Pangeran Mohammad Noor, yang bernama lengkap Ir. Pangeran Mohammad Noor, adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah Indonesia, khususnya di Kalimantan Selatan. Ia lahir di Martapura pada 24 Juni 1901, dari keluarga bangsawan Kesultanan Banjar yang memiliki pengaruh besar di daerah tersebut.
Sebagai tokoh yang ikut serta dalam perjuangan kemerdekaan, Mohammad Noor terlibat dalam berbagai organisasi dan gerakan nasionalis sejak masa mudanya, termasuk menjadi anggota Jong Islamieten Bond selama masa studinya di Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang Institut Teknologi Bandung).
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Mohammad Noor diangkat oleh Presiden Soekarno sebagai Gubernur Kalimantan, sebuah jabatan strategis di mana ia memimpin upaya-upaya mempertahankan kemerdekaan serta integrasi wilayah Kalimantan ke dalam Republik Indonesia.
Selain berperan dalam bidang politik dan perjuangan, ia juga dikenal dalam pembangunan infrastruktur di Kalimantan Selatan, termasuk proyek irigasi dan pembangkit listrik yang berdampak besar pada perkembangan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat setempat.
Table of Contents
ToggleLatar Belakang Keluarga
Pangeran Mohammad Noor lahir di Martapura, Kalimantan Selatan, pada 24 Juni 1901. Ia berasal dari keluarga bangsawan Kesultanan Banjar yang memiliki pengaruh besar di wilayah tersebut.
Ayahnya, Pangeran Ali, merupakan kepala distrik yang bertugas berpindah-pindah, sementara ibunya, Ratu Intan binti Pangeran Kesuma Giri, juga berasal dari kalangan ningrat. Sebagai keturunan langsung dari Sultan Adam Al Watsiq Billah, Mohammad Noor dianugerahi gelar pangeran sejak usia muda.
Kehidupan keluarga bangsawan yang sarat dengan norma-norma kesultanan memberikan pengaruh besar terhadap pembentukan karakter Mohammad Noor, termasuk kedisiplinan dan tanggung jawab yang ditanamkan oleh keluarganya.
Pendidikan dasar Mohammad Noor dimulai di Sekolah Rakyat, di mana ia menunjukkan kecerdasan dan semangat belajar yang tinggi. Lingkungan keluarganya yang religius serta komitmen ayahnya dalam tugas-tugas pemerintahan memperkuat tekadnya untuk memberikan kontribusi lebih besar bagi masyarakat dan tanah airnya.
Pendidikan dan Karier
Pangeran Mohammad Noor memulai pendidikannya di Sekolah Rakyat di Kotabaru dan Amuntai pada tahun 1911, sebelum melanjutkan ke Hollandsch-Inlandsche School (HIS) di Banjarmasin pada tahun 1917. Mohammad Noor melanjutkan pendidikannya di Hogere Burgerschool (HBS) di Surabaya, yang ia selesaikan pada tahun 1923.
Keinginan Mohammad Noor untuk memajukan diri dan tanah airnya membuatnya melanjutkan studi ke Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang Institut Teknologi Bandung/ITB), di mana ia berhasil lulus sebagai insinyur pada tahun 1927. Ia merupakan lulusan pertama dari Kalimantan yang meraih gelar sarjana teknik.
Selama masa kuliah, Mohammad Noor tidak hanya fokus pada akademik, tetapi juga aktif dalam kegiatan organisasi pemuda, termasuk Jong Islamieten Bond (JIB), di mana ia terlibat dalam berbagai diskusi mengenai pergerakan kemerdekaan.
Setelah menyelesaikan pendidikannya, Mohammad Noor memulai kariernya sebagai insinyur sipil di Departemen Verkeer en Waterstaat (Perhubungan dan Pengairan) pada tahun 1927. Ia ditugaskan di berbagai wilayah di Indonesia, mulai dari Tegal, Jawa Tengah, hingga Batavia (Jakarta), di mana ia terlibat dalam berbagai proyek irigasi dan pengembangan infrastruktur.
Dari pengalaman Mohammad Noor bekerja dalam mengelola proyek proyek besar dalam pengembangan wilayah, menjadi dasar
Pengalaman Mohammad Noor dalam mengelola proyek-proyek besar, serta dedikasinya terhadap pengembangan wilayah, menjadi dasar yang kuat untuk kontribusi lebih lanjutnya dalam pembangunan nasional, khususnya di Kalimantan Selatan.
Perjuangan Kemerdekaan
Pangeran Mohammad Noor memainkan peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Keterlibatannya dimulai sejak masa mudanya, ketika ia menjadi anggota Jong Islamieten Bond (JIB) selama menempuh pendidikan di Technische Hoogeschool te Bandoeng.
Melalui organisasi ini, Mohammad Noor berinteraksi dengan tokoh-tokoh pergerakan nasional lainnya dan terlibat dalam diskusi serta aksi yang bertujuan untuk memerdekakan Indonesia dari penjajahan. Semangat perjuangannya semakin menguat ketika pada 19 Agustus 1945, hanya beberapa hari setelah Proklamasi Kemerdekaan, Mohammad Noor diangkat oleh Presiden Soekarno sebagai Gubernur Kalimantan.
Penunjukan ini menunjukkan kepercayaan yang besar dari pemerintah pusat terhadap Mohammad Noor, terutama mengingat perannya sebagai putra daerah yang memiliki pengetahuan mendalam tentang situasi di Kalimantan.
Sebagai Gubernur Kalimantan, Mohammad Noor tidak hanya menjalankan tugas administratif, tetapi juga memimpin perjuangan untuk mempertahankan wilayah Kalimantan sebagai bagian integral dari Republik Indonesia. Mohammad Noor membentuk pasukan MN 1001, yang terdiri dari para pemuda Kalimantan.
Pasukan ini dikerahkan untuk melawan upaya penjajahan kembali oleh Belanda serta mempertahankan kemerdekaan di wilayah tersebut. Strategi Mohammad Noor dalam memimpin pasukan dan mengoordinasikan operasi-operasi militer dari Yogyakarta menjadi bagian penting dalam menjaga integritas Kalimantan selama masa revolusi fisik.
Karier Politik dan Pembangunan
Setelah proklamasi kemerdekaan, Pangeran Mohammad Noor diangkat sebagai Gubernur Kalimantan pada 19 Agustus 1945 oleh Presiden Soekarno. Sebagai Gubernur, ia memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan bahwa Kalimantan tetap menjadi bagian dari Republik Indonesia yang baru merdeka.
Dalam kapasitasnya sebagai pemimpin daerah, Mohammad Noor bekerja sama dengan tokoh-tokoh setempat untuk memperkuat persatuan dan merencanakan strategi pertahanan menghadapi ancaman kembalinya Belanda.
Setelah masa perjuangan, karir Mohammad Noor semakin berkembang di tingkat nasional, ia diangkat sebagai Menteri Pekerjaan Umum dalam Kabinet Ali Sastroamidjojo II pada 1956. Dalam posisi ini, ia memimpin berbagai proyek pembangunan infrastruktur yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, terutama di bidang energi dan irigasi.
Salah satu proyek paling terkenal yang diprakarsai oleh Mohammad Noor adalah Proyek Sungai Barito, yang mencakup pembangunan Waduk Riam Kanan dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Riam Kanan di Kalimantan Selatan.
Proyek ini tidak hanya memberikan kontribusi besar terhadap penyediaan energi listrik, tetapi juga meningkatkan ketahanan pangan melalui pengelolaan lahan pertanian pasang surut. Selain itu, Mohammad Noor juga memimpin proyek-proyek lain yang bertujuan untuk mengembangkan wilayah Kalimantan, termasuk pembukaan jalur transportasi Banjarmasin-Sampit dan pengembangan sistem irigasi yang mendukung sektor pertanian.
Pembangunan Kalimantan
Pangeran Mohammad Noor memberikan kontribusi besar dalam pembangunan Kalimantan, terutama melalui inisiatifnya di bidang irigasi dan pembukaan lahan pertanian. Salah satu kontribusi terbesarnya adalah proyek irigasi Sungai Barito, yang bertujuan untuk mengatasi masalah pasang surut dan membuka lahan sawah baru di wilayah Kalimantan Selatan.
Melalui proyek ini, ia berhasil menciptakan sistem irigasi yang mendukung ketahanan pangan serta meningkatkan produksi pertanian di daerah tersebut. Mohammad Noor juga membangun Waduk Riam Kanan dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Riam Kanan, yang tidak hanya menyediakan pasokan listrik bagi masyarakat Kalimantan, tetapi juga mendukung pertumbuhan ekonomi lokal melalui pembukaan lahan produktif dan proyek pengelolaan air.
Inisiatif-inisiatif pembangunan ini menunjukkan komitmennya untuk memajukan Kalimantan melalui pendekatan berkelanjutan yang mengintegrasikan infrastruktur dan kesejahteraan masyarakat.
Akhir Hayat
Pangeran Mohammad Noor menghabiskan masa akhir hidupnya dengan tetap memikirkan kemajuan pembangunan di Kalimantan, meskipun kesehatannya mulai menurun. Pada 15 Januari 1979, di usia 77 tahun, ia mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Pelni, Jakarta.
Mohammad Noor dimakamkan dengan upacara kenegaraan yang khidmat, dan jenazahnya disemayamkan di Tempat Pemakaman Umum Karet Bivak, berdampingan dengan istrinya, Gusti Aminah. Pada tahun 2010, jenazahnya dipindahkan ke kampung halamannya di Martapura dan dimakamkan di kompleks pemakaman Sultan Adam.
Sebagai bentuk pengakuan atas jasa-jasanya yang luar biasa dalam perjuangan kemerdekaan dan pembangunan Indonesia, khususnya di Kalimantan, Pangeran Mohammad Noor dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 10 November 2018.
Gelar ini diberikan oleh Presiden Joko Widodo dalam upacara peringatan Hari Pahlawan, menegaskan bahwa kontribusi Mohammad Noor telah memberikan dampak besar bagi kemajuan bangsa.
Nama Pangeran Mohammad Noor juga diabadikan dalam berbagai infrastruktur di Kalimantan, seperti PLTA Riam Kanan, yang menjadi salah satu proyek andalannya. Selain itu, jalan-jalan di beberapa kota besar di Kalimantan Selatan juga diberi nama untuk mengenang jasa dan dedikasinya.
Bio Data Mohammad Noor
Nama Lengkap | Ir. H. Pangeran Mohammad Noor |
Nama Kecil | Mohammad Noor |
Nama Lain | – |
Tempat, Lahir | Martapura, Hindia Belanda, 24 Juni 1901 |
Tempat, Wafat | Jakarta, Indonesia, 15 Januari 1979 (umur 77) |
Makam | Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta ( 15 Januari 1979 – 18 Juni 2010) Komplek Pemakaman Sultan Adam Martapura (dari 18 Juni 2010) |
Agama | Islam |
Bangsa | Indonesia |
Pekerjaan | Politikus |
Partai Politik | Masyumi |
Ayah | Pangeran Muhammad Ali |
Ibu | Ratu Intan binti Pangeran Kesuma Giri |
Isteri/Pasangan | Gusti Aminah binti Gusti Mohammad Abi |
Anak | Gusti Mansyuri Noor, Gusti Rizali Noor, Gusti Mazini Noor, Gusti Rusli Noor, Gusti (lahir dan meninggal di Jakarta), Gusti Darmawan Noor, Gusti Didi Noor, Gusti Hidayat Noor, Gusti Arifin Noor, Gusti Suriansyah Noor, dan Gusti Adi Darmansyah |
Riwayat Pendidikan Mohammad Noor
Jenjang Pendidikan | Nama Sekolah | Tahun |
---|---|---|
Sekolah Rakyat | Sekolah Rakyat di Kotabaru dan Amuntai | 1911 |
Hollandsch-Inlandsche School (HIS) | Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Banjarmasin | 1917 |
Hogere Burgerschool (HBS) | Hogere Burgerschool (HBS) Surabaya | 1923 |
Insinyur | Technische Hoogeschool (THS) | 1927 |
Karir Mohammad Noor
Instansi/Tempat | Jabatan | Masa Jabatan |
---|---|---|
Jong Islamieten Bon (JIB) | Anggota | 1925 |
Departement Verkeer & Waterstaat (Perhubungan dan Pengairan) Tegal, Jawa Tengah | Insinyur Sipil | 1 Juli 1927 |
Irrigatie Afd Brantas Malang Jawa Timur | Insinyur Sipil | 1927-1929 |
Depatement Burgerlijke Openbare Warken (BOW) Departemen Pekerjaan Umum | Insinyur Sipil | 1931-1933 |
Volksraad | Anggota | 1935-1939 |
Dewan Pertimbangan Agung Anggota 19 Agustus 1945 | Anggota | 19 Agustus 1945 |
Gubernur Kalimantan | Gubernur | 19 Agustus 1945-14 Agustus 1950 |
Dewan Perwakilan Rakyat Sementara | Anggota | 16 Agustus 1950-24 Maret 1956 |
Kabinet Ali Sastroamidjojo II | Menteri Pekerjaan Umum | 24 Maret 1956-14 Maret 1957 |
Kabinet Karya | Menteri Pekerjaan Umum | 9 April 1957-5 Juli 1959 |
Penghargaan Mohammad Noor
Penghargaan | Tahun | Keterangan |
---|---|---|
Pahlawan Nasional | 10 November 2018 | Keppres No 123/TK/Tahun 2018 |
Kami ingin membuat pengalaman membaca kamu sebaik mungkin! Jika kamu menemukan informasi yang kurang tepat atau hilang dalam konten kami, kami sangat menghargai kontribusi kamu untuk memperbaikinya.
Dengan kerjasama kamu, kami dapat memastikan bahwa setiap informasi yang kami bagikan akurat dan bermanfaat bagi semua pembaca kami. Jangan ragu untuk memberi tahu kami melalui kolom komentar di bawah setiap artikel atau melalui halaman Contact Us.
Setiap masukan dari kamu sangat berarti bagi kami, dan kami selalu siap untuk meningkatkan kualitas layanan kami berkat kontribusi kamu. Terima kasih atas dukungan dan kerjasama kamu!