Edit Template

Soepeno: Menteri Muda Gugur dalam Gerilya

Soepeno merupakan salah satu tokoh pemuda pada masa Pergerakan Nasional. Ia merupakan Menteri Pembangunan dan Pemuda pada Kabinet Hatta I.

Kehidupan Awal

Sopeno lahir pada tanggal 12 Juni 1916 di Pekalongan, ia merupakan anak seorang pegawai rendah yang bekerja di perusahaan kereta api milik kolonial Hindia Belanda, ayahnya Bernama Soemarno.

Soepeno sekolah menengah di Algemeene Middlebare School Semarang, dan setelah menyelesaikan Pendidikan menegahnya ia melanjutkan studinya i Technische Hogeschol te Bandoeng, namun ia hanya menempuh Pendidikan disitu selama dua tahun saja lalu pindah ke Rechtschool te Batavia.

Di Rechtschool te Batavia ia menempuh Pendidikan selama empat tahun, selama sekolah di Batavia ia mulai tertarik dan ikut dalam pergerakan nasional.

Pergerakan

Saat bersekolah di Batavia, Soepeno bergabung dengan Perkumpulan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI), lalu kemudian ia dipilih menjadi ketuanya.

Soepeno di Jakarta tinggal di Asrama PPPI Jl. Cikini Raya 71. Di asrama itulah Soepeno bertemu dengan Mohammad Hatta secara langsung untuk pertama kalinya.

Soepeno juga aktif dalam keanggotaan Indonesia Moeda, tidak hanya di Indonesia Moeda Pekalongan dan Tegal tetapi juga Semarang dan Bandung.

KNIP

Pada awal masa Kemerdekaan Indonesia, Soepeno menjadi salah satu dari konseptor Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat dan menjadi Ketua pada 20 Desember 1945.

Kabinet Sjahrir III mengalami krisis pada tahun 1946 karena dianggap telah menjual negara pada perundingan Linggarjati. Perundingan ini menuai pro dan kontra di masyarakat, seperti partai PNI, Masyumi, Partai Rakyat Indonesia dan Partai Rakyat Jelata yang kontra dengan perundingan ini, mereka menyatakan bahwa pemerintah gagal dalam mempertahankan kedaulatan negara Indonesia.

Pemerintah mengeluarkan Perpres no 6/1946 yang bertujuan untuk menambah anggota KNIP yang sebelumnya berjumlah 200 menjadi 514 orang, serta untuk mencakup semua golongan dan lapisan yang ada.

Pada 2 Maret 1947, KNIP menyetujui Perpres tersebut, dengan begitu anggota KNIP yang lama dibubarkan. Susunan keanggotaan KNIP yang baru disusun pada tanggal 3 Maret 1947, jumlah anggota Badan Pekerja KNIP yang sebelumnya hanya 25 orang menjadi 47, Partai Sosialis memperoleh 5 Kursi sebagai perwakilan di Badan Pekerja KNIP dan Soepeno menjadi salah satu dari 5 orang itu.

PNI Baru

Soepeno juga bergabung dengan PNI Pendidikan (PNI Baru) karena PNI milik Soekarn dilarang oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada 1932. Pada 19 November 1945, anggota PNI Baru mengadakan pertemuan di Grand Hotel, Cirebon. Syahrir tidak hadir dalam pertemuan itu tetapi hanya mengutus, Subadio Sastrosatomo, Lintong Mulia Sitorus, Tahi Bonar Simatupang dan Soepeno.

Pada pertemuan itu mereka sepakat untuk mendukung Kabinet Sjahrir. Untuk menyesuaikan dengan situasi politik saat itu, PNI Baru berganti nama menjadi Partai Rakyat Sosialis (Paras).

Pada tanggal 16-17 Desember 1945, Partai Rakyat Sosialis dan Partai Sosialis Indonesia mengadan kongres di Cirebon dan memutuskan untuk melakukan fusi, dan terbentuklah Partai Sosialis, Soepeno masuk dalam jajaran Dewan Pimpinan Pusat Partai Sosialis itu.

PSI dan Menteri

Ketika terjadi keretakan antara kelompok Sjahrir dengan kelompok Amir Sjarifuddin. Pada 12 Februari 1948, Sjahrir memilih untuk membentuk partai baru yaitu Partai Sosialis Indonesia (PSI) di rumah Ibu Soebadio Sastrosatomo di Kliteran. 

PSI bentukan Sjahrir memutuskan untuk mendukung Kabinet Hatta I dan Soepeno menjadi Menteri Pembangunan dan Pemuda pada Kabinet Hatta I.

Kehidupan Pribadi

Seopeno menikah dengna Kamsitin Wasiyatul Chakiki Danoesiswojo atau Tien Soepeno wanita asal Banjarnegara kelahiran 1923. Mereka menikah pada Agustus 1943 di Klampok Banjarnegara.

Dari pernikahan mereka, lahir putri satu-satunya yang bernama Seopeni Rokoetingajoe Judianingsih yang lahir pada tahun 1944.

Gerilya dan Agresi Militer Belanda II

Pada 19 Desember 1948, Belanda menyerang Indonesia dan berakibat Ibu Kota NKRI Yogyakrta berhasil direbut oleh Belanda. Presiden Soekarno, Mohammad Hatta dan beberapa pejabat pemerintahan ditangkap oleh Belanda.

Soepeno yang saat itu menjadi Menteri Pembangunan dan Pemuda menjadi buronan tentara Belanda. Soepeno tidak tertangkap Belanda karena saat peristiwa itu ia sedang bertugas di Cepu, Jawa Tengah.

Saat perjalanan kembali dari Cepu ke Ibukota, Soepeno merasa ada yang tidak beres dan benar Ibu Kota telah diduduki oleh Belanda, Soepeno pun putar balik dari Prambanan menuju Tawangmangu.

Di Tawangmangu, Soepeno bergabung dengan para pejabat lainnya yang berhasil lolos, disanan mereka berkoordinasi dan diputuskan bahwa mereka harus ikut dalam bergerilya dan berpindah-pindah tempat sampai situasi sudah terkendali.

Soepeno dan beberapa pejabat lainnya diarahkan ke Timur menuju lereng gunsung Wilis tempat Jenderal Soedirman bermarkas. Mereka bergerak dengan berjalan kaki dari kampung ke kampung melewati hutan dan pegunungan di Jawa Timur sambil menggerakkan rakyat untuk berjuang melawan Belanda.

Tiga minggu rombongan Soepeno bergerilya, sampailah mereka di Desa Wayang, Ponorogo. Di sana, mereka bertemu dengan Kapten Soepardjo Roestam yang merupakan ajudan Jenderal Soedirman, Soepardjo memberitahu keberadaan Soedirman. 

Walau sudah mengetahui posisi Soedirman berada, rombongan Soepeno tetap sulit untuk mencapainya.
Soepardjo berpamitan untuk melanjutkan tugasnya dan rombongan Soepeno meneruskan perjalanannya, medan yang liar dan pasukan Belanda yang semakin gencar mengejar para pejabat membuat perjalanan mereka semakin lambat.

Wafat

Pada 20 Februari 1949, Soepeno sampai di Dusun Ganter, Nganjuk dan memutuskan untuk menetap untuk beberapa hari sebelum melanjutkan perjalanan mereka. Pada 24 Februari 1949, Pasukan Belanda menyerang Dusun Ganter, Soepeno dan rombongannyapun berhasil tertangkap dan menginterogasi mereka. Soepeno mengaku sebagai warga lokal namun tentara Belanda itu tidak percaya.

Soepeno ditembak tepat di pelepisnya, dan gugur seketika. Rombongan Soepeno juga dihabisi di depan masyarakat Dusun Ganter. Soepeno kemudian dimakamkan di Nganjuk sebagai bentuk intimidasi penduduk.

Tien Soepeno, Isteri Soepeno, mengaku baru mengetahui suaminya meninggal sebulan setelahnya dikarenakan sulitnya komunikasi dan informasi saat itu beredar.

Makan Seopeno dipindahkan pada bulan Februari 1950 ke Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta, bersebelahan dengna Makam Jenderal Oerip Soemohardjo.

Pemerintah Republik Indonesia berdasarkan surat Keputusan Presiden RI No. 039/TK/Tahun 1970 pada tanggal 13 Juli 1970, menganugerakan gelar Pahlawan Nasional kepada Soepeno, dan diberikan tanda Kehormatan Bintang Mahaputera Utama secara anumerta.

Namanya dijadikan nama jalan di Kota Semarang dan beberapa kota lainnya di Indonesia, monumen dirinya juga dibangun di Kompleks Stadion Jatidiri, Semarang.

Sumber:

Share Article:

arsipmanusia.com

Writer & Blogger

Considered an invitation do introduced sufficient understood instrument it. Of decisively friendship in as collecting at. No affixed be husband ye females brother garrets proceed. Least child who seven happy yet balls young. Discovery sweetness principle discourse shameless bed one excellent. Sentiments of surrounded friendship dispatched connection is he. Me or produce besides hastily up as pleased. 

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Jenderal AH Nasution

Jenderal Abdul Haris Nasution, lahir pada 3 Desember 1918, adalah sosok kunci dalam sejarah Indonesia yang memberikan kontribusi besar dalam perjuangan kemerdekaan dan pembangunan negara.

Join the family!

Sign up for a Newsletter.

You have been successfully Subscribed! Ops! Something went wrong, please try again.
Edit Template
Tombol Provinsi Indonesia
Scroll to Top