Want to Partnership with me? Book A Call

Popular Posts

  • All Post
  • Biografi
  • Blog
  • Lembaga
  • Penghargaan
  • Peristiwa
  • Time Line
    •   Back
    • Pemimpin
    • Agama
    • Seniman
    • Pahlawan
    • Politik
    • Militer
    • Islam
    • Kristen
    • Katolik
    • Budha
    • Pencipta Lagu
    • Musisi
    • Penyanyi
    • Komedian
    • Aktor
    •   Back
    • Pencipta Lagu
    • Musisi
    • Penyanyi
    • Komedian
    • Aktor
    •   Back
    • Bintang
    • Satyalancana
    • Lencana Internasional
    •   Back
    • Islam
    • Kristen
    • Katolik
    • Budha
    •   Back
    • Perang
    • Pemberontakan
    • Konflik
    • Diplomasi
    •   Back
    • Kabinet
    •   Back
    • Pahlawan
    • Politik
    • Militer

Categories

Edit Template

Tumenggung Jalil: Kaminting Pidakan dari Pahuluan

Tumenggung Abdul Jalil atau yang lebih dikenal dengan Tumenggung Jalil merupakan seorang Panglima Perang Banjar yang pertahanannya berbasis di Banua Lima meliputi Amuntai dan daerah lain disekitarnya. Ia mampu memimpin pasukan pada usia yang terbilang cukup muda, yaitu seitar 20 tahun.

Nama Tumenggung Jalil cukup terkenal, hal ini karena keberaniannya dan perjuangannya hingga ia rela menyerahkan kehidupannya untuk mempertahankan tanah kelahirannya. Untuk itu, Namanya diabadikan menjadi nama jalan di daerah-daerah Kalimantan Selatan.

Masa Kecil

Tumenggung Jalil dilahirkan di Kampung Palimbangan, Hulu Sungai Utara pada tahun 1840 dengan nama Abdul Jalil. Sejak kecil, Jalil dikenal dengan keberaniannya dan kemahiran ilmu silatnya.

Tumenggung Jalil merupakan seorang jaba (bukan keturunan bangsawan), akan tetapi ia berhasil mendapat kepercayaan Pangeran Hidayatullah dan mendapatan gelar Kiyai Adipati Anom Dinding Raja karena kesetiaannya kepada Kesultanan Banjar dan keberaniannya dalam melawan musuh-musuhnya.

Tumenggung Jalil juga mendapat gelar “Kaminting Pindakan” yang berarti jagoan dan jawara, gelar itu diberikan kepadanya karena kepahlawanannya dalam melawan Belanda. Saat itu, Tumenggung Jalil masi berusia 20 tahun, ia ikut dalam perang melawan Belanda di Desa Tanah Habang, Paliwara, Lampihong, Amuntai, Telaga Silaba, Awayan, Lok Bangkai dan daerah lainnya.

Perang Banjar

Pada 9 Februari 1860 di Banua Lima terjadi peperangan, Pasukan Belanda dipimpin oleh Mayor Gustave Verspijck dengan menggunakan kapal perang Berned dan Admiral van Kingsbergen yang ingin menuju Alabio. 

Tumenggung Jalil yang telah memasang ranjau penghalang dilintasan kapal Belanda sehingga membut kapal itu tidak dapat melintasinya. Pasukan Belanda pun menggunakan kapal-kapal yang lebih kecil agar dapat melewati penghalang  yang dibuat Tumenggung Jalil.

Pertempuran terjadi disekitar Mesjid Amuntai, Prajurit yang dipimpin Tumenggung Jalil keluar dari dalam masjid dengan senjata yang seadanya, walau demikian dengan semangat juang yang tinggi pasukan Tumenggung Jalil menembus pasukan Belanda dengan gagah berani.

Akibat dari perang ini banyak korban berjatuhan, rumah rumah penduduk dibakar, walau begitu, perang terus berlanjut. Pasukan Pangeran Hidayatullah yang berada di Barabai ikut bergabung dengan pasukan Tumenggung Jalil dan berhasil membuat pasukan Belanda mundur.

Pada tanggal 15 Mei 1860, Belanda mendapatkan bantuan dari Banjarmasin dengan menggunakan Kapal Perang Boni, ketika dalam perjalanan, kapal Belanda itu mendapat serangan dari rakyat sekitar sungai. Perang terjadi cukup sengit, Pasukan Tumenggung Jalil Bersama pasukan Pangeran Hidayatullah dan Masyarakat, pasukan Belanda cukup kewalahan sehingga terpaksa mundur dari medan perang, namun beberapa hari kemudian, Belanda berhasil menguasai Tabalong.

Tidak menyerah, Tumenggung Jalil Bersama dengan pasukannya mendirian benteng diatas bukit yang terletak di Batu Mandi. Benteng ini dipercayakan kepada Penghulu Mudin, di sekitar benteng dipasang ranjau-ranjau, seperti lubang jebakan, kayu besar untuk digulingkan, dan parit-parit.

Dengan strategi membangun benteng ini, pasukan Belanda banyak berjatuhan. Karena kewalahan Pasukan Belanda menembaki benteng itu dengan Meriam dari bawah.

Tumenggung Jalil kemudian bertugas untuk membuat pertahanan disepanjang jalur sungai Balangan. Pangeran Antasari dan Pangeran Hidayatullah menyiapkan Benteng Batu Mandi dengan mengibarkan bendera merah dan meletakkan dua buah keris yang disilangkan kemudian mengosongkannya untuk mengelabui pasukan Belanda. Pada tanggal 13 Oktober 1860, Belanda mendatangi Benteng Batu Mandi dan mendapati benteng itu telah kosong.

Gugur

Tumenggung Jalil kemudian bergabung dengan Pangeran Antasari, Pangeran Maradipa, Tumenggung Baro dan pejuang lainnya di Benteng Tundakan. Pada tanggal 24 Septemer1861, terjadi pertempuran yang mengakibatkan banyak korban berjatuhan dikedua belah pihak.

Benteng Tundakan saat itu hanya dipersenjatai 30 buah Meriam dan senapan yang jauh ketinggalan dari persenjataan Belanda. Meski kalah persenjataan, dengan kegigihan dan semangat juang yang tak kenal Lelah, akhirnya pasukan Belanda berhasil ditekan mundur.

Tumenggung Jalil gugur dalam pertempuran di Benteng Tundakan, mayatnya ditemukan dalam tumpukan mayat-mayat tentara Belanda, yang berada jauh diluar benteng. Tumenggung Jalil, mengamuk ditengah-tengah tentara Belanda dan gugur dalam pertempuran itu.

Belanda yang sangat membenci Tumenggung Jalil, mencari dimana ia dikuburkan. Seorang pengkhianat memberitahu letak Tumenggung Jalil dikuburkan kepada Belanda, sehingga Belanda membongkar kuburannya, tengkorakanya dibawa ke Belanda sedangkan sisa tubuhnya dihancurkan.

Sumber:

Kami ingin membuat pengalaman membaca kamu sebaik mungkin! Jika kamu menemukan informasi yang kurang tepat atau hilang dalam konten kami, kami sangat menghargai kontribusi kamu untuk memperbaikinya. 

Dengan kerjasama kamu, kami dapat memastikan bahwa setiap informasi yang kami bagikan akurat dan bermanfaat bagi semua pembaca kami. Jangan ragu untuk memberi tahu kami melalui kolom komentar di bawah setiap artikel atau melalui halaman Contact Us

Setiap masukan dari kamu sangat berarti bagi kami, dan kami selalu siap untuk meningkatkan kualitas layanan kami berkat kontribusi kamu. Terima kasih atas dukungan dan kerjasama kamu!

Share Article:

arsipmanusia.com

Writer & Blogger

Considered an invitation do introduced sufficient understood instrument it. Of decisively friendship in as collecting at. No affixed be husband ye females brother garrets proceed. Least child who seven happy yet balls young. Discovery sweetness principle discourse shameless bed one excellent. Sentiments of surrounded friendship dispatched connection is he. Me or produce besides hastily up as pleased. 

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baru Terbit

  • All Post
  • Biografi
  • Blog
  • Lembaga
  • Penghargaan
  • Peristiwa
  • Time Line
    •   Back
    • Pemimpin
    • Agama
    • Seniman
    • Pahlawan
    • Politik
    • Militer
    • Islam
    • Kristen
    • Katolik
    • Budha
    • Pencipta Lagu
    • Musisi
    • Penyanyi
    • Komedian
    • Aktor
    •   Back
    • Pencipta Lagu
    • Musisi
    • Penyanyi
    • Komedian
    • Aktor
    •   Back
    • Bintang
    • Satyalancana
    • Lencana Internasional
    •   Back
    • Islam
    • Kristen
    • Katolik
    • Budha
    •   Back
    • Perang
    • Pemberontakan
    • Konflik
    • Diplomasi
    •   Back
    • Kabinet
    •   Back
    • Pahlawan
    • Politik
    • Militer

Jenderal AH Nasution

Jenderal Abdul Haris Nasution, lahir pada 3 Desember 1918, adalah sosok kunci dalam sejarah Indonesia yang memberikan kontribusi besar dalam perjuangan kemerdekaan dan pembangunan negara.

Join the family!

Sign up for a Newsletter.

You have been successfully Subscribed! Ops! Something went wrong, please try again.
Edit Template
Tombol Provinsi Indonesia
Scroll to Top