Kabinet Persatuan Nasional adalah kabinet pemerintahan Indonesia yang dipimpin oleh Presiden Abdurrahman Wahid, yang akrab disapa Gus Dur, dan Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri.
Kabinet ini resmi dilantik pada 29 Oktober 1999 dan berakhir masa baktinya pada 23 Juli 2001. Komposisi kabinet ini mencakup sejumlah menteri koordinator, menteri pemimpin departemen, menteri negara, Sekretaris Negara, dan Jaksa Agung.
Pembentukan kabinet ini didasarkan pada Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 355/M Tahun 1999 yang ditandatangani pada 26 Oktober 1999 oleh Presiden Abdurrahman Wahid.
Table of Contents
TogglePembentukan Kabinet Persatuan Nasional
Setelah terpilihnya Megawati Soekarnoputri sebagai Wakil Presiden pada 21 Oktober 1999, Gus Dur segera memulai proses pembentukan kabinetnya. Hari-hari setelah pemilihan dihabiskan Gus Dur dengan intens dalam negosiasi politik, yang sering ia sebut sebagai “dagang sapi”.
Sebelum pemilihan, Gus Dur telah mengutarakan pentingnya membentuk kabinet yang mencerminkan spektrum politik yang luas untuk menciptakan pemerintahan yang inklusif dan representatif. Namun, realitas politik Indonesia saat itu membuat Gus Dur harus berkompromi dan menerima menteri-menteri yang bukan pilihannya secara langsung.
Susunan Kabinet Persatuan Nasional
Pada 25 Oktober 1999, Gus Dur mengumumkan rencananya yang mencakup 25 menteri yang menurutnya terbaik. Namun, pada saat pengumuman resmi, jumlah menteri bertambah menjadi 35 orang. Banyak dari mereka bukanlah pilihan langsung Gus Dur, melainkan hasil kompromi politik.
Kabinet ini menjadi kombinasi dari berbagai kepentingan politik yang sering kali bertentangan satu sama lain. Dukungan dari tokoh politik seperti Akbar Tanjung, Megawati Soekarnoputri, dan Amien Rais diharapkan dapat menjaga disiplin dan tanggung jawab partai-partai yang terlibat. Namun, mengingat demokrasi Indonesia masih dalam tahap awal, tantangan-tantangan besar segera muncul.
Jabatan | Foto | Pejabat | Waktu Menjabat | Partai |
---|---|---|---|---|
Presiden | Abdurrahman Wahid | 29 Oktober 1999 – 23 Juli 2001 | ||
Wakil Presiden | Megawati Soekarnoputri | 29 Oktober 1999 – 23 Juli 2001 | ||
Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menteri Koordinator Bidang Politik, Sosial, dan Keamanan sejak 28 Agustus 2000) | Wiranto | 29 Oktober 1999 – 15 Februari 2000 | ||
Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menteri Koordinator Bidang Politik, Sosial, dan Keamanan sejak 28 Agustus 2000) | Surjadi Soedirdja | 15 Februari 2000 – 28 Agustus 2000 | ||
Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menteri Koordinator Bidang Politik, Sosial, dan Keamanan sejak 28 Agustus 2000) | Susilo Bambang Yudhoyono | 28 Agustus 2000 – 1 Juni 2001 | ||
Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menteri Koordinator Bidang Politik, Sosial, dan Keamanan sejak 28 Agustus 2000) | Agum Gumelar | 1 Juni 2001 – 23 Juli 2001 | ||
Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri | Kwik Kian Gie | 29 Oktober 1999 – 28 Agustus 2000 | ||
Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri | Rizal Ramli | 28 Agustus 2000 – 12 Juni 2001 | ||
Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri | Burhanuddin Abdullah | 12 Juni 2001 – 23 Juli 2001 | ||
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan (digabungkan dengan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan sejak 28 Agustus 2000) | Hamzah Haz | 29 Oktober 1999 – 26 November 1999 | ||
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan (digabungkan dengan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan sejak 28 Agustus 2000) | Basri Hasanuddin | 26 November 1999 – 28 Agustus 2000 | ||
Menteri Dalam Negeri (Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah sejak 28 Agustus 2000) | Surjadi Soedirdja | 29 Oktober 1999 – 23 Juli 2001 | ||
Menteri Luar Negeri | Alwi Abdurrahman Shihab | 29 Oktober 1999 – 23 Juli 2001 | ||
Menteri Pertahanan | Juwono Sudarsono | 29 Oktober 1999 – 28 Agustus 2000 | ||
Menteri Pertahanan | Mohammad Mahfud MD | 28 Agustus 2000 – 20 Juli 2001 | ||
Menteri Pertahanan | Agum Gumelar | 20 Juli 2001 – 23 Juli 2001 | ||
Menteri Hukum dan Perundang-undangan (Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia sejak 28 Agustus 2000) | Yusril Ihza Mahendra | 29 Oktober 1999 – 7 Februari 2001 | ||
Menteri Hukum dan Perundang-undangan (Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia sejak 28 Agustus 2000) | Baharuddin Lopa | 9 Februari 2001 – 1 Juni 2001 | ||
Menteri Hukum dan Perundang-undangan (Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia sejak 28 Agustus 2000) | Marsillam Simanjuntak | 1 Juni 2001 – 20 Juli 2001 | ||
Menteri Hukum dan Perundang-undangan (Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia sejak 28 Agustus 2000) | Mohammad Mahfud MD | 20 Juli 2001 – 23 Juli 2001 | ||
Menteri Keuangan | Bambang Sudibyo | 29 Oktober 1999 – 28 Agustus 2000 | ||
Menteri Keuangan | Prijadi Praptosuhardjo | 28 Agustus 2000 – 12 Juni 2001 | ||
Menteri Keuangan | Rizal Ramli | 12 Juni 2001 – 23 Juli 2001 | ||
Menteri Pertambangan dan Energi (Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral sejak 28 Agustus 2000) | Susilo Bambang Yudhoyono | 29 Oktober 1999 – 28 Agustus 2000 | ||
Menteri Pertambangan dan Energi (Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral sejak 28 Agustus 2000) | Purnomo Yusgiantoro | 28 Agustus 2000 – 23 Juli 2001 | ||
Menteri Perindustrian dan Perdagangan | Jusuf Kalla | 29 Oktober 1999 – 24 April 2000 | ||
Menteri Perindustrian dan Perdagangan | Luhut Binsar Panjaitan | 28 Agustus 2000 – 23 Juli 2001 | ||
Menteri Pertanian (Menteri Pertanian dan Kehutanan sejak 28 Agustus 2000) | Mohamad Prakosa | 29 Oktober 1999 – 28 Agustus 2000 | ||
Menteri Pertanian (Menteri Pertanian dan Kehutanan sejak 28 Agustus 2000) | Bungaran Saragih | 28 Agustus 2000 – 23 Juli 2001 | ||
Menteri Kehutanan dan Perkebunan (Menteri Muda Kehutanan (menteri negara) sejak 28 Agustus 2000) | Nur Mahmudi Ismail | 29 Oktober 1999 – 15 Maret 2001 | ||
Menteri Kehutanan dan Perkebunan (Menteri Muda Kehutanan (menteri negara) sejak 28 Agustus 2000) | Marzuki Usman | 15 Maret 2001 – 23 Juli 2001 | ||
Menteri Perhubungan | Agum Gumelar | 29 Oktober 1999 – 1 Juni 2001 | ||
Menteri Perhubungan | Budi Mulyawan Suyitno | 1 Juni 2001 – 23 Juli 2001 | ||
Menteri Eksplorasi Laut (Menteri Kelautan dan Perikanan sejak 28 Agustus 2000) | Sarwono Kusumaatmadja | 29 Oktober 1999 – 1 Juni 2001 | ||
Menteri Eksplorasi Laut (Menteri Kelautan dan Perikanan sejak 28 Agustus 2000) | Rokhmin Dahuri | 1 Juni 2001 – 23 Juli 2001 | ||
Menteri Tenaga Kerja (Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi sejak 28 Agustus 2000) | Bomer Pasaribu | 29 Oktober 1999 – 28 Agustus 2000 | ||
Menteri Tenaga Kerja (Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi sejak 28 Agustus 2000) | Al Hilal Hamdi | 28 Agustus 2000 – 23 Juli 2001 | ||
Menteri Kesehatan (Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial sejak 28 Agustus 2000) | Achmad Sujudi | 29 Oktober 1999 – 23 Juli 2001 | ||
Menteri Pendidikan Nasional | Yahya Muhaimin | 29 Oktober 1999 – 23 Juli 2001 | ||
Menteri Agama | Muhammad Tolchah Hasan | 29 Oktober 1999 – 23 Juli 2001 | ||
Menteri Permukiman dan Pengembangan Wilayah Republik Indonesia (Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah sejak 28 Agustus 2000) | Erna Witoelar | 29 Oktober 1999 – 23 Juli 2001 | ||
Menteri Negara Riset dan Teknologi | Muhammad A.S. Hikam | 29 Oktober 1999 – 23 Juli 2001 | ||
Menteri Negara Koperasi dan Pengusaha Kecil Menengah (Menteri Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah sejak 28 Agustus 2000) | Zarkasih Nur | 29 Oktober 1999 – 23 Juli 2001 | ||
Menteri Negara Lingkungan Hidup | Alexander Sonny Keraf | 29 Oktober 1999 – 23 Juli 2001 | ||
Menteri Negara Otonomi Daerah Republik Indonesia (digabungkan dengan Menteri Dalam Negeri sejak 28 Agustus 2000) | Ryaas Rasyid | 29 Oktober 1999 – 28 Agustus 2000 | ||
Menteri Negara Pariwisata dan Kesenian (Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (menteri departemen) sejak 28 Agustus 2000) | Hidayat Jaelani | 29 Oktober 1999 – 28 Agustus 2000 | ||
Menteri Negara Pariwisata dan Kesenian (Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (menteri departemen) sejak 28 Agustus 2000) | I Gede Ardika | 28 Agustus 2000 – 23 Juli 2001 | ||
Menteri Negara Penanaman Modal dan Pembinaan Badan Usaha Milik Negara (dibubarkan pada 28 Agustus 2000) | Laksamana Sukardi | 29 Oktober 1999 – 24 April 2000 | ||
Menteri Negara Penanaman Modal dan Pembinaan Badan Usaha Milik Negara (dibubarkan pada 28 Agustus 2000) | M. Rozy Munir | 26 April 2000 – 23 Juli 2001 | ||
Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (dibubarkan pada 28 Agustus 2000) | Mahadi Sinambela | 29 Oktober 1999 – 28 Agustus 2000 | ||
Menteri Negara Pekerjaan Umum (dibubarkan pada 28 Agustus 2000) | Rozik Boedioro Soetjipto | 29 Oktober 1999 – 28 Agustus 2000 | ||
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan (merangkap Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional sejak 28 Agustus 2000) | Khofifah Indar Parawansa | 29 Oktober 1999 – 23 Juli 2001 | ||
Menteri Negara Urusan Hak Asasi Manusia (digabungkan dengan Menteri Hukum dan Perundang-undangan sejak 28 Agustus 2000) | Hasballah M. Saad | 29 Oktober 1999 – 28 Agustus 2000 | ||
Menteri Negara Transmigrasi dan Kependudukan (digabungkan dengan Menteri Tenaga Kerja sejak 28 Agustus 2000) | Al Hilal Hamdi | 29 Oktober 1999 – 28 Agustus 2000 | ||
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara | Freddy Numberi | 29 Oktober 1999 – 28 Agustus 2000 | ||
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara | Ryaas Rasyid | 28 Agustus 2000 – 7 Februari 2001 | ||
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara | Marsillam Simanjuntak | 7 Februari 2001 – 12 Juni 2001 | ||
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara | Anwar Supriyadi | 12 Juni 2001 – 23 Juli 2001 | ||
Menteri Negara Masalah-Masalah Kemasyarakatan (dibubarkan pada 28 Agustus 2000) | Anak Agung Gde Agung | 29 Oktober 1999 – 28 Agustus 2000 | ||
Menteri Muda Urusan Percepatan Pembangunan Kawasan Timur Indonesia (dibentuk pada 28 Agustus 2000) | Manuel Kaisiepo | 29 Oktober 1999 – 23 Juli 2001 | ||
Menteri Muda Urusan Restrukturisasi Ekonomi Nasional (dibentuk pada 28 Agustus 2000 dan dibubarkan pada 1 Juni 2001) | Cacuk Sudarijanto | 29 Oktober 1999 – 1 Juni 2001 | ||
Jaksa Agung | Marzuki Darusman | 29 Oktober 1999 – 1 Juni 2001 | ||
Jaksa Agung | Baharuddin Lopa | 6 Juni 2001 – 3 Juli 2001 | ||
Jaksa Agung (Pelaksana Tugas) | Suparman | 4 Juli 2001 – 9 Juli 2001 | ||
Jaksa Agung | Marsillam Simanjuntak | 10 Juli 2001 – 9 Agustus 2001 | ||
Panglima Tentara Nasional Indonesia | Widodo Adi Sutjipto | 29 Oktober 1999 – 7 Juni 2002 | ||
Sekretaris Negara | Alirahman | 29 Oktober 1999 – 15 Februari 2000 | ||
Sekretaris Negara | Bondan Gunawan | 15 Februari 2000 – 29 Mei 2000 | ||
Sekretaris Negara | Djohan Effendi | 29 Mei 2000 – 23 Juli 2001 | ||
Sekretaris Kabinet | Marsillam Simanjuntak | 4 Januari 2000 – 5 Juli 2001 | ||
Sekretaris Kabinet | Marzuki Darusman | 5 Juli 2001 – 23 Juli 2001 |
Tantangan
Indonesia baru saja memasuki era demokrasi setelah kejatuhan rezim Orde Baru yang telah berkuasa selama lebih dari tiga dekade. Transisi ini membawa banyak tantangan bagi pemerintahan Gus Dur.
Salah satu tantangan terbesar adalah mengelola pemerintahan yang terdiri dari berbagai kepentingan politik dan memastikan bahwa semua menteri bekerja secara profesional dan tidak mementingkan diri sendiri.
Banyak anggota kabinet berasal dari rezim sebelumnya, sementara beberapa lainnya kurang berpengalaman dalam pemerintahan, yang menimbulkan keraguan tentang efektivitas kabinet ini.
Kebijakan dan Inisiatif Utama
Gus Dur membawa berbagai kebijakan progresif yang bertujuan untuk memperkuat demokrasi dan memperbaiki birokrasi. Salah satu fokus utama adalah reformasi birokrasi untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi pemerintahan. Upaya ini termasuk penataan ulang struktur birokrasi dan pemberantasan korupsi.
Selain itu, Gus Dur juga berupaya memperkuat demokrasi dan hak asasi manusia dengan menghapuskan sejumlah undang-undang yang dianggap diskriminatif dan membuka ruang bagi kebebasan berpendapat. Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah juga menjadi salah satu prioritas, memberikan wewenang lebih besar kepada pemerintah daerah dalam mengelola urusan mereka sendiri.
Meskipun banyak tantangan, beberapa menteri di kabinet ini dianggap memiliki potensi besar dan mampu membawa perubahan positif. Contohnya, Marzuki Darusman, mantan Ketua Komnas HAM yang diangkat menjadi Jaksa Agung, dikenal karena dedikasinya terhadap penegakan hak asasi manusia dan hukum. Kwik Kian Gie, seorang ahli ekonomi dari PDI-P, membawa perspektif profesional dalam kebijakan ekonomi.
Selain itu, Laksamana Sukardi, seorang bankir dengan reputasi baik, memberikan harapan dalam mengelola sektor keuangan. Alwi Shihab sebagai Menteri Luar Negeri dan Khofifah Indar Parawansa sebagai Menteri Urusan Pemberdayaan Wanita juga diharapkan dapat membawa dampak positif dalam bidang mereka masing-masing.
Kontroversi dan Konflik
Namun, perjalanan Kabinet Persatuan Nasional tidak mulus. Berbagai kontroversi dan konflik politik mewarnai masa pemerintahan Gus Dur. Gesekan antara Gus Dur dengan pihak militer serta beberapa partai politik yang merasa tidak puas dengan kebijakan dan gaya kepemimpinannya menjadi tantangan serius. Konflik ini akhirnya memuncak dan berujung pada pemakzulan Gus Dur pada tahun 2001, yang menandai akhir masa jabatan Kabinet Persatuan Nasional.
Meskipun masa jabatan Kabinet Persatuan Nasional relatif singkat, dampaknya dalam sejarah politik Indonesia cukup signifikan. Kebijakan dan langkah yang diambil oleh kabinet ini memberikan fondasi penting bagi proses transisi demokrasi di Indonesia.
Upaya reformasi birokrasi dan desentralisasi pemerintahan memberikan arah baru dalam tata kelola pemerintahan yang lebih transparan dan efisien. Selain itu, komitmen terhadap hak asasi manusia dan kebebasan berpendapat membuka jalan bagi demokrasi yang lebih inklusif dan partisipatif.