dengan Sarekat Islam, Abdoel Moeis menjadi wakil ketua sementara Sarikat Islam cabagn bandung.

Sarekat Islam

Karena kecerdasan dan mahirnya dalam berorasi dan pidato, Abdoel Moeis kemudian diangkat menjadi anggota pengurus Sarekat Islam, kemudian tidak lama dari itu, ia diangkat menjadi wakil Presiden Central Sarekat Islam pada priode 1915-1922.

Pada kongres Sarekat Islam yang pertama di Surabaya tahun 1916, Abdoel Moeis mengusulkan untuk didirikan sekolah teknik. Menurutnya, sekolah teknik itu dibutuhkan untuk mendidik calon pemimpin bangsa dimasa depan.

Pada kongres Sarekat Islam yang kedua di Jakarta pada tahun 1917, Abdoel Moeis mengusulkan agar Sarekat Islam bergabung denga Volksraad. Moeis beralasan dengan bergabung dengan Volksraad, peluang untuk mengemukakan pandangan partai dan juga membela hak-hak rakyat semakin besar. 

Pada tahun 1918, Tjokroaminoto diangkat langsung oleh Pemerintah Belanda sebagai anggota Volksraad. Abdoel Moeis kemudian juga menjadi anggota Volksraad melalui pemilihan.

Pada tahun 1919, Sarekat Islam mencapai puncak kejayaannya, anggota SI mencapai dua juta orang. Abdoel Moeos dan Tjokroaminoto di Volksraad memperjuangkan rakyat dan menkritik kebijakan pemerintah Belanda.

Pengasingan

Pada tahun 1923, Abdoel Moeis mulai sibuk dengan urusan lain seperti ia menjadi ketua Persatuan Pegawai Pegadaian Bumiputera (PPPB), saat itu kaum buruh menderita karena gaji mereka yang sangat kecil. Abdoel Moeis kemudian memimpin gerakan untuk mogok kerja, akibat dari itu, sebanyak 3000 pekerja dipecat dan Abdoel Moeis ditahan.

Pada tahun 1926, Abdoel Moeis dijatuhi hukuman oleh Pemerintah Belanda, Moeis dilarang melakukan kegiatan politik dan diasingkan, Abdoel Moeis diberikan kebebasan untuk dapat memilih kemana ia diasingkan, iapun memilih untuk diasingkan ke Garut. 

Selama pengasingan Abdoel Moeis tinggal bersama Sunarsih yang ia nikahi pada tahun 1925. Abdoel Moeis hidup sederhana, ia menghabiskan hidupnya dengan bertani dan mengajarkan penduduk untuk bercocok tanam dengan metode yang lebih modern.

Pada tahun 1937, Abdoel Moeis menerima tawaran untuk menjadi kontrolir, karena menurutnya ia bisa membantu bangsanya dengan menjadi kontrolir, akan tetapi ketika ia menjadi kontrolir, ia dimusuhi oleh kedua belah pihak. Pihak pribumi menganggapnya telah berkhianat sedangkan pihak Belanda ia dibenci karena menindak tegas orang Belanda yang tidak taat peraturan.

Pensiun

Pada tahun 1939, Pemerintah Belanda mencabut hukuman pengasingan Abdoel Moeis. Ia akhirnya dapat terlepas dari tekanan-tekanan pada saat masa pengasingannya.

Pada saat pengasingannya, ia merasa sepi sehingga membuatnya banyak mengingat kisah masa lalunya ketika di Bukittinggi, lalu kektika bersekolah dan kisah percintaannya dengan seorang gadis Belanda ketika ia bersekolah di STOVIA, namun harus kandas karena perbedaan adat dan kebiasaan mereka. 

Dari kisah percintaannya itu, Abdoel Moeis menulis Novelnya yang paling terkenal yang berjudul Salah Asuhan. Keberhasilannya dalam menulis novel Salah Asuhan membuatnya dikenal sebagai salah satu sastrawan terkemuka di Indonesia.

Dimasa tuanya, Abdoel Moeis dihadapkan dengan kenyataan yang tidak mudah. Ia mencoba peruntungan di Jakarta, akan tetapi karena usianya yang suda tua, tidak banyak yang dapat ia lakukan. Ketika ia ditawarkan untuk bekerja di pemerintahan harus ditolaknya karena kondisinya tidak memungkinakan.

Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, Abdoel Moeis aktif menulis dan menerjemahkan karya-karya luar.

Wafat

Pada tanggal 17 Juni 1959, Abdoel Moeis menghembuskan nafas terakhirnya tepat pada usianya yang ke-76 tahun. Ia meninggal dunia karena penyakit darah tinggi yang dideritanya.

Pada tanggal 30 Agustus 1959, Pemerintah Republik Indonesia menganugerahinya gelar Pahlawan Nasional Indonesia yang pertama kepadanya berdasarkan Surat Keputusan Presiden No. 218/Tahun 1959.

Pada tahun 1968, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Manshuri SH memberikan anugerah seni kepada Abdoel Moeis sebagai sastrawan Indonesia utama atas karyanya Salah Asuhan.

Sumber:

  • Abdoel Moeis” esi.kemdikbud.go.id (diakses 16 Februari 2025)
  • Sa’roni, Moh. (1995), “Abdul Muis: Studi Tentang Peranan dalam Perkembangan Sarikat Islam Tahun 1912-1922”, Skripsi, Surabaya: IAIN Sunan Ampel.
  • Abdoel Moeis (1886 – 1959)” ensiklopedia.kemdikbud.go.id (diakses pada 16 Februari 2025)
  • Abdoel Moeis” merdeka.com (diakses 16 Februari 2025)
  • Biografi Abdoel Moeis” hobbymiliter.com (diakses 16 Februari 2025)

Kami ingin membuat pengalaman membaca kamu sebaik mungkin! Jika kamu menemukan informasi yang kurang tepat atau hilang dalam konten kami, kami sangat menghargai kontribusi kamu untuk memperbaikinya. 

Dengan kerjasama kamu, kami dapat memastikan bahwa setiap informasi yang kami bagikan akurat dan bermanfaat bagi semua pembaca kami. Jangan ragu untuk memberi tahu kami melalui kolom komentar di bawah setiap artikel atau melalui halaman Contact Us

Setiap masukan dari kamu sangat berarti bagi kami, dan kami selalu siap untuk meningkatkan kualitas layanan kami berkat kontribusi kamu. Terima kasih atas dukungan dan kerjasama kamu!

Share Article:

arsipmanusia.com

Writer & Blogger

Considered an invitation do introduced sufficient understood instrument it. Of decisively friendship in as collecting at. No affixed be husband ye females brother garrets proceed. Least child who seven happy yet balls young. Discovery sweetness principle discourse shameless bed one excellent. Sentiments of surrounded friendship dispatched connection is he. Me or produce besides hastily up as pleased. 

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baru Terbit

  • All Post
  • Biografi
  • Blog
  • Lembaga
  • Penghargaan
  • Peristiwa
  • Time Line
    •   Back
    • Pemimpin
    • Agama
    • Seniman
    • Pahlawan
    • Politik
    • Militer
    • Islam
    • Kristen
    • Katolik
    • Budha
    • Pencipta Lagu
    • Musisi
    • Penyanyi
    • Komedian
    • Aktor
    •   Back
    • Pencipta Lagu
    • Musisi
    • Penyanyi
    • Komedian
    • Aktor
    •   Back
    • Bintang
    • Satyalancana
    • Lencana Internasional
    •   Back
    • Islam
    • Kristen
    • Katolik
    • Budha
    •   Back
    • Perang
    • Pemberontakan
    • Konflik
    • Diplomasi
    •   Back
    • Kabinet
    •   Back
    • Pahlawan
    • Politik
    • Militer

Jenderal AH Nasution

Jenderal Abdul Haris Nasution, lahir pada 3 Desember 1918, adalah sosok kunci dalam sejarah Indonesia yang memberikan kontribusi besar dalam perjuangan kemerdekaan dan pembangunan negara.

Join the family!

Sign up for a Newsletter.

You have been successfully Subscribed! Ops! Something went wrong, please try again.
Edit Template
Tombol Provinsi Indonesia
Scroll to Top