Soerjadi Soerjadarma merupakan orang yang sangat berpengaruh di Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI), karena jasa-jasanya itu, Soerjadi Soerjadarma ditetapkan sebagai “Bapak AURI” berdasarkan surat keputusan KASAU nomor SKEP/68/VI/2000 tanggal 20 Juni 2000.
Table of Contents
ToggleMasa Kecil dan Pendidikan
Soerjadi Soerjadarma dilahirkan pada tanggal 6 Desember 1912 di Kota Banyuwangi. Ayahnya bernama R Soerjaka Soerjadarma, bekerja sebagai pegawai bank di Banyuwangi.
Soerjadi Soerjadarma masih memiliki garis keturunan Keraton Kanoman, Buyutnya merupakan Pangeran Jakaria atau Aryabrata.
Soerjadi Soerjadarma memulai pendidikan formalnya pada usianya yang ke enam tahun, tepatnya pada tahun 1918. Ia masuk ke Europeesche Lagere School (ELS) sekolah khusus orang-orang Eropa, Cina, Keturunan Bangsawan dan anak pejabat. Ia berhasil menyelesaikannya pada tahun 1926.
Setelah menyelesaikan studinya di ELS, Soerjadi Soerjadarma melanjutkan pendidikannya ke Hogere Burgere School (HBS) Bandung, namun tidak sampai selesai dikarenakan ia harus pindah ke Jakarta. Di Jakarta, Soerjadarma bersekolah di Koning Willem School (KWS-III) Jakarta, dan berhasil diselesaikannya pada tahun 1931.
Pendidikan Militer
Soerjadi Soerjadarma bercita-cita sebagai penerbang sejak masa kecilnya, jalannya untuk mewujudkan cita-citanya itu tidak mudah. Ia harus menjadi perwira terlebih dahulu, pada waktu itu, untuk menjadi perwira, ia harus mengikuti pendidikan di Koninklijke Militaire Academic (KMA) Breda, Belanda.
Pada tahun 1931, Soerjadi Soerjadarma mendaftarkan dirinya untuk masuk ke KMA dan berhasil diterima menjadi taruna. Selama mengikuti pendidikan di KMA, ia mendapatkan pendidikan militer dan kepemimpinan. Soerjadi Soerjadarma berhasil menyelesaikan pendidikannya di KMA pada tahun 1934.
Soerjadi Soerjadarma ditempatkan di Satuan Angkatan Darat Belanda di Nijmigen setelah tamat dari KMA. Namun, satu bulan di Satuan Angkatan Darat Belanda, Soerjadarma dipindahkan ke Batalyon I Infanteri di Magelang sampai November 1936.
Soerjadi Soerjadarma yang sangat ingin menjadi penerbang, dengan statusnya sebagai perwira berpangkat Letnan Dua, ia mendaftarkan diri sebagai calon kadet penerbang, namun ia ditolak sebanyak dua kali ketika mengikuti tes masuk, dengan alasan sakit malaria.
Dengan kegigihannya, akhirnya pada seleksi yang ketiga kalinya, ia berhasil diterima menjadi Siswa Penerbang di Sekolah Penerbang Kalijati.
Pada Juli 1938, Soerjadi berhasil menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Penerbang Kalijati, namun, ia tidak pernah mendapatkan Brevet penerbang. Hal ini dikarenakan adanya diskriminasi yang dilakukan oleh orang Belanda, mereka tidak mengijinkan pribumi menjadi penerbang karena Militaire Luchtvaart Ent merupakan tentara elit milik Belanda saat itu.
Captain AL Cox teman sekamarnya saat menempuh pendidikan militer di KMA yang telah menjadi instruktur penerbang di Kalijati bahkan telah mengajukan Soerjadi Soerjadarma menjadi checkride sebanyak tiga kali tapi tetap saja ditolak dan hanya mendapat kesempatan untuk mengikuti pendidikan sebagai navigator.
Pada Juli 1938, Soerjadarma mengikuti pendidikan di Waarnemer School (Sekolah Pengintai). Pada Juli 1939, Soerjadi ditugaskan sebagai navigator di Vliegtuiggroep (Kesatuan Pembom) Glan Martin di Bandung. Lalu di bulan Januari 1941, Soerjadarma dipindahkan ke Sekolah Penerbang dan Pengintai (Vliegen Waarnemer School) Kalijati sebagai Instruktur.
Pada Desember 1941 sampai 8 Maret 1942, Soerjadarma ditempatkan di Kesatuan Pembom 7 e Vliegtuig Afdeling, Reserve Afdeling Bommenweners.
Penjajahan Jepang
Pada saat kedatangan tentara Jepang, Perwira KNIL diberikan kesempatan untuk melarikan diri ke Australia, akan tetapi Soerjadarma memilih untuk tetap berada di Indonesia.
Mendapat ajakan dari Komisaris Polisi Yusuf untuk menjadi Polisi Jepang, Soerjadi Soerjadarma menerima ajakan itu. Karena memiliki pengalaman militer, ia bekerja menjadi polisi yang disiplin dan rajin bekerja.
Awalnya ia ditempatkan sebagai Kepala Seksi III/2 lalu menjadi Kepala Administrasi Kantor Polisi Pusat di Bandung. Ia menjabat di Kepolisian Jepang sampai saat Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945.
Kemerdekaan
Pada masa kemerdekaan, Soerjadi Soerjadarma bergabung dengan para pejuang kemerdekaan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 22 Agustus 1945, PPKI mengadakan sidang dan salah satu keputusan dari sidang itu adalah dibentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR).
Daerah-daerah yang memiliki pangkalan udara bekas Jepang dan Belanda membentuk BKR Udara. Mereka merebut pangkalan udara yang masih dikuasai oleh Jepang.
Tentara Keamanan Rakyat (TKR)
Pada 5 Oktober 1945, Pemerintah mengeluarkan perintah untuk pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR), dan membentuk Markas Tertinggi TKR di Yogyakarta.
Kepala Staf Umum TKR Mayjen Oerip Soemohardjo memutuskan untuk memperkuat kekuatan udara Indonesia. Mayjen Oerip memanggil Soerjadi Soerjadarma ke Markas Tertinggi TKR Yogyakarta.
Pada September 1945, Soerjadi Soerjadarma memenuhi panggilan Mayjen Oerip, ia mengusulkan untuk membentuk Angkatan Udara yang mandiri seperti Royal Air Force Inggris.
Soerjadi Soerjadarma membangun Angkatan Udara pada situasi yang sangat sulit, dimana saat itu peralatan dan pesawat terbang sangat terbatas, sumber daya manusia yang mumpuni juga sangat terbatas serta sumber dana atau anggaran belum jelas.
Pada 12 November 1945, diadakan Konferensi TKR Djawatan Penerbangan di Yogyakarta. Dari konferensi itu dihasilkan keputusan sebagai berikut:
- Bagian Penerbangan resmi dibentuk dalam MT TKR
- Semua kekuatan penerbangan Indonesia seperti prajurit, pegawai pangkalan serta peralatannya berada di bawah Kepala Bagian Penerbangan sejak 10 Desember 1945.
- Soerjadi Soerjadarma ditetapkan sebagai Kepala TKR Bagian Penerbangan dan Sukarnen Martokusumo sebagai wakilnya, Kepala dan Wakil Kepala Bagian Penerbangan berkedudukan di Markas Besar Umum.
Pangkalan udara yang sebelumnya berada di bawah panglima divisi diserahkan kepada MT TKR untuk kemudian diserahkan ke TKR Bagian Penerbangan.
Sebagai modal awal kekuatan Bagian Penerbangan, Pesawat-pesawat tua bekas peninggalan Jepang dirawat dan diadakan perbaikan. Juru Teknik TKR Bagian Penerbangan berhasil memperbaiki pesawat latih “Cureng” pada tanggal 27 Oktober 1945.
Pesawat itu kemudian digunakan untuk mengunjungi pelosok-pelosok daerah di Jawa, hal ini bertujuan untuk mengobarkan semangat perjuangan dan menumbuhkan semangat kedirgantaraan serta untuk menunjukkan eksistensi Angkatan Udara Republik Indonesia.
Tentara Republik Indonesia (TRI)
Pada 24 Januari 1946, TKR Bagian Penerbangan berubah nama menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI) Djawatan Penerbangan.
Soerjadi Soerjadarma memanggil Agustinus Adisucipto di Salatiga untuk membantunya memperkuat kekuatan udara Indonesia. Selain itu, Soerjadarma juga memanggil para bekas penerbang serta para pekerja Belanda dan Jepang yang pernah bekerja di bidang penerbangan baik itu di Jawa maupun luar Jawa.
Pangkalan Udara yang telah diserahkan kebagian Djawatan Penerbangan sedikit demi sedikit mulai diperbaiki. Untuk mendukung penerbangan juga dibangun bagian bagian seperti, bagian teknik, bagian perminyakan, bagian perhubungan serta bagian pemberitaan cuaca.
Djawatan Penerbangan kemudian berganti nama menjadi Angkatan Udara berdasarkan Penetapan Presiden No. 06/SD/1946.
Selain membangun Angkatan Udara Republik Indonesia yang masih muda, Soerjadi Soerjadarma juga ditugaskan misi-misi perjuangan.
Pada tanggal 27 Februari 1948, Soerjadi Soerjadarma mendapat tugas sebagai Kepala Staf Angkatan Perang Republik Indonesia. dan ketika terjadi Agresi Militer Belanda II, Soerjadi Soerjadarma ikut ditangkap bersama para pemimpin republik lainnya dan diasingkan ke Bangka.
Pada perundingan dengan Belanda di Konferensi Meja Bundar, Soerjadi Soerjadarma ikut andil sebagai penasehat militer.
Pada 27 Juni 1950, akhirnya Markas besar Koninklijke Militaire Luchtvaart resmi diserahkan ke Angkatan Udara Republik Indonesia, dalam upacara penyerahan itu juga diserahkan pesawat udara militer dan pangkalan udara yang berada di sejumlah daerah di Indonesia.
Pada tahun 1950, Soerjadi Soerjadarma mengadakan pendidikan kadet dengan mengirim calon penerbang ke luar negeri, hal ini dilakukan untuk mengadakan pendidikan penerbangan di Indonesia. Ditahun ini juga, Soerjadi Soerjadarma membentuk Pasukan Gerak Cepat (pasukan payung) yang akan menjadi cikal bakal KOPASGAT.
Kepangkatan militer Soerjadi Soerjadarma mengalami kenaikan, pada tanggal 1 April 1954 ia mendapatkan pangkat Laksamana Muda Udara, lalu pada 1 Juli 1958 ia naik pangkal lagi menjadi Laksamana Madya Udara dan pada 1 Juli 1959, Soerjadi Soerjadarma kembali dinaikkan pangkatnya menjadi Laksamana Udara.
Pada tanggal 18 Februari 1960, Soerjadi Soerjadarma ditunjuk sebagai Kepala Staf Angkatan Udara Republik Indonesia hingga tanggal 19 Januari 1962.
pada tahun 1962, Soerjadi Soerjadarma diangkat menjadi penasihat militer Presiden Republik Indonesia sampai 1965.
Pensiun dan Wafat
Pada tanggal 13 Desember 1968, Soerjadi Soerjadarma diberhentikan dengan hormat dan diberikan hak pensiunnya. Pada masa pensiunnya ini, Soerjadi Soerjadarma mengerjakan aktifitas hobinya seperti berburu, menembak, mengoleksi batu, menulis, membaca dan lainnya.
Kesehatan Soerjadi Soerjadarma semakin menurun pada usianya yang ke-63 tahun. Pada Agustus 1975 ia dirawat di RS Husada Jakarta selama seminggu.
Pada 16 Agustus 1975, Soerjadi Soerjadarma menghembuskan nafas terakhirnya tepat pada pukul 5.45 WIB. Jenazahnya kemudian disemayamkan di rumah duka dan di Markas Besar TNI Angkatan Udara.
Pada 17 Agustus 1975, dilaksanakan upacara pemakamannya di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak. Pemakamannya dilaksanakan secara militer dengan Inspekturnya Marsekal TNI Saleh Basarah.
Untuk mengenang jasa-jasanya yang besar terhadap Angkatan Udara Republik Indonesia, berdasarkan surat keputusan KSAU nomor SKEP/68/VI/2000 pada tanggal 20 Juni 2000, KSAU Hanafie Asnan menganugerahkan gelar Bapak AURI kepada Soerjadi Soerjadarma. Nama Soerjadi Soerjadarma juga diabadikan menjadi nama Landasan Udara di Kalijati.
Sumber:
- “R. Soerjadi Soerjadarma, Tokoh Pendiri AURI” tni-au.mil.id (diakses 28 Februari 2025)
- “Soerjadi Soerjadarma” esi.kemdikbud.go.id (diakses pada 27 Februari 2025)
- “Biografi R. Soerjadi Soerjadarma, Tokoh Perintis Angkatan Udara Republik Indonesia” kapito.id (diakses pada 28 Februari 2025)
- “Abdoel Moeis” merdeka.com (diakses 16 Februari 2025)
- “Biografi Abdoel Moeis” hobbymiliter.com (diakses 16 Februari 2025)
Bio Data Soerjadi Sorjadarma
Nama Lengkap | Laksamana Udara TNI (Purn) Soerjadi Soerjadarma |
Nama Kecil | Raden Soerjadi Soerjadarma |
Nama Lain | – |
Tempat, Lahir | Banjoewangi, Oost-Java, Hindia Belanda, 6 Desember 1912 |
Tempat, Wafat | Jakarta , Indonesia, 16 Agustus 1975 (umur 62) |
Makam | Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta |
Agama | Islam |
Bangsa | Indonesia |
Pekerjaan | Tentara |
Dinas Militer | ![]() TNI Angkatan Udara |
Pangkat Militer | ![]() Laksama Udara (Purn) |
Satuan | Penjelajah |
Ayah | Raden Suryaka Suryadarma |
Ibu | – |
Isteri/Pasangan | Utami |
Riwayat Soerjadi Sorjadarma
Jenjang Pendidikan | Nama Sekolah | Tahun |
---|---|---|
Europeesche Lagere School (ELS) | Europeesche Lagere School (ELS) | 1928-1935 |
Hoogere Burgerschool (HBS) | Hoogere Burgerschool (HBS) Bandung | 1926 |
Koning Willem School (KWS) | Koning Willem School (KWS) Jakarta | 1931 |
Koninklijke Militaire Academie (KMA) | Koninklijke Militaire Academie (KMA), Breda, Belanda | September 1934 |
Sekolah Penerbang Kalijati | Sekolah Penerbang Kalijati | 1937 |
Karir Soerjadi Sorjadarma
Instansi/Tempat | Jabatan | Masa Jabatan |
---|---|---|
Angkatan Darat Belanda, Nijgimen | ||
Batalyon I Infanteri Magelang | Oktober 1934- November 1936 | |
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara | Kepala Staf | 9 April 1946 – 19 Januari 1962 |
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia | Panglima | July 1959 – 19 Januari 1962 |
Kabinet Dwikora II | Menteri Perhubungan Pos dan Telekomunikasi | 24 Februari 1966 – 28 Maret 1966 |
Penghargaan Soerjadi Sorjadarma
Penghargaan | Tahun | Keterangan |
---|---|---|
Bapak Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) | 2000 | Berdasarkan Skep KSAU Nomor SKEP/68/VI/2000 |
Pangkalan Udara Soerjadarma, Kalijati | Namanya diabadikan menjadi nama Pangkalan Udara di Kalijati. |
Penghargaan Bintang Soerjadi Sorjadarma
Penghargaan (tahun) | Gambar |
---|---|
Bintang Maha Putra Adipurna | ![]() |
Bintang Sakti | ![]() |
Bintang Dharma | ![]() |
Bintang Garuda | ![]() |
Bintang Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia | ![]() |
Satyalencana Perang Kemerdekaan ke I | ![]() |
Satyalencana G.O.M I (Madiun) | ![]() |
Satyalencana G.O.M III (RMS) | ![]() |
Satyalencana G.O.M IV (SulSel) | ![]() |
Satyalencana G.O.M V (Jabar) | ![]() |
Satyalencana G.O.M VII (Aceh) | ![]() |
Satyalencana Sapta Marga | ![]() |
Satyalencana Kesetiaan VIII Tahun | ![]() |
Satyalencana Kesetiaan XVI Tahun | ![]() |
Knight Grand Cross of the Most Noble Order of the Crown of Thailand – Thailand | ![]() |
Knight Commander of the Most Exalted Order of the White Elephant – Thailand | ![]() |
Het Bronzen Kruis | ![]() |
Kami ingin membuat pengalaman membaca kamu sebaik mungkin! Jika kamu menemukan informasi yang kurang tepat atau hilang dalam konten kami, kami sangat menghargai kontribusi kamu untuk memperbaikinya.
Dengan kerjasama kamu, kami dapat memastikan bahwa setiap informasi yang kami bagikan akurat dan bermanfaat bagi semua pembaca kami. Jangan ragu untuk memberi tahu kami melalui kolom komentar di bawah setiap artikel atau melalui halaman Contact Us.
Setiap masukan dari kamu sangat berarti bagi kami, dan kami selalu siap untuk meningkatkan kualitas layanan kami berkat kontribusi kamu. Terima kasih atas dukungan dan kerjasama kamu!