Kabinet Ali Sastroamidjojo II dipimpin oleh Ali Sastroamidjojo. Keahliannya dalam dunia politik tidak diragukan, dan ia sukses memimpin kabinet dua kali selama masa pemerintahan Presiden Soekarno.
Pada periode pertama yang dimulai pada 31 Juli 1953, Ali Sastroamidjojo berhasil mencapai banyak pencapaian yang terdokumentasi dengan baik dalam Sejarah Indonesia (2020) oleh Nansy Rahman. Salah satu keberhasilan signifikan pada periode tersebut adalah penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika tahun 1955 di Bandung.
Meskipun demikian, kepemimpinannya hanya bertahan selama 3 tahun dan berakhir pada 12 Agustus 1955 karena konflik internal partai pendukungnya dan kondisi ekonomi negara yang masih belum stabil. Bagaimana Ali Sastroamidjojo memimpin pada periode kedua masa kepemimpinan dalam kabinet Presiden Soekarno?
Table of Contents
ToggleSusunan Kabinet Ali Sastroamidjojo II
Jabatan | Foto | Pejabat | Waktu Menjabat | Partai |
---|---|---|---|---|
Presiden | Ir. Soekarno | 18 Agustus 1945 – 12 Maret 1967 | ||
Wakil Presiden | Mohammad Hatta | 18 Agustus 1945 – 1 Desember 1956 | ||
Perdana Menteri | Ali Sastroamidjojo | 24 Maret 1956 – 14 Maret 1957 | ||
Wakil Perdana Menteri I | Mohammad Roem | 24 Maret 1956 – 14 Maret 1957 | ||
Wakil Perdana Menteri II | Idham Chalid | 24 Maret 1956 – 14 Maret 1957 | ||
Menteri Luar Negeri | Roeslan Abdulgani | 24 Maret 1956 – 28 Januari 1957 | ||
Ali Sastroamidjojo | 28 Januari 1957 – 14 Maret 1957 | |||
Menteri Dalam Negeri | R. Sunarjo | 24 Maret 1956 – 14 Maret 1957 | ||
Menteri Pertahanan | Ali Sastroamidjojo | 28 Januari 1957 – 14 Maret 1957 | ||
Menteri Kehakiman | Moeljatno | 24 Maret 1956 – 9 Januari 1957 | ||
R. Sunarjo | 9 Januari 1957 – 14 Maret 1957 | |||
Menteri Penerangan | Soedibjo | 24 Maret 1956 – 14 Maret 1957 | ||
Idham Chalid | 24 Maret 1956 – 14 Maret 1957 | |||
Menteri Keuangan | Jusuf Wibisono | 24 Maret 1956 – 9 Januari 1957 | ||
Djuanda Kartawidjaja | 9 Januari 1957 – 14 Maret 1957 | |||
Menteri Perekonomian | Burhanuddin | 24 Maret 1956 – 14 Maret 1957 | ||
Menteri Pertanian | Eny Karim | 24 Maret 1956 – 14 Maret 1957 | ||
Menteri Perhubungan | Suchjar Tedjasukmana | 24 Maret 1956 – 14 Maret 1957 | ||
Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga | Pangeran Mohammad Nur | 24 Maret 1956 – 9 Januari 1957 | ||
Agustinus Suhardi | 9 Januari 1957 – 14 Maret 1957 | |||
Menteri Agraria | Agustinus Suhardi | 24 Maret 1956 – 14 Maret 1957 | ||
Menteri Sosial | Fattah Jasin | 24 Maret 1956 – 14 Maret 1957 | ||
Menteri Tenaga Kerja | Sabilal Rasjad | 24 Maret 1956 – 14 Maret 1957 | ||
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan | Sarino Mangunpranoto | 24 Maret 1956 – 14 Maret 1957 | ||
Menteri Kesehatan | Handrianus Sinaga | 24 Maret 1956 – 14 Maret 1957 | ||
Menteri Agama | Muhammad Ilyas | 24 Maret 1956 – 14 Maret 1957 | ||
Menteri Negara Urusan Umum | Rusli Abdul Wahid | 24 Maret 1956 – 14 Maret 1957 | ||
Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang Kemerdekaan | Dahlan Ibrahim | 24 Maret 1956 – 26 Desember 1956 | ||
Menteri Negara Urusan Perencanaan | Djuanda Kartawidjaja | 9 Januari 1957 – 14 Maret 1957 | ||
Ketua Mahkamah Agung | Wirjono Prodjodikoro | 24 Maret 1956 – 14 Maret 1957 | ||
Jaksa Agung | R. Soeprapto | 24 Maret 1956 – 14 Maret 1957 | ||
Ketua Dewan Pengawas Keuangan | Soerasno | 24 Maret 1956 – 14 Maret 1957 | ||
Menteri Muda Perekonomian | Frans Ferdinand Umbas | 24 Maret 1956 – 14 Maret 1957 | ||
Menteri Muda Pertanian | Sjech Marhaban | 24 Maret 1956 – 14 Maret 1957 | ||
Menteri Muda Perhubungan | Albertus Blantaran de Rozari | 24 Maret 1956 – 14 Maret 1957 |
Program Kerja Kabinet Ali Sastroamidjojo II
Perlu diingat bahwa setiap kabinet memiliki program kerja yang berbeda. Program kerja Kabinet Ali Sastroamidjojo II ini sebagian besar bertujuan untuk menyelesaikan program kerja yang telah diinisiasi oleh kabinet sebelumnya.
Dalam Kabinet Ali yang pertama, terdapat program kerja untuk mempercepat peninjauan kembali perjanjian Konferensi Meja Bundar (KMB) dan menghapus perjanjian yang merugikan negara.
Peninjauan tersebut telah dilaksanakan, sehingga fokus program kerja saat ini adalah menyelesaikan pembatalan seluruh perjanjian KMB secara unilateral.
Kabinet ini juga mengambil langkah-langkah untuk menangani dampak dari pembatalan perjanjian KMB, menciptakan pencapaian prestasi yang signifikan.
Dalam upaya pembebasan Irian Barat dari Belanda, yang telah menjadi perhatian sejak kabinet pertama pada 1950, Kabinet Ali Sastroamidjojo II terus berjuang untuk mewujudkan kedaulatan Republik Indonesia atas Irian Barat. Selain itu, mereka menciptakan program kerja untuk membentuk Provinsi Irian Barat.
Kabinet Ali II juga menargetkan pemulihan keamanan dari kelompok-kelompok yang memberontak, serta pemulihan ketertiban, ekonomi, pembangunan, industri, perhubungan, pendidikan, dan pertanian. Semua ini merupakan bagian dari program kerja pemulihan negara dari berbagai aspek setelah kondisi yang kacau.
Ali Sastroamidjojo, sebagai pencetus Konferensi Asia Afrika (KAA), menetapkan target untuk melaksanakan keputusan yang diambil dalam KAA pada 1955 melalui Kabinet Ali II.
Akhir Kabinet Ali Sastroamidjojo II
Kabinet ini masih menghadapi sejumlah masalah meskipun berhasil membatalkan seluruh perjanjian KMB. Gerakan separatis baru muncul, seperti Dewan Banteng di Sumatera Tengah, Dewan Gajah di Sumatera Utara, Dewan Garuda di Sumatra Selatan, Dewan Lambung Mangkurat di Kalimantan Selatan, dan Dewan Manguni di Sulawesi Utara.
Sementara itu, meningkatnya konflik daerah, gerakan anti Cina, dan situasi perekonomian yang sulit membuat kekuatan kabinet ini semakin terkikis. Puncak kejatuhannya terjadi ketika partai koalisi pendukung kabinet terlibat dalam konflik internal yang menyebabkan mundurnya sejumlah menteri.
Dalam situasi seperti itu, Ali Sastoramijoyo akhirnya menyerahkan mandatnya kepada Presiden Soekarno dan secara resmi mengundurkan diri dari jabatan Perdana Menteri pada tanggal 14 Maret 1957.
Kabinet Ali Sastroamidjojo II tidak berhasil, jadi pada 9 April 1957, kabinet Ali II dibubarkan dan digantikan oleh Kabinet Djuanda, dipimpin oleh Ir. H. Djuanda Kartawijaya.